Setelah mengambil kunci gumilar bersama kakaknya langsung bergegas menuju bandara. Suasana didalam mobil menghening tidak ada suara apapun yang ada hanya suara mesin mobil saja. Sampai akhirnya gumilar memecahkan keheningan diantara mereka.
"Kak, boleh aku pinjem uang dulu."
"Apa? Pinjem uang, tadi diem aja sekalinya ngomong minjem duit."
"Emang buat apa dhe? Kamu butuhnya berapa gitu?" Tanya kak nia pada gumilar.
"Udah kak, aku engga jadi minjem uangnya." Ia memalingkan pandangannya ke samping jendela.
"Lah kenapa? Kakak ada uang simpanan kalo mau dipake dulu ya silahkan." Tangan kak nia meraih wajah gumilar, agar gumilar menatap dirinya. Sambil bertanya pada gumilar.
"Adhe butuh berapa?"
"Cuma dua ratus ribu, aku mau beli carrier kurang segitu." Gumilar melepaskan tangan kak nia dari wajahnya dan kembali menatap ke samping jendela.
Kini suasana kembali hening, kak nia memberhentikan mobilnya disebuah toko perlengkapan pendakian. Ia langsung mengajak adiknya untuk turun, tapi gumilar hanya terdiam ternyata adiknya itu tertidur pantas saja tidak ada respon sedikitpun ketika mobil berhenti ditoko perlengkapan pendakian.
Dan akhirnya kak nia memutuskan untuk memilihkan saja carrier untuk gumilar. Setelah nemu carrier yang dirasa sudah cocok kak nia melanjutkan melihat-melihat sekitar. Ia melihat sepatu dalam benaknya mungkin gumilar juga membutuhkannya. Kak nia langsung mengambil sepasang sepatu itu, lalu ia melanjutkan jalan untuk bayar ke kasir terlebih dahulu sebelum akhirnya kembali kedalam mobil.
Kak nia menyimpan carrier dan sepatunya dibagasi sengaja ia tak membangukan gumilar terlebih dahulu. Ia ingin memberi kejutan pada adiknya, mobilpun kembali berjalan menuju bandara.
DRTTDRTTT
Ponsel gumilar bergetar membuat kak nia mengalihkan pandangannya. Kak nia mengambil ponsel gumilar ia melihat dilayar ponsel itu tertera nama dwi ina dengan emot love disampingnya. Kak nia tersenyum sinis, sebelum akhirnya mengangkat telpon itu.
"Hay milar, kamu sudah sampai belum di bandaranya? Tanya dwi, ia kira yang mengangkat telponnya itu gumilar.
"Ini bukan milar, aku nia kamu siapa ya?" Kak nia tertawa sejadi-jadinya, tapi ia mencoba menahan suaranya agar terlihat bahwa dirinya itu selingkuhan adiknya.
"Nia siapa ya? Gumilarnya kemana? Kok yang angkat telpon kamu bukan dia." Tanya dwi dengan heran.
"Dia ada disamping aku, mau apa kamu?" Jawab kak nia.
TuttTuttTutt
Dwi ina langsung mematikan telponnya mungkin ia kesal atas kejadian tadi ketika dirinya menelpon gumilar. Sedangkan kak nia tertawa bahagia ketika adiknya tertidur pulas dan ia tau lambat laun adiknya akan bertengkar dengan dwi ina.
Tak terasa mereka berdua sudah sampai dibandara, kak nia tidak membangunkan gumilar karena masih tertidur pulas ia tak tega jika harus membangunkannya. Ia keluar dari mobil dan berjalan masuk untuk menghampiri sang ayah yang sudah lama menunggunya. Dirinya melihat ayahnya sedang duduk disebuah bangku dan sibuk dengan ponselnya, ia berjalan menghampirinya dengan suara pelan agar tidak terdengar suara langkahnya. Kak nia menutup mata ayahnya dari belakang, membuat ayahnya berusaha untuk melepaskan tangannya kak nia.
"Hay ayah, ayah sehatkan?" Kak nia memeluk ayahnya luluh.
"Ayah sehat kok, adik kamu mana? Kan ayah yang nyuruh dia untuk jemput ayah kok kamu yang datang." Mereka berdua saling melepaskan pelukannya.
"Adhe ada dimobil yah. Ia ketiduran, awalnya dia yang mau jemput ayah tapi dia bilang malas nyetirnya jadi yaudah bareng aku jemputnya."
"Ouh dia ketiduran, yaudah ayo kita pulang." Ajak ayahnya pada kak nia.
Gumilar terbangun dari tidurnya ia terkejut bahwa dirinya sudah sampai dibandara, ia melirik kearah samping kakaknya sudah tidak ada disana. Gumilar mengambil ponselnya dan menelpon kakaknya tapi tak kunjung diangkat. Gumilar memutuskan untuk menunggu saja didalam mobil takutnya ketika ia menyusul ayahnya dan kakaknya sudah sampai dimobil.
Suara pintu bagasi terbuka mungkin itu menandakan bahwa ayah dan kakaknya sudah sampai. Gumilar langsung keluar berjalan kebelakang mobil dan benar ayah dan kakaknya sudah sampai. Gumilar memeluk ayahnya, setelah memeluk ayahnya ia melihat didalam bagasi ada carrier dan sepatu.
"Ini carrier sama sepatu siapa? Tanya gumilar dengan heran, menatap ayah dan kakaknya sesekali.
"Itu carrier sama sepatu kamu dhe, tadi katanya mau beli tapi kurang uang jadi yaudah kakak beliin." Jawab kak nia
"Makasih ya ka, nanti lusa aku ganti uangnya." Gumilar memeluk kakaknya tanda terima kasih kepadanya.
"Iyh, yaudah ayo pulang."
Mereka bertiga langsung masuk kedalam mobil, diperjalanan gumilar tidak dapat notif dari dwi ina satu pun. Gumilar mengiranya dwi sedang sibuk makanya ia lebih memilih menunda untuk menghubungi dwi ina.
Gue nyempetin waktu nih buat kalian meski PTS gue belum selesai😌
Bantu gue dengan cara vote dan share cerita gue ketemen-temen kalian ya😊
Temukan gue disosial media
Follow instagram gue di gumilar_gemintang97😊
Cek juga halaman facebook gue di gumilar_gemintang😁
Subcribe chanel youtube gue di Gumilar Gemintang😍
Liat juga wattpad quote gue di
Gumilar Gemintang😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Musuh Dalam Selimut
Fiksi RemajaTidak pantaskah bukan seorang musuh adalah teman sekolahanmu sendiri? Seorang musuh yang merampas kebahagianmu harus dibalas dengan setimpal. Teruntuk engkau, kau sebenarnya siapa? Berani merusak pertahananku. Kau membawaku kedalam alur ceritamu. Me...