Prolog

15.7K 1K 51
                                    


Saga Sesil

###

Prolog

###

Repost ulang, ya

###

"Hey ... Akhirnya kau membuka matamu."

Sesil mengerjapkan matanya beberapa kali di antara rasa sakit di kepalanya. Butuh beberapa saat baginya untuk menyadari ada seseorang yang berdiri di samping ranjang. Tangannya bergerak menyentuh kepala, saat itulah ia menyadari infus yang tertemp
el di tangan kiri. Dinding serba putih dan aroma antiseptik yang menyergap hidungnya, ia tahu benar sedang berbaring di manakah ini. Hanya saja, denyutan di kepala Sesil semakin menjadi ketika ia berusaha mengingat apa yang membuatnya berada di tempat menyeramkan ini.

"Bagaimana perasaanmu?" Pria itu bersuara lagi. Kali ini Sesil memberikan perhatian sepenuhnya. Pria itu berambut ikal menyentuh leher dan berwarna gelap. Rahangnya terukir keras, hidung mancung, alis tebal, dan mata setajam elang. Tak akan berlebihan jika Sesil memuji ketampanan pria itu. Dan tentu saja, pria itu bukan dokter yang bertugas mengingat kemeja hitam dan bentuk tubuh semacam itu.

"Kau ... Siapa kau?" Jantung Sesil berdegup kencang. Tubuh Sesil beringsut menjauh ketika lelaki itu mendekat dan tetap mendekat meskipun ia terkesiap ketakutan.

Pria itu duduk di sisi ranjang dan tersenyum lembut. Kesabaran yang menghiasi wajahnya tak sejalan dengan matanya yang dingin dan gelap. "Aku tunanganmu, Sayang. Apa kau juga melupakan hal sekecil itu?"

Sesil menarik tangannya dari genggaman pria itu. Saat itulah ia menyadari benda mungil yang terselip di antara jari manisnya. Cincin dengan hiasan permata mungil berwarna merah. Panggilan Sayang yang diucapkan dengan intim. Apakah benar ia tunangan pria ini?

"Kau mengalami kecelakaan, Sesil. Kau mendapatkan cedera di kepala yang cukup serius.".

Pria itu bahkan mengenali namanya. Mengetahui apa yang telah terjadi padanya. "Aku tidak mengingat apa pun," gumamnya lirih di antara bibir pucatnya.

"Ya, Dokter sempat menyinggung tentang itu. Dan mengatakan itu hal yang normal. Dokter membiarkanmu tertidur selama beberapa saat untuk menyembuhkan cedera otakmu. Tapi kau tidak apa-apa."

"Aku ... aku bahkan tidak ingat siapa dirimu?"

"Aku tunanganmu. Saga. A-ku akan membantumu mengingat siapa dirimu." Secercah senyum tipis muncul dibibirnya. Mata birunya yang gelap dan indah memudarkan kelicikannya yang hakiki.

Sesil nampak meragu. Berpuluh pertanyaan yang aneh muncul di kepalanya. Tentang siapakah sebenarnya pria ini? Seberapa jauh hubungan mereka? Karena apa yang dikatakan pria itu, bertentangan dengan reaksi hatinya yang meringkuk ketakutan seperti tikus yang terpojok. Seperti ada seseorang yang mengintai dan mengancamnya dari kegelapan. Menunggu waktu yang tepat untuk ... membunuhnya, mungkin. Tapi kenapa?

"Apa kau meragukanku?"

Sesil akan mengangguk. Namun, tak sampai hati jika menyinggung perasaan pria itu. Meskipun pria itu sangat asing di ingatannya, Sesil tahu pria itu mengetahui sesuatu tentang dirinya. Tentang siapa dirinya. Kata sayang dan mesra yang diucapkan pria itu, pasti memiliki sebuah alasan.

Saga mengulurkan tangan. Hendak meraih tangan Sesil, tapi sekali lagi wanita itu menjauhkan tangan dari jangkauannya. Seringai tipis tak bisa ia tahan, meskipun ia harus terlihat sangat sabar. "Aku tak akan melukaimu. Aku hanya ingin menunjukkan bukti agar kau memercayai apa yang kukatakan."

Sesil membiarkan Saga menjangkau tangannya meskipun aura pria itu masih membuat hatinya mengkerut. Melepas cincin di jari manisnya, lalu menunjukkan sesuatu di bagian dalam cincin tersebut.

Saga and Sesil

Mata Sesil menyipit membaca nama mereka yang diukir. Lalu menatap mata Saga dan kembali pada cincin tersebut. Butuh pemastian lebih.

"Ini cincin pertunangan kita." Saga juga menunjukkan cincin yang terpasang di jari manisnya. Tanpa hiasan apa pun, tapi terlihat berkilau.

Sesil masih tak bersuara. Berusaha mengais ingatan terakhir yang masih ada di kepalanya. Tentang kedua orang tuanya yang sudah meninggal. Lalu ia hidup dengan keluarga pamannya di pusat kota dan memutuskan berhenti kuliah. Ia bekerja di supermarket milik teman pamannya. Bertemu dengan ... mendadak hati Sesil merasa kehilangan tanpa sebab.

"Apakah kepalamu masih sakit?"

Sesil menyentuh kepalanya. Pusat rasa sakitnya bersarang.

Saga menekan tombol yang ada di dinding. "Dokter akan datang dan memeriksamu. Pasti ada sesuatu untuk meredakannya."

***

"Jadi, hari ini kau mempunyai seorang tunangan?"

Saga menoleh, menutup pintu ruang rawat Sesil, dan menemukan tangan kanan sekaligus kepercayaannya itu berdiri bersandar di dinding samping pintu. Dengan kedua tangan bersilang di depan dada dan kaca mata hitam tersampir di kepala. Jaket, kaos, jeans dan sepatu serba hitam, cukup mencolok di dinding rumah sakit yang berwarna putih. "Dan besok aku akan menjadi seorang suami. Tak terduga, tapi cukup menyenangkan, bukan."

"Dia bahkan sama sekali tidak mendekati kriteria wanita yang akan kau lirik, apalagi untuk ditiduri."

Saga terkekeh. Sesil memang bukan wanita yang akan menarik perhatiannya dengan penampilannya yang cenderung tertutup. Apalagi yang akan ia tiduri dalam satu malam. Akan tetapi, merawat Sesil selama tiga hari ini, wanita itu menyembunyikan aset yang sangat mahal di balik kain-kain sialan itu. Wajahnya juga tak bisa dibilang jelek. Sedikit polesan akan mengeluarkan aura kecantikan wanita itu, meskipun tanpa make up pun wanita itu sering kali merona ketika berdekatan dengannya. "Kau melakukan pekerjaanmu dengan sangat baik, Alec. Cincinnya sangat pas di jarinya."

"Dalam hati, aku mengingkari keputusanmu, Saga. Tapi aku tak pernah mampu mempertanyakan keputusanmu."

"Untuk itulah kau masih tetap di sampingku hingga detik ini."

"Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan dari pria itu. Tidak seharusnya kau melakukan ini pada tunangannya."

Saga menelengkan kepala menatap Alec, senyumnya semakin tinggi. "Itulah masalahmu, Alec. Kau selalu merasa puas hanya dengan keuntungan yang sedikit. Kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali."

"Kau terang-terangan menginginkan perang."

"Ah, aku baru menyadarinya, Alec. Dia ternyata sangat cantik saat kau melihatnya lebih dekat. Aku tak akan mendapatkan istri secantik itu dengan reputasi jelekku."

Alec tertawa mencemooh. "Apa kauingin aku membuat daftar siapa wanita yang berani mempertaruhkan nyawa mereka untuk menjadi istrimu?"

"Semua wanita memang sangat membosankan," gerutu Saga sambil mengibaskan tangan ke samping. "Apalagi yang terlalu memujaku."

Alec melirik pintu ruang rawat Sesil dengan tatapan sinis.

"Kecuali dia," tambah Saga. "Jangan biarkan siapa pun masuk," perintah Saga pada dua pengawal yang datang. Lalu berjalan melintasi lorong diikuti Alec.

"Lalu, apa yang akan kau lakukan jika ingatannya kembali?"

Seringai jahat Saga melebar keji. "Saat ingatannya kembali, semuanya sudah terlalu terlambat untuk dikembalikan."
2019

Wajib tinggalin jejak ya. Biar Authornya seneng. Wkwk...

Monday, 7 October 2019

New Story Saga and Sesil (Tersedia di Google Play Book & Kubaca)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang