Sebulan berlalu sejak sang Pangeran Mahkota beserta rombongannya meninggalkan Kota Gwangyeong.
Namun tuan muda kita masih bertahan di kota itu, menikmati hidupnya seperti biasa dan mengawasi jalannya usaha sambil meracik ramuan-ramuan parfum yang baru.
Hampir seisi kota bertanya-tanya, kenapa si tuan muda tidak juga pergi ke Ibu Kota? Apakah ia menunggu sang pangeran datang kembali menjemputnya?
Entahlah, tidak ada yang tahu jawabannya kecuali Seungmin seorang.
Dan saat ini, pemuda itu sedang asik duduk di pinggiran jembatan yang ada di tengah kolam bunga teratai di kebun bunga miliknya, dengan kaki menjuntai dan berayun-ayun dalam air.
Akhir-akhir ini Seungmin memang lebih sering melamun dibandingkan hari-hari sebelumnya.
Selain berdiam diri di taman belakang beranda kamar, ia juga sering berada di kolam bunga teratai ini.
Tentu saja semua itu ada alasannya, dan alasan utama Seungmin adalah karena ia hampir setiap malam terus bermimpi tentang ingatan Tuan Muda Cho yang hilang.
Yang mana sebagian besarnya berkaitan dengan sang Ibu dan masa kecilnya bersama Pangeran Mahkota.
Omong-omong tentang Pangeran Mahkota. Rasanya Seungmin mau menyeburkan diri ke dalam kolam saja, lalu mati tenggelam di sana.
Seungmin merasa sangat malu pada dirinya sendiri.
Ia seperti orang bodoh.
Pada malam ketika ia menyetujui tawaran menikah dari sang pangeran, sekembalinya ke kamar ia menyadari satu kesalahan fatal yang telah ia perbuat.
Lalu esok harinya Seungmin pun mendatangi sang pangeran dan berkata:
"Yang Mulia, maafkan aku, tapi kurasa aku tidak bisa menikah denganmu."
Di bawah mekarnya bunga sakura merah jambu dengan pasir putih sebagai alasnya. Sang Pangeran Mahkota hanya bisa memandang dingin pemuda manis di hadapannya itu.
Seungmin. "Aku ...."
Bagaimana bisa ia menerima lamaran sang pangeran begitu saja di saat ia bahkan belum mengatakan kebenaran siapa dirinya.
Setelah kejadian itu rombongan Pangeran Chan berpulang seolah tidak ada apapun yang terjadi. Hingga hari-hari berikutnya tidak ada lagi kabar dari sang pangeran.
Tuan muda kita ini pun bagaikan ditinggal ke medan perang untuk yang kedua kalinya. Uring-uringan dan kadang frustasi sendiri.
Di satu sisi ia merasa melakukan itu adalah keputusan terbaik yang ia ambil, namun di sisi lain, sebagain besar hatinya merasa tidak rela berpisah dengan seseorang yang telah ia pasrahkan cintanya.
Seandainya Seungmin bisa pergi ke ibu kota, mungkin ada sebuah keajaiban Tuhan yang kembali mempertemukan mereka.
Sayangnya Seungmin tidak memiliki alasan kenapa ia harus kembali ke tempat mengerikan itu.
Tuan Muda Cho telah melalui banyak hal pilu dalam hidupnya selama berada di sana. Dan Seungmin tidak ingin lagi membuat hati Tuan Muda itu semakin terluka.
Melihat semua ingatan Tuan Muda Cho saja sudah membuat Seungmin naik pitam sampai rasanya ia ingin menyewa pembunuh bayaran dan menghabisi seluruh anggota keluarga Cho.
"Tuan Muda!"
Suara bernada berat pengawal setianya, Pengawal Seo, menyapa dari belakang.
Seungmin sedikit menoleh menyambut kedatangan sang pengawal yang membawakannya sebuah gulungan surat.
"Tuan Muda, ini dari keluarga Cho," terang pengawal itu dengan suara kakunya.
Seungmin menyambut gulungan surat yang diberikan sedikit ragu, setengah bagian jiwanya terlewat malas bila harus berurusan lagi dengan orang-orang itu.
Seungmin membuka suratnya dan mulai membaca isi yang tertulis di dalam sana.
Beberapa menit setelah membaca, Seungmin langsung mengangkat tangannya ke udara, berniat melempar surat itu ke dalam kolam teratai.
Namun begitu ia mengayunkan lengannya ke bawah, tidak ada surat yang terbang mencemplung ke dalam air.
Seungmin dibuat kebingungan. Kepalanya sedikit miring ke kanan dengan mulut melongo seperti ikan. Si tuan muda itu pun mendongak ke atas setelah beberapa saat terdiam.
Ia menatap gulungan surat yang kini berada di tangan pengawalnya, kemudian beralih menatap wajah sang pengawal.
"Pencemaran lingkungan. Biar aku saja nanti yang membakarnya, Tuan Muda," ujar sang pengawal menjelaskan, sembari mengulurkan sebelah tangannya yang lain kepada Seungmin.
Tanda menawarkan bantuan untuk tuan mudanya itu agar beranjak bangun dari duduk santainya.
Seungmin pun hanya menurut dengan otaknya yang masih setengah bekerja.
"Pengawalnya ini ... sedikit aneh ya?"
.
.
.
Dua hari setelahnya, Seungmin dan beberapa anggota rombongannya berangkat ke Ibu Kota.
Sebelumnya ia telah menitipkan seluruh keperluan bisnisnya di Gwangyeong kepada Kepala Rumah Produksi, Tuan Goo.
Segala kepentingan usaha terkait; pengawasan, produksi, anggaran, dan sebagainya, semua akan diatur oleh Tuan Goo yang merupakan salah satu bawahan kepercayaan Seungmin.
Sementara yang ia bawa dalam rombongannya adalah; Kepala Pelayan Jang, Pengawal Seo, dan sekitar 10 orang pelayan wanita beserta 10 orang ajudan lainnya yang akan mengawal perjalanan mereka.
Kali ini Seungmin kembali ke Ibu Kota bukan tanpa alasan. Keluarga Cho telah memintanya untuk kembali dengan dalih Pangeran Mahkota memiliki keperluan dengannya.
Keluarga Cho mengancamnya jika ia tidak segera datang ke Ibu Kota maka mereka akan membawa Seungmin kembali dengan paksa.
Di satu sisi, Seungmin tentu saja ingin menolak. Ia sudah tidak ingin lagi memiliki urusan dengan mereka.
Namun setelah berbagai pertimbangan—yang sebagian besarnya adalah karena ia tidak mengerti jalan pikiran sang pangeran—akhirnya Seungmin memutuskan untuk bertaruh.
Ia akan kembali.
Ke rumah itu, ke tempat orang-orang brengsek itu.
Dan ia kembali sebagai Cho Seungmin yang baru.
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
ꜰʟᴏᴡᴇʀ ᴄʀᴏᴡɴ ▪ ᴄʜᴀɴᴍɪɴ
Fanfiction・・・≫ bangchan, seungmin seungmin adalah seorang pebisnis sukses dari abad 21, ia mengalami kecelakan dan terbangun ke dalam raga yang berbeda; di zaman yang juga berbeda prequel-nya ada di buku ❬ Our Love is Great ❭ @staychanmin berjudul Flower Emp...