Bab 8

22K 478 5
                                    

Tommy dan Azalia cepat - cepat merapikan bajunya masing - masing dan segera membuka pintu.

"Honey ? Kau di sini ?" Tanya Wulan pada Azalia.

"Ah... I, iya Mommy. Aku hanya ingin melihat kantor Daddy."
Wulan tersenyum dan mengangguk. Namun Wulan mengernyitkan dahinya melihat Tommy.

"Darling ? Kau berkeringat ?"

Tommy terlihat gelagapan.

"Ah... Mungkin AC nya mati."

" Itu AC nya menyala. Kau juga tampak lelah. Kau habis melakukan apa ?"

Pertanyaan Wulan membuat Tommy dan Azalia tersentak.

"Em... Aku, Aku baru saja menyelesaikan rapat yang padat dari pagi."

Wulan memelas sambil membelai kedua pipi Suaminya.

"Oh... Kalau begitu beristirahatlah Darling..."

"Mommy, Daddy. Azalia pamit pulang dulu." Azalia langsung menyambar dan segera pergi dari ruangan kerja mewah tersebut.

Dengan langkah cepatnya Azalia berjalan menuju lift dengan wajah yang memerah.

Demi apa pun !
Kesalahan apalagi yang aku lakukan kali ini ???
Bisa - bisanya aku bertingkah seperti tadi di hadapan Daddy ???

Saat lift yang di naiki Azalia telah sampai ke lantai bawah, Azalia berdecak kesal bahwa ia lupa meminta kunci rumah pada ibunya karena ia akan pergi ke pesta temannya.

Dengan langkah yang kesal Azalia kembali ke ruangan kerja Tommy. Saat ingin mengetuk, tangan Azalia berhenti karena tidak sengaja menguping percakapan Wulan dan Tommy.

"Maaf, Darling... Anakku terlalu manja kepadamu..."

"Its okay babe. Azalia sudah aku anggap seperti putriku sendiri. Karena aku sangat mencintaimu, Wulan... Hanya mencintaimu."

Azalia tercekat mendengar perkataan Tommy. Ia langsung berlari dengan deraian air mata.

Daddy mencintai Mommy... Karena mereka suami istri...
Sedangkan aku ???
Apa ikatan yang mendasari aku dan Daddy ???
Ayah dan anak ???
Tapi mengapa hubungan kami selalu lebih dari itu tanpa ada kata 'cinta' yang terucap...?
Aku seperti...
Wanita yang jalang...


***


Tommy POV

Aku tak habis pikir tentang apa yang baru saja aku perbuat dengan Azalia. Tapi jujur aku sempat kesal dengan kedatangan Wulan yang mengganggu kegiatanku dengannya.
Aku tahu ini sebuah kesalahan. Namun perasaanku seakan tidak rela melihat Azalia pergi.

Akh... Ini sungguh di luar logika.

"Darling, aku perhatikan akhir - akhir ini kau sangat dekat dengan Azalia ?"

'Deg'

Sejak tadi jantungku seakan mau copot mendengar pertanyaan - pertanyaan yang sepele dari Wulan. Arrgh, inikah yang dialami setiap orang ketika merasa berbuat salah ???

"Aku senang karena Azalia sudah tidak sungkan lagi padaku. Jadi aku selalu berusaha menjadi Ayah yang baik untuknya dan mengabulkan setiap keinginannya."

Semoga penjelasanku ini tidak membuat Wulan curiga lagi.

"Maaf, Darling... Anakku terlalu manja kepadamu..." ujar Wulan memelas.

"Azalia sudah aku anggap seperti putriku sendiri. Karena aku sangat mencintaimu, Wulan... Hanya mencintaimu."

Melihat Wulan yang tersenyum membuat hatiku lega. Terlihat bahwa sudah ia tidak curiga lagi.
Sepertinya sepulang kerja aku harus mengajak Azalia keluar. Dan membicarakan tentang hubungan ini. Semuanya harus segera di akhiri sebelum semakin menjauh. Kesalahan ini harus di hentikan secepatnya.

***


Waktu telah menunjukkan pukul 6.30 pm. Azalia tengah bersiap untuk pergi dan dikejutkan oleh suara notifikasi di ponselnya.


Daddy

Azalia. Maaf tidak membalas chat. Karena sejak pagi baru sekarang aku memegang ponsel. Sebentar lagi aku pulang. Tunggu aku ya. Ada yang mau aku bicarakan berdua denganmu.

Don't Say You Love Me, Daddy (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang