3. The Day

55K 1.7K 18
                                    

Arya telah selesai memakai jasnya yang berwarna gelap. Ya Tuhan, terjebak dalam situasi apa dia ini? Sebentar lagi menikah dengan seorang remaja. Akad yang seperti diam-diam hanya orang terdekat yang datang, Sean tak ingin kerabat lain tahu sebelum semuanya beres.

Kasihan Seline, bagaimana hidupnya terjebak seperti ini? Dia baru saja lulus SMA.

Bibi Suri memanggilnya, "Mas, penghulunya sudah datang. Ayo."

Arya duduk di depan meja, hanya sekitar dua puluh orang yang hadir pada akad nikahnya. Bukan pernikahan yang ada dalam bayangan Arya. Sean tidak memiliki keluarga selain Seline, dia tak mengundang kerabat Ibu Seline mereka bermusuhan sejak dulu.

Arya menoleh saat Seline memasuki ruangan, gaun putih dengan payet di bagian dada juga sedikit mengembang di bagian bawah,

Syukurlah sudah di-fitting dengan sempurna. sangat pas di tubuh mungil gadis itu.

Arya yang memilih gaun itu, tidak sempat kalau memesan, karena waktu yang sangat mepet jadi dia memilih gaun yang telah ready. Untaian melati terurai dari leher hingga dada Seline, dari rambutnya yang tersanggul mungil ditutupi oleh selendang bewarna putih juga.

Seline duduk di samping Arya,  kemudian acara dimulai. Arya menelan saliva-nya, tercium aroma strawberry dari tubuh Seline. Aroma manis khas Seline.

Ternyata mengucapkan kalimat yang sudah dihapalnya beberapa hari itu benar-benar membuatnya keringat dingin dan gemetar.

"Sah! Alhamdulillah!" Begitu sorak suara itu melepas ketegangan Arya. Dia telah sah menjadi seorang suami dari seorang gadis kecil diusianya yang menjelang 26 tahun. Setelah menandatangani buku nikah, mereka saling berhadapan. Arya mengangkat selendang yang menutupi kening Seline.

Dia tercengang, Seline?

Berbeda sekali, sungguh sangat cantik. Seline memang cantik juga manis, tapi riasannya saat ini membuatnya jauh berbeda. Riasan yang jauh dari kata tebal, dioles tipis di wajah Seline yang terpahat sempurna. Bibirnya yang mungil diberi lipstick bewarna pink muda.

"Ehem ...." Sebuah suara menyadarkan Arya, itu suara penghulu, wajah Seline memerah waktu Arya mengecup keningnya. Gadis kecilnya sudah dewasa, Arya baru menyadari.

"Papa ...." Seline menghambur ke pelukan papanya yang memakai kursi roda.

"Waduh belum masuk acara sungkem," kata hadirin yang ada di sana diikuti suara tawa tamu yang lain.

Sean memeluk anaknya, gaun putih dengan motif kebaya di bagian atas membuat Seline sangat anggun dan dewasa. Air mata Seline mengalir.

"Putri papa sangat cantik. Sudah ... kenapa menangis ini hari bahagia," ucap Sean sambil mencubit hidung Seline. Arya mendatangi mereka. "Jaga dan sayangi anakku Arya." Sean berkata lagi. Arya mengangguk pelan.

Acara hari itu dilanjutkan dengan foto-foto dan makan bersama, biar bagaimanapun, Seline hanyalah seorang remaja dia menghabiskan waktu bersama Nadine dan Sandra untuk berfoto.

Arya menatap gerak geriknya, Mulai hari ini kebebasanmu sudah direnggut. Apa kamu masih bisa tertawa bahagia seperti itu?

"Arya."

"Ya Bang."

"Sekarang kamu harus memanggil aku papa."

"Mana mungkin bisa begitu."

"Terserahlah, asal kamu tau Arya terkadang jodoh bisa datang dengan cara yang tidak kita sangka."

Arya terdiam, entahlah dia cuma tak sanggup berpikir.

🌹🌹🌹

Fotografer mengarahkan pose Seline saat berfoto bersama Arya. Oh God! Arya sangat tampan, jas yang melekat sempurna di tubuh bidangnya, rambutnya yang tertata rapi sangat kontras dengan matanya yang teduh itu. Seline tak bosan-bosan memandang Arya.

Good Morning, Uncle! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang