HUKUMAN

18 8 0
                                    

Long time no see ya😀 dah tak panjangin ini:)

Tanpa Ranti sadari langkah kaki keduanya membawa ke lapangan basket sekolah. Ternyata upacara belum usai!

"Mampus gue" batin Ranti mengingat dirinya tak sempat sarapan tadi.

"Ranti kamu bisa maju sekarang" perintah Pak Yudi-Tentunya dengan senyum manis yang telah hilang entah kemana-

"Hah?? Maksud bapak, saya maju? Maju kemana pak?" tanya Ranti dengan takut. Pasalnya ia tak pernah melakukan hukuman memalukan seperti ini.

"Iya maju di sana, sampai upacara selesai" balas Pak Yudi lagi.

"Bukannya hukumannya gak kayak gini ya pak?" Tanyaku dengan memelas.

"Iya emang bukan, kami memang baru menyepakati peraturan baru ini minggu lalu" balas Pak Yudi dengan muka menyebalkannya.

"What?? Terus gue jadi yang pertama nglakuin hukuman ini gitu??!! Tau gini tadi gue gausah berangkat sekalian! " batinnya dengan geram.

Akhirnya setelah memantapkan diri. Ia mulai melangkah memasuki lapangan dengan sedikit tertunduk.

Perlahan semua mata mulai menatap Ranti dengan tatapan aneh dan mulai saling berbisik satu sama lain. Sungguh memalukan memang.

Ia merutuki lapangan basket ini, kenapa jadi terasa sangat luas? Kan ia jadi semakin lama menjadi bahan tatapan orang orang.

Tak lupa matanya melirik sinis guru yang sedang berdiri di tengah lapangan sebagai pemberi amanat.

Ya kebetulan sekarang yang bertugas adalah kepala sekolah SMA Harapan. Di atas saku kanan bajunya tertera namanya BUDI PERMANA.

"Kenapa dari sebanyak guru yang mengajar di sekolah ini, harus orang itu yang sedang bertugas sih" gerutu Ranti.

Benar, ia sangat muak dengan orang itu. Entahlah, dari pada membahasnya ia lebih memilih mempercepat jalannya menuju pojok lapangan sambil menghadap sinar matahari. Dalam hati ia masih terus merutuki betapa ceroboh dirinya.

Setelah ada aba aba dari Pak Yudi yang menyuruh seluruh siswa kembali tenang. Upacara pun kembali berjalan khidmat, dan ... tibalah saatnya guru memberi amanat.

Setelah memberi amanat yang cukup membosankan. Guru itu melirik Ranti dibelakangnya. Yang dilirik pun tak menganggapnya ada. Ia malah menatap lurus ke depan. Sunggingan kecil keluar dari guru itu. Ternyata ia ingin memberi amanat lagi. Ya ... mengenai Ranti.

"Lihat anak anak, ini adalah contoh yang tidak benar. Kita seharusnya mematuhi aturan yang ada di manapun kita berada, dan inilah hukuman baru di sma tercinta kita." Katanya.

Bisik bisik mulai terdengar lagi dari para murid murid.

Setelah guru itu mengucapkan salam untuk mengakhiri amanatnya. Barulah keadaan kembali kondusif.

07.50
.
.
.
Selepas upacara selesai. Ranti baru bisa bernafas lega. Ia pikir karena adanya hukuman baru, hukuman lama akan ditiadakan.

Namun ternyata itu semua salah. Ranti tetap harus mengikuti Pak Yudi menuju ruang bp untuk mendapat nasihat dan poin tentunya.

Setelah menyelesaikan masalahnya. Ia pun kembali ke kelasnya. Lalu semua berjalan seperti biasanya.

Teng ... teng ... teng

"Yeahh akhirnya istirahat juga," kata Ranti dengan semangat 45.

"Biasa aja kali Ran, kayak ga makan setaun aja," kekeh Vika-teman sebangku Ranti-

"Ya elah Vik, lo gatau ya gimana jadi gue. Dah mau pingsan gue tadi. Plus gue tadi belum sarapan tau" balas Ranti dengan nada pura pura sedih

"Iya deh percaya, yaudah yuk!" ajak vika.

Di kantin
.
.
.

"Eh kemaren pagi lo gue sms kok ga dibales sih Ran? sombong amat," tanya Vika dengan nada pura pura marah.

"Eitss sory nih ya, gue kemaren tu baru lari pagi. Nah terus hujan eh hp gue lowbat," terang Ranti.

"Oh gitu, makannya besok lagi hp tu di charge!"

"Eh eh tunggu kan hujan tu, terus hp lo lowbat. Terus lo pulangnya gimana dong?" sambung Vika.

"Makanya itu, gue mau cerita tau."

"Hah? Cerita apaan, gece ah." Ujar Vika dengan rasa penasarannya.

"Jadi gini, gue tu dah bingung banget kan ya. Dah hp lowbat, jalan sepi lagi. Pokoknya gue dah bener-bener bingung tuh. Sebenernya gue bisa sih nunggu di situ, tapi nggak tau kenapa pas gue dah mau nyerah kan ya. Soalnya jalannya tu bener-bener sepi Vik. Eh tiba-tiba pangeran gue dateng dong," terang Ranti sambil senyum-senyum sendiri.

"Oh gitu, kok pangeran lo bisa tau lo disitu?" sahut Vika.

"Ya gatau lah, biasaa ... orang mah kalo emang dah jodoh suka gitu. Telepati mungkin," kekeh Ranti dengan nada bercandanya.

Mendengar itu Vika memutar bola matanya malas, "Iyain deh kasian."

16.30
.
.
.
Di parkiran

"Hey Ran" panggil Reno dari kejauhan.

Merasa ada yang memanggil Ranti mulai celingukan.

"Oh hay Ren" kekeh Ranti setelah ketemu sang pemilik suara.

"Yuk masuk," ajak Reno. Ya, dia Reno Pradicta. Laki-laki yang sudah mengisi hatinya kurang lebih satu minggu ini.

Tanpa menunggu lama mereka pun mulai keluar dari halaman sekolah.

"Mampir makan dulu yuk Ran, aku laper nih" ajak Reno.

"Yaudah ayuk" sahutnya.

Di restaurant
.
.
.

"Kamu kenapa?" tanya Reno yang dari tadi melihat kekasihnya itu bersikap aneh, "oh iya kata Vika tadi kamu telat ya?" tanyanya lagi.

"Oh gapapa, iya tadi aku telat. Bangun kesiangan." Terang Ranti dengan santai.

"Maafin aku ya, tadi ga jemput," ucap Reno sambil mengusap pelan puncak kepala kekasihnya itu.

Mengetahui itu, Renata hanya memalingkan wajahnya dari Reno. Ia tak ingin Reno tahu pipinya sudah semerah tomat sekarang. "Iya santai lah. Tapi gausah gini juga, kan jadi berantakan."

Reno malah terkekeh melihat kekasihnya yang sekarang seperti anak kecil itu.

Hal sederhana seperti inilah yang mereka ciptakan di waktu luang mereka. Hal ini juga yang membuat mereka nyaman satu sama lain. Mereka berharap kedepannya hubungan keduanya akan tetap seperti ini.

Jangan lupa vomment gaiss🤗
Jangan jadi silent readers dong, gaada untungnya! Benerann😲

ILY🎈

BERBEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang