2: A Good Team Work

340 3 0
                                    

Arya mempelajari kembali dokumen yang diberikan Alia. Sambil mencecap segelas kopi dan menikmati pemandangan kota Jakarta dari ketinggian di dalam ruang kerjanya, ia meneliti isu dokumen dari lembar per lembar di meja kerjanya.

"This is briliant!," Ujar Arya.

Tak disangka gadis yang dulu dikenalnya cuek dan cerewet, kini berubah menjadi wanita yang CEO yang cerdas. Mengingat Alia, berarti mengingat masa lalu. Ya, mereka pernah bersama selama setahun lamanya.

Bagi Arya berganti-ganti pasangan apalagi pacar adalah hal yang mudah baginya. Namun menjalin cerita dengan Alia menyisakan banyak momen yang tidak terlupakan baginya.

Ini semua kesalahannya. Andai ia bisa mempertahankan hubungannya dengan Alia. Namun sayang, saat itu mereka masih muda. Alia berusia 21 tahun dan Arya berusia 26 tahun. They were young and reckless.

Di antara semua mantan kekasihnya, hanya Alia yang tahu sisi kelemahan dan trauma Arya. Tak heran jika sosok Alia sangat membekas di hati Arya.

Ceria, lucu, cerewet, ajaib dan cuek. Itulah penggambaran sosok Alia di mata Arya.

7 tahun lebih tidak bertemu bahkan berkomunikasi, Arya tak menyangka bahwa Alia kini juga menjadi seorang CEO. Gadis yang 7 tahun dulu dicintainya kini terlihat lebih dewasa, semakin cantik, dan cerdas.

Arya masih berpikir sambil mencecap kopinya. Andai ia dulu tidak semudah itu melepas Alia pergi.

***
Di waktu yang sama.

"Omg, kok bisa sih ketemu sama makhluk itu?!," Seru Alia pada dirinya sendiri sembari menjatuhkan diri di atas kasur.

7 tahun yang lalu, bukan waktu yang mudah bagi Alia. Ia masih ingat bagaimana Arya mengkhianatinya. Ya, Alia sadar saat itu ia masih muda dan polos. 21 tahun dan polos.

Arya masuk dalam list jenis pria yang tak mau ditemui Alia. Baginya, Arya pintar dalam memanipulasi, playboy, dan penuh teka teki. Ia benci teka taki apalagi jika disuruh menduga isi hati seorang pria.

Alia tidak menampik bahwa Arya kini semakin tampan, berkharisma, dan dewasa. Namun Alia tetap bersikeras tak mau mengagumi Arya lagi.

"C'mon Alia, let's be profesional! Udahlah kamu sama Arya masa lalu. Yang penting proyek ini berhasil!," Ujar Alia pada diri sendiri.

"Lagian pria berumur seperti dia pasti sudah menikah." Tambah Alia untuk menenangkan diri sendiri. Mencoba meyakinkan diri bahwa is takkan pernah bersama Arya lagi.

***

Pagi ini, Alia kembali memilih desain untuk produk baru perusahaannya. Ia asyik memilih sambil mencecap macchiato favoritnya. Della, dengan penampilan kasual memakai sneaker datang menghampirinya.

"Permisi, Miss. Ada telpon dari Pak Arya. Katanya ingin berbicara dengan Miss Alya. Dia ingin membahas project yang kemarin dibicarakan lebih lanjut." Jelas Della sambil menyerahkan handphone kantor pada Alia.

"Hai, Alia. Aku Arya. Aku ingin membicarakan project baru kita. Menurutku ini menarik dan inovatif. Aku perlu bertemu kamu lagi untuk membahas e-shopping ini. Kapan kamu ada waktu bertemu?," Mendengar kalimat itu dari Arya, Alia langsung skeptis dan curiga.

"Apa tidak bisa dibahas lewat video call atau telepon?," Tanya Alia memberi solusi lain.

"Menurutku tidak bisa. Karena project ini baru yang pertama di Indonesia. Mungkin di dunia juga. Jadi aku butuh lebih banyak bertemu denganmu. Don't worry jika yang kamu khawatirkan adalah urusan masa lalu. Aku sudah melupakan dan profesional dalam project ini." Ujar Arya meyakinkan Alia bahwa ia ingin bertemu memang karena sebatas urusan kerjaan.

Two Pieces of Broken HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang