1: Sebuah awal pertemuan

771 11 0
                                    

"Selamat siang, Miss Alia! Ini list data perusahaan yang ingin bekerjasama dengan perusahaan kita." Ujar seorang asisten perempuan berpakaian kasual dan stylist saat bertemu atasannya yang sedang sibuk dengan laptopnya di meja kerja.

Atasannya itu bernama Alia. Ia berusia 29 tahun yang menghabiskan hampir setengah hidupnya untuk bekerja dan mengejar karir. Ia adalah CEO eco-fast fashion lokal ternama di Indonesia.

"Thank you ya, Della!," Jawab Alia menerima berkas yang diberikan Della lalu melanjutkan pekerjaannya kembali.

"Oh iya, Del! Kira-kira kapan kita akan bertemu dengan pimpinan Artech Company untuk membahas proyek baru ini?," tanya Alia pada Della yang merupakan asistennya.

"Kemungkinan besok jam 11 di Barrio Caffe and Lounge, Miss.," Jawab Della.

"Lalu bagaimana persiapan untuk meeting besok?," Tanya Alia yang matanya masih fokus pada pekerjaannya.

"Presentasi sudah dibereskan oleh Divisi Public Relations, lalu untuk urusan sewa tempat meeting dilokasi sudah beres, Miss." Ujar Della sambil sedikit menundukkan kepalanya pada Alia.

"Oke. Terimakasih Del. Kamu boleh keluar.," Jawab Alia yang kemudian mempersilahkan asistennya melanjutkan pekerjaannya.

***

" Cici, kapan jadwal saya meeting dengan pimpinan EcoMart App?," Tanya seorang pria tampan yang gagah dengan jas kerjanya pada sekretarisnya.

"Besok, pak. Jam 11 di Barrio Caffe & Lounge. Oh iya, Pak ini dokumen yang dikasih sama pihak klien." Jawab sekretaris itu sambil menyerahkan berkas ke pria berjas tersebut.

Pria berjas tersebut adalah Arya. Arya Panji Rajata. Pria maskulin yang merupakan pimpinan perusahaan Artech Company. Ia masih betah melajang di usianya yang sudah 35 tahun dan menghabiskan masa lajangnya dengan bekerja dan bersenang-senang dengan wanita malam.

***

"Del, dokumen dan presentasi sudah disiapkan?," Tanya Alia pada asistennya.

"Sudah, Miss.," Jawab Della yang usai menyalakan proyektor, menyiapkan presentasi, dan dokumen yang akan diserahkan pada klien.

"Oke, kalau begitu. Jam berapa sekarang, Del?," Tanya Alia lagi yang masih berkutat dengan laptopnya.

"Jam 10.53, Miss." Jawab Della.

Ruang rapat siang ini di Barrio Lounge & Cafe sudah tertata rapi. Tampak ada beberapa kursi dan meja yang sudah rapi dengan tatakan minuman dan camilan.

Alia dengan penuh persiapan, sudah menampilkan proyektor dengan presentasinya. Ia tampak percaya diri dengan ide yang akan dibawanya.

Tak lama kemudian ada sosok perempuan cantik berpakaian formal datang memasuki ruangan yang sudah disiapkan Alia untuk bertemu klien. Rambutnya yang diikat rapi seperti pramugari, rok pendek selutut, dan high heels yang dikenakannya menambah kesan elegan.

"Selamat siang, saya Cici, asisten CEO Artech Company." Sapanya sembari menyalami Alia dan asistennya.

"Oh, halo Cici. Saya Alia CEO EcoMart App dan ini asisten saya Della yang beberapa kali menghubungi anda untuk membahas kerjasama ini. Kemana CEO Artech Company?," Tanya Alia menerima jabat tangan Cici.

"Tunggu sebentar ya, Bu Alia. Bos saya setelah ini tiba. Sekarang dia sedang memarkirkan kendaraan." Jelas Cici yang memaparkan alasan ia datang terlebih dahulu sebelum bosnya.

"Tak apa. Masih ada waktu beberapa menit sebelum meeting dimulai." jawab Alia.

Selang beberapa menit, terlihat sosok pria berpakaian rapi memasuki ruangan. Saat akan menyalami pria tersebut, langkah Alia terhenti. Tubuhnya serasa membeku dan jantungnya seakan berhenti berdetak. Ia menatap pria itu dengan mata terbelalak dan mulut setengah terbuka.

"Tidak mungkin. Ini tidak mungkin! Semoga hanya mirip," Batin Alia.

Pria itu mirip dengan masa lalu Alia. Garis rahang yang tegas, dagu kokoh, hidung mancung, bibir yang lebar maskulin, alis tebal, sorot mata yang memicing, dan warna mata coklat. Masih tak percaya itu pria di masa lalunya, Alia menatap penampilan pria berjas tersebut.

Pria itu juga memandang Alia. Ia juga terlihat kaget bertemu Alia meskipun tidak menunjukkan ekspresi terlalu jelas.

"Alia?," Pria itu mendekat ke arah Alia yang masih kaget.

"Arya?," Tanya Alia yang masih kaget dengan sosok yang ditemuinya.

"Wah ternyata Miss Alia dan Pak Arya sudah saling kenal toh?,"tanya Della yang membangunkan Alia dari kekagetannya.

"Oh hai, Arya! Lama tidak bertemu?," Sapa Alia berbasa-basi dan mengeluarkan senyum palsu.

"Hai juga, Alia! Iya sangat lama sekali. Kamu bekerja dengan EcoMart App sekarang?," Tanya Arya.

"Iya. Aku CEOnya. Kamu bekerja di Artech Company? ," Tanya balik Alia yang coba mencairkan kecanggungan di antara mereka.

"Ya, aku juga CEOnya.," Jawab Arya dengan sedikit tersenyum membalas basa basi Alia.

"Lama tidak berjumpa. Apa kabar?," Tanya Arya memulai obrolan.

"Iya. Baik." Jawab Alia singkat. Ia tak ingin bertanya balik. Ia ingin membatasi diri untuk membagi cerita lebih dalam pada Arya.

"Mohon maaf, memotong Bu Alia dan Pak Arya. Ada baiknya kita langsung memulai meeting karena Pak Arya jam setengah satu siang akan ada jadwal bertemu klien lain." Interupsi Cici yang hanya menjalankan tugasnya sebagai asisten.

"Thanks, Cici." Batin Alia yang sebenarnya tak nyaman dengan situasi ini.

Presentasi dimulai. Alia menjelaskan produk dan pemikirannya pada kliennya. Ia tampak serius dan fokus saat menjelaskan.

"Jadi saya menawarkan kerjasama dengan Artech Company untuk membuat website e-shopping yang memiliki format baru dimana customer dapat request desain dan ukuran produk eco fashion yang diinginkan dengan cara ...."

Disaat Alia sedang menjelaskan presentasi soal idenya, Arya hanya menatapnya intens. Wanita di masa lalunya kini berubah total. Terlihat lebih dewasa, cantik, badannya juga lebih berisi dan tak sekurus dulu atau bisa dibilang lebih seksi meski hanya mengenakan rok span motif floral berwarna merah serta kemeja 3/4 berwarna hitam. Rambut indahnya yang digulung menambah kesan anggun.

"Permisi, Pak Arya mungkin ada masukan untuk apa yang saya sampaikan?," Tanya Alia membangunkan Arya dari lamunannya.

Sejujurnya Arya tidak begitu memperhatikan presentasi. Ia hanya memperhatikan Alia. Cara berbicaranya, cara berpikirnya dan cara berpenampilannya yang berbeda membuat Arya terpukau usai 7 tahun tidak bertemu.

"Iya. Saya pikir cukup bagus. Kapan kita akan memulai project itu?," Tanya Arya yang mencoba terlihat sibuk dengan membuka dokumen dari Alia.

" Anda yakin tidak ada kritikan?," Tanya Alia meyakinkan.

"Saya akan mempelajarinya kembali nanti. Sejauh ini saya tertarik menjalin kerjasama untuk project yang menurut saya unik."

"Baik, Pak. Terimakasih. Mungkin ada bisa tanda tangan di kontrak kerja yang kami buat." Jawab Alia sambil mengakhiri presentasi tersebut.

Meeting pun berakhir. Della tampak mematikan proyektor dan membereskan laptop. Sedangkan, Alia sibuk membereskan dokumen. Tanpa sadar, sebuah tangan kekar merangkul pinggang Alia dari belakang dan menempelkan badannya dengan jarak yang sangat dekat.

"Hai, Alia. Kuharap kita bertemu lagi." Bisik Pelan Arya di telinga Alia dengan mimik muka menggoda.

Mendapat perlakuan seperti itu, Alia sempat merasakan jantungnya berhenti berdetak.

"Your dream!," Jawab Alia pelan sambil tersenyum meremehkan dan dengan nada penuh penekanan.

Mendapat jawaban seperti itu, Arya hanya tersenyum penuh makna.

"Well, let see!," Jawab Arya yang kemudian melangkah pergi dari ruangan meeting.

***

Two Pieces of Broken HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang