Bab 3

20.4K 506 1
                                    

Wulan duduk di samping Azalia yang sedang berkutik di laptopnya.

"Sedang apa, honey ?"

"Biasa... Mengerjakan tugas, Mom."

"Ehm... Menurut kamu, Om Tommy itu orangnya seperti apa ?"

Azalia menghentikan pekerjaannya lalu menatap ibunya.

"Dia baik. Tapi kenapa Mommy tiba - tiba bertanya begitu ?" Azalia menaikkan sebelah alisnya.

"Kira - kira... Kamu setuju gak kalau Om Tommy... Jadi Ayah kamu ?"

Azalia tersentak.

Melihat anaknya yang sedikit terkejut, Wulan tersenyum.

"Sebenarnya... Dulu dia pernah nembak Mommy, tapi Mommy menolak karena Tommy lebih muda 5 tahun dari Mommy. Dan akhirnya Mommy menikah dengan mendiang Daddy kamu."

Azalia masih terpaku mendengar pernyataan ibunya.

"Sejak dia menolong kamu malam itu, Mommy terus berhubungan sama Tommy. Karena Istri dan anak Tommy meninggal 2 tahun yang lalu karena kecelakaan." jelas Wulan.

Melihat wajah anaknya yang diam dan murung, Wulan jadi merasa bersalah.

Karena selama ini Azalia selalu tidak suka pada pria - pria yang mendekatinya dan ingin menikahinya. Karena meskipun sudah menginjak umur 39 tahun, ia masih terlihat cantik dan terawat. Di tambah lagi Wulan adalah pemilik usaha kuliner peninggalan suaminya yang memiliki cabang dimana - mana.

"Eh... Tapi kalo kamu tidak setuju, tidak apa honey. Mama akan menuruti kemauan kamu." desah Wulan lembut.

"Ah... Tidak begitu. Jika Mommy bahagia, aku juga bahagia."

Mata Wulan berbinar. Ia tersenyum lebar kemudian langsung memeluk putri semata wayangnya.

"Thankyou so much honey..."
Pelukan mereka terlepas.

"Oh ya. Mommy mau minta maaf. Soalnya Mommy berbohong kemarin. Sebenarnya Pak sopir tidak sakit. Tapi Mommy yang sengaja meliburkannya. Supaya kamu bisa PDKT sama Om Tommy. Hehe."

"Hah ?" Azalia ternganga.

"Lanjutkan tugasnya. Mommy ada janji sama Om Tommy. Bye honey... " Wulan pun berlalu meninggalkan Azalia yang terdiam di tempatnya.

Jadi... Ia menolongku serta berperilaku baik padaku karena demi Mommy ?
Semua itu hanya untuk menunjukkan kasih sayang seorang calon Ayah terhadap calon anaknya ?
Harusnya aku senang karena Mommy akan menikah dengan pria baik, mapan, dan berstatus sama seperti Mommy. Dia juga peduli padaku.
Tapi...
Mengapa hatiku terasa sakit ?


***


Azalia termangu menyaksikan Wulan dan Tommy saling bertukar cincin.

Seharusnya aku bahagia saat ini... Tapi mengapa hatiku menjadi hampa ? Mengapa ada rasa tidak rela ? Ayolah Azalia... Netralkan perasaanmu !!!

Bella menyikuti Azalia yang sedang melamun.

"Woy, kenapa jadi melamun ?" bisik gadis tomboy itu.

"Bella ? Sakit  ?!" bisik Azalia marah.

"Seharusnya kamu senang jadi anak tiri konglomerat. Nanti disekolah traktir aku tiap hari, ya ?"

Azalia memutar bola matanya karena tingkah sahabat karibnya itu.

"Tuh, habisi semua yang ada di meja." bisik Azalia sambil melirik meja yang isinya berbagai macam makanan enak dan mewah.


***


Azalia terpaku di tangga melihat ibunya yang berdiri sambil menunduk  memasangkan dasi Tommy yang sedang duduk di kursi.

'Ting !'

Suara oven berbunyi.

"Ah... Sepertinya sudah matang. Em, Honey. Bisa tolong kau pasangkan dasi Daddy ?"

Wulan pun berlalu menuju ke dapur.

Azalia bertatapan dengan Tommy. Lalu dengan canggung ia mendekat dan menunduk memasangkan dasi Ayah tirinya.
Sejak pernikahan itu Azalia terus menghindar dari Tommy dan bicara seperlunya saja. Kini, entah mengapa jantung Azalia berdetak sangat cepat saat berada di jarak yang sangat dekat dengan Tommy.

Tanpa sengaja Azalia bertemu pandang dengan Tommy. Ternyata, tanpa disadarinya Tommy sudah memperhatikan wajah Azalia sedari tadi dengan tatapan yang begitu menusuk.

Don't Say You Love Me, Daddy (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang