"Kyaaaaaaaa!!!!!!" Seline menjerit keras. Membuat dua orang sahabatnya Sandra dan Nadine terlonjak kaget.
"Kenapa sih, teriak-teriak gitu?" rutuk Sandra, mereka sedang berada di kamar Seline yang didominasi warna hijau juga strawberry. Ya, Seline tergila-gila pada strawberry dan warna hijau. Seluruh produk body care-nya wangi strawberry, jadi bisa dibayangkan bagaimana manisnya wangi kamar itu.
Memang rumah Seline selalu menjadi tempat nongkrong Sandra dan Nadine sepulang sekolah. Mereka telah lulus saat ini dan sedang menunggu pembagian ijazah.
"Cepetan bilang kalau nggak aku pecat dari Geng SeNSa," omel Nadine
"SeNSa tanpa Seline hanyalah NSa," ejak Seline sambil menjulurkan lidahnya. Mereka mengikrarkan diri sebagai Geng SeNSa yang merupakan singkatan dari nama Seline-Nadine-Sandra. Sangat ABG sekali bukan?
"Jangan bikin kami mati penasaran." Nadine dengan kejam melempar Seline dengan bantal strawberry.
"Sepertinya aku akan menikah," ucap Selina.
"Apa?!!!" Nadine dan Sandra berteriak bersamaan.
"Jangan halu darl!"
"Beneran ini. Papaku yang minta."
"Whoaat??? Terus calonnya sapa?" Sandra membulatkan bibirnya.
"Om Arya." Mata Seline berbinar.
Nadine dan Sandra berpandang, kemudian berteriak lagu secara bersamaan.
"Noo!!!!" keluh Nadine, "Aku nggak rela, Om Arya ... pangerankuuu." Nadine meraung.
"Sstt ... sttt ...." Seline memukuli Nadine. "Nanti ada yang denger gimana?"
Siapa juga yang dengar? Kamar Seline berada di lantai dua, sedangkan kamar ayahnya berada di lantai satu.
Seline menceritakan keinginan papa pada dua sahabatnya itu, mereka sudah lama bersahabat dan selalu berbagi cerita. Sejenak Seline sedih karena papanya bilang itu jadi keinginan terakhirnya. Tapi Seline yakin sekalipun dengan kondisi seperti itu papanya tidak akan meninggalkan dia dengan cepat. Seline hanya perlu banyak berdoa dan memperhatikan papa.
"Om Sean curang, harusnya kita bersaing secara sehat." Nadine merengek lagi.
Ya mereka bertiga memang gadis remaja labil, tapi mereka paham sekali bagaimana sosok pria dewasa tampan seperti pangeran di film-film.
Saking seringnya mereka nongkrong di rumah Seline, tentu mereka tahu bagaimana sosok Om Arya itu, Om Arya kerap datang ke rumah Seline untuk urusan pekerjaan ataupun sekedar berkunjung saja. Om berkaki panjang yang baik hati, selalu menuruti keinginan mereka. Pokoknya kalau ada Om Arya kesempatan minta apapun pasti dikabulkan. Pria penyayang, perhatian, aih pokoknya tipe pria dewasa idaman, cowok-cowok di sekolah mereka sih lewat.
"Sorry ayang-ayangku." Seline memasang wajah sedih yang dibuat-buat.
Hmm ... sebenarnya sejak lama Seline telah berpikir, kalau menikah suaminya haruslah orang seperti Om Arya, dia terkikik mengingat bagaimana dia bisa punya pemikiran seperti itu di otaknya.
Bagaimana tidak? Dia selalu berkeliaran di sekitar pria itu sejak masih kecil, sekalipun umur mereka terpaut jauh tapi Seline merasa Om Arya sosok yang mengayomi. Bahkan nilai om Arya di banding papa masih menang om Arya, soalnya papa sering marah dan sedikit otoriter.
Karena itulah Seline mengiyakan saat papanya meminta dia menikah dengan om Arya. Hanya saja terlalu cepat, dia pikir dia akan menikah setelah lulus kuliah.
"Terus kalau udah nikah, kuliah nggak? Kan kita janji mau kuliah bareng." tanya Sandra.
Astaga! Seline melupakan hal itu. Dia tentu ingin kuliah, tapi seandainya nanti dia menikah dengan Om Arya apa dia masih boleh kuliah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Morning, Uncle! (END)
AcakArya seorang pria berusia menjelang 26 tahun dewasa dan penggila kerja mendadak harus mengikuti keinginan terakhir abang angkatnya. Keinginan yang membuat dia menggila bagaimana tidak keinginan itu adalah menikah dengan putrinya Seline yang berusia...