"Apa ?! Kau hamil ?!" ucap Max dengan nada tidak percaya sambil menyetir mobilnya di tengah malam.
"Ya, Nikahi aku Max..." Ucap Azalia sambil mengelus perut datarnya itu.
Mobil itu pun mengerem mendadak di atas sebuah jembatan.
Max mematikan mesin mobilnya dan menoleh pada kekasihnya yang duduk di sampingnya.
"Menikah ??? Kita ini masih sekolah. Apa kau gila, Azalia ???"
Mata Azalia membulat mendengar pernyataan itu."Max, kau bilang, kau akan bertanggung jawab jika ada hal yang terjadi... Kita melakukannya atas dasar cinta, kan ?" desah Azalia sambil memegang tangan kekasihnya itu.
Max menarik tangannya dengan kasar lalu membuang mukanya.
"Gugurkan bayi itu."
'Plaaaaakkkk'
"Kau tega membunuh darah dagingmu sendiri ??? Ternyata apa yang dikatakan semua orang itu benar. Kau tak lain hanyalah lelaki brengsek !!!"
Max memegang pipinya yang memerah akibat tamparan dari Azalia dengan rahang yang mengeras.
Secepat kilat Max turun dari mobilnya, memutarinya lalu membuka pintu dan menarik paksa tangan kekasihnya itu untuk turun, kemudian menjambak kasar rambut Azalia.
"Apa kau pikir aku tidak tahu bahwa kau suka berjalan dengan pria lain ???"
Tarikan pada rambutnya begitu kuat hingga Azalia terpaksa harus mendongak. Rasa sakit di kulit kepalanya dan dihatinya bercampur yang membuat air matanya mengalir.
"... Hik... Aku bersumpah bahwa aku tidak pernah melakukannya bersama pria lain..."
"Pembohong !!! Pasti itu bukanlah anakku ! Dasar jalang !!!" Tarikan Max pada rambut Azalia semakin kuat.
"Max, apa yang kau lakukan !!! Sakit, Max... Huu..." Azalia menangis dengan wajah mendongak sambil memegangi rambutnya yang di tarik oleh Max.
"Hubungan kita berakhir di sini, Azalia." ucap Max sambil mendorong Azalia dengan kasar.
'Bruuuukkk'
Azalia jatuh tersungkur dan tanpa sengaja perut bawahnya menghantam keras sudut trotoar jalan. Ia meringis memegangi perutnya yang sangat sakit disertai mulas yang luar biasa. Tak lama kemudian, ia merasa ada sesuatu yang keluar dari vaginanya lalu mengalir ke pahanya.
"Max... Tolong... " ucap Azalia parau sambil menjulurkan tangannya.
Namun, mobil Max berlalu meninggalkannya begitu saja.
Azalia menangis terisak-isak dipinggir jalanan yang gelap dan sepi. Ia merasakan sakit yang luar biasa di perutnya, Namun hatinya beratus kali lipat lebih sakit dari itu. Dirinya kini bagaikan sampah kotor yang di buang begitu saja.
Darah yang keluar dari vaginanya menjadi semakin banyak. Azalia merasa tubuhnya semakin melemah. Kini ia berbaring sendirian meringkuk di pinggir trotoar jembatan yang entah apa nama tempatnya.Kilatan dan petir menggelegar. Hujan deras pun mengguyur tubuhnya... Dimana kakinya yang masih dialiri darah langsung terhapus oleh guyuran hujan dan menyebabkan air disekitar kakinya menjadi bewarna kemerahan.
Azalia hanya bisa menangis pilu merutuki kebodohan dan sifatnya yang amat murahan. Ia merasa jijik pada dirinya sendiri yang sangat kotor, bahkan ia sudah pasrah jika dirinya akan mati malam ini.
Tak lama kemudian, sinar lampu sebuah mobil menyilaukan pandangannya.
Dalam kegelapan, seorang pria bertubuh tinggi keluar dari mobil itu. Dengan langkah cepat Pria itu berjalan mendekat dan cahaya lampu mobil pun perlahan menyinari raut wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Say You Love Me, Daddy (END)
أدب الهواةR-🔞 Azalia merasa dirinya hancur berkeping-keping saat pacarnya membuangnya begitu saja di tengah malam karena ia mengatakan bahwa ia hamil dan minta pertanggung jawaban. Perutnya terbentur keras di sudut trotoar akibat di dorong kasar pacarnya. Da...