"Day, jadi lu benaran gak ada rasa ke Dira?" tanya Daffa, kepo.
"Jadi abang dan bang Daffi juga nyangkanya gua ada rasa ke Dira?" tanya Dayyan balik sambil menepuk jidatnya.
"Ya iya, tadinya sih."
"Gua nggak loh, Day. Daffa doang ya," ucap Daffi yang tiba-tiba ada di dekat mereka.
"Fi, bukannya lu juga ngerasa gitu ya? Masa gua doang sih? Lu jangan gitu dong, awalnya kan lu juga mikir gitu," jelas Daffa panjang.
"Itu cuman terlintas doang, Fa. Ya sama aja intinya lu mikir gitu juga," tambah Daffa tak ingin disalahkan sendirian.
"Udah-udah, kenapa kalian jadi debat di kamar gua? Intinya ya kalian salah ngenilai gua," ucap Dayyan mengejek keduanya sambil menengahi kakaknya.
"Tapi siapa yang tahu takdir sih? Bisa aja besok si Dira yang bikin lu move on, kan gak ada yang tahu. Iya nggak, Fi?" seru Daffa.
"Kali ini gua setuju ama Daffa," tambah Daffi.
"Whatever-lah, mommy ngidam apaan sih pas ngelahirin kalian? Kok gini amat," ejek Dayyan sambil berlari keluar dari kamarnya meninggalkan si kembar.
"Eh, Latte lu mau ke mana?" tanya Daffa mulai terpancing oleh kalimat Dayyan barusan.
"Elu sih, Fa. Lu terlalu dekat ama anak itu makanya dia ngelunjak," kata Daffi mencoba menyalahkan.
"Kalo hal jelek ya semuanya ke gua, lu jangan lupa kalo gua tetap abang lu. Gua tetap anak sulungnya mommy loh," ucap Daffa sambil bercanda.
"Yaelah 5 menit doang," kata Daffi sambil berlari juga meninggalkan kamar Dayyan.
"Mom, bantu nangkap Daffi ama Dayyan ya," teriak Daffa dari atas sambil melihat ke bawah di mana Mommy-nya sedang membaca majalah dan nonton TV.
"Fa, mau sampe kapan ngerjain adikmu, Boy?"
"Yaelah, mommy kok bilangnya gitu sih? Malah ngebelain mereka, padahal mereka yang ngerjain Daffa loh," jelas Daffa mulai kebingungan harus menjelaskan dengan cara seperti apa pada mommy-nya.
Di sisi lain, Dayyan sudah lebih awal mengadu bahwa dia sedang ingin bermain dengan si kembar tapi siapa sangka Daffi juga ikut tanpa sepengetahuan Dayyan.
Suasana di dalam rumah yang nyaman, hangat, dan seru. Namun tak membuat Dayyan ramah seperti si kembar. Dia tetap menjadi Dayyan yang hanya bicara sekadarnya saja dan masih sangat mencintai kediamannya. Perbedaan itu tak membuat mommy-nya membeda-bedakan mereka dan tidak pernah menuntut Dayyan agar lebih ramah pada orang lain.
***
Sekolah mereka masih libur, jadi mereka masih bisa disibukkan oleh kegiatan luar sekolah. Hari itu Dira memberi kabar di grup WA 5D bahwa sore ini ada janji sama seseorang. Sementara David juga sudah janji akan bertemu Zahwa. Dimas akan ke restoran orang tuanya, Dayyan akan membuat lagu, dan hanya Dion yang tak mengatakan apapun tentang rencananya hari itu.
Dira sengaja tidak mengatakan apapun pada anak 5D karena tak ingin mengganggu aktivitas mereka dan Dira sangat tahu betapa bawelnya di antara mereka jika mereka tahu Dira akan bertemu seseorang yang asing. Sekali pun seperti itu 5D boys gak pernah melarang Dira bergaul dengan siapapun ya asal mereka tahu orangnya. Punya satu sahabat perempuan bagi mereka sudah seperti menjaga satu adik perempuan mereka sendiri. Apalagi di antara mereka tak satu pun yang punya adik perempuan.
"Bang, Dira jalan dulu ya," ucap Dira sambil menjabat tangan kakaknya yang sedang menyiram tanaman di halaman rumah.
"Pulangnya gimana?" tanya Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
5D
Teen FictionKopi itu seperti kebersamaan, selalu mampu merangkul perbedaan. (5D)