Apartemen Arya tidak jauh dari rumah hanya sekitar sepuluh menit kalau tidak macet. Terletak di pusat kota, walau tidak mewah tapi nyaman dan bersih. Seline heran kenapa Arya tidak membeli rumah atau apartement lain yang lebih bagus. Bukankah Arya orang kepercayaan papanya juga punya jabatan tinggi di perusahaan?
Tapi Seline diam saja dia mengikuti langkah Arya, Arya membeli banyak kue sebelum kembali ke apartement.
"Untuk apa?" tanya Seline.
"Hmm .. tetangga, kamu nggak mau mereka mengira aku mengurung seorang gadis bukan?" Arya tersenyum.
Membuat Seline tersipu, dia pasti tak tahu kalau wajah itu sangat menggemaskan.
"Nanti kita akan berkunjung ke tetangga dan bilang kalau kamu ... istriku."
Deg! Jantung Seline berdetak.
"Mau kan?"
"I-iya ..."
Seline menyapu apartement Arya dengan matanya, bersih dan rapi. Kamarnya ada dua. Jadi bagaimana pembagiannya?
Arya mengangkat koper Seline seraya berkata, "Kamu pakai kamar yang itu."
Tampaknya kamar mereka akan pisah. Seline sedikit kecewa, lagi-lagi dia merutuk. Arya mengangkat koper Seline ke kamarnya.
Terlalu simple hanya ada ranjang dan lemari bernuansa coklat di kamar itu, gorden senada bewarna coklat muda. Tampaknya kamar ini selalu dibersihkan. Seline malu sendiri melihat Arya yang begitu rapi dan teratur.
"Kalau mau besok kita belanja, bilang saja mau kamarnya seperti apa. Malam ini tidak apa seperti ini?"
Seline mengangguk. Dia membuka kopernya untuk meletakkan baju-baju di lemari. Barang-barang yang dia angkut dari rumah hanya sedikit dan yang penting saja karena Seline yakin papanya akan segera menyuruh mereka kembali. Papa tak akan sanggup berpisah dari Seline.
"Istirahat dulu, nanti sore kita akan berkunjung ke tetangga."
Seline mengangguk. Seline lelah sekali sepertinya dari semalam tidak ada istirahat, tapi tak mungkin dia mengatakan pada Arya. Semakin dianggap anak kecil nanti.
Seline menyusun baju-bajunya di lemari. Meja rias akan dia angkut dari rumah karena meja itu kesayangannya, tapi belum sampai. Kasur dan lemari harus diganti karena Seline tidak suka modelnya.
Seline merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Kasur di kamar ini tidak seempuk kasur Seline di rumah tapi dia benar-benar lelah. Seline memejamkan matanya.
🌹🌹🌹
Arya membereskan ruang tamunya, ada-ada saja permintaan Sean. Sekarang dia harus tinggal berdua dengan Seline, Arya menggelengkan kepalanya.
Gadis yang malang, rutuk Arya.
Sudahlah, setidaknya aku akan mencoba menyenangkan dia agar dia tidak mengalami trauma.
Arya tidak memiliki asisten rumah tangga. Sedari dulu dia terbiasa melakukan semuanya sendiri. Bahkan di panti asuhan dia selalu dipuji karena selalu rapi dan bersih, ya dia berasal dari panti asuhan yang sama dengan Ayah Seline. Sean.
Usai menyapu ruang tamu, Arya menuju dapur, dia memisahkan-misahkan kue yang dia beli ke dalam kantong-kantong, tidak semua penghuni yang akan akan mereka kunjungi. Cukup yang dekat dan terutama yang bermulut besar. Arya tersenyum.
Pukul empat, Arya membuka pintu kamar Seline. Ya Tuhan gadis itu tertidur lelap. Kasihan sekali, Arya berdecak lagi. Seharusnya diumur segitu Seline sedang bersenang-senang dengan temannya. Alih-alih menjadi istri seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Morning, Uncle! (END)
Ngẫu nhiênArya seorang pria berusia menjelang 26 tahun dewasa dan penggila kerja mendadak harus mengikuti keinginan terakhir abang angkatnya. Keinginan yang membuat dia menggila bagaimana tidak keinginan itu adalah menikah dengan putrinya Seline yang berusia...