New Story
###
Part 24
###
Gedoran keras di pintu mengagetkan Sesil dari lamunannya. Sesil terkesiap kaget, memutar tubuh bersandar pada wastafel, dan menatap pintu dengan ngeri. Apa Saga mulai naik darah? Apa pria itu menyadari kebohongannya secepat ini? Tidak, mungkin dari awal pria itu memang sudah mengetahui kebohongannya. Pria itu tahu segalanya, bahkan pikiran terdalam yang berusaha ia tutup rapat-rapat sekalipun. Tubuhnya membeku dan kedua tangannya yang memegang pinggiran wastafel mulai berkeringat.
"Apa kau pikir aku tak tahu apa yang kaulakukan di dalam sana? Aku bahkan tak bisa berkata-kata dengan ketololanmu, Sesil," geram Saga dengan kedua tangan terkepal. Rahang pria itu mengeras, seolah menahan emosi yang meluap-luap tak terkendali.
Setelah semua kesabarannya menghadapi sikap Sesil sejak di rumah sakit, dan wanita itu masih berpikir bisa mempermainkannya lebih jauh. Ia tak menyangka Sesil menipunya mentah-mentah begini. Ia hampir percaya semua kebohongan wanita itu, jika instingnya tak bekerja dengan baik oleh gairah yang membakar tubuhnya karena Sesil. Hingga ia mendengar suara pintu kamar mandi yang dikunci dari dalam dan ia segera memungut ponselnya untuk mengakses cctv kamar mandi.
Sekali lagi Saga menggedor pintu di hadapannya dan hampir menghancurkannya. "Kau bisa memilih. Aku atau kau yang akan membuka pintu ini. Pilihan ada di tanganmu."
Pintu kamar mandi terbuka beberapa detik setelah Saga menutup mulutnya. Sesil muncul dengan wajah sepucat mayat dan kepala tertunduk. Bagus jika wanita itu sedikit takut.
Sesil mendongak dengan perlahan menatap ekspesi Saga yang dingin dan tajam. Ketenangan yang berusaha pria itu tunjukkan sama sekali tak mengurangi ketakutannya akan aura kemurkaan yang mengelilingi tubuh Saga. Pria itu sudah mengenakan pakaian lengkapnya. Kaos lengan pendek berwarna putih dan celana jeans pendek berwarna biru pudar.
"Kau mulai membuatku muak, Sesil. Berharap saja aku masih punya sedikit belas kasih untuk tidak mendepakmu dari rumah ini seperti sampah." Saga berbalik dan berjalan pergi.
Sesil terpaku di depan pintu. Melihat punggung Saga menjauh, membuka pintu, dan membantingnya tertutup dengan tarikan yang keras. Membuat Sesil tersentak kaget. Apa Saga marah?
Sesil menyentuh tengkuknya yang tak gatal, menyingkirkan rasa merinding yang menyerang meskipun pusat kengeriannya sudah menghilang dari kamar ini.
Paginya Sesil terbangun tepat pukul tujuh. Ia menggeliat dan terpaku melihat sisi ranjang yang kosong. Sprei yang masih rapi menandakan bahwa Saga tidak bermalam di ranjang ini.
Menghibur diri dengan mengatakan bahwa Saga akhirnya memenuhi permintaannya agar mereka tinggal di kamar yang berbeda. Sesil beranjak ke kamar mandi. Mengabaikan kegusaran yang mulai memengaruhi pikirannya.
'Ini lebih baik.'
Sesil tak perlu merasa kehilangan untuk apa pun yang tak ia inginkan. Mendesah keras, Sesil membanting sikat gigi yang sejak tadi hanya tergenggam di tangannya. Memegang dadanya yang terasa tak nyaman dan tak aman. Lalu kepalanya menggeleng dengen keras.
"Kegusaran ini hanyalah karena ancaman Saga. Ya, hanya itu. Memangnya siapa yang tidak takut dengan ancaman Saga? Semua orang takut pada pria kejam itu. Dan reaksi semacam ini sangat normal apalagi untuk wanita lemah sepertiku." Sesil menggumamkan kata-kata penenang untuk dirinya sendiri. "Setidaknya pria itu tak akan menyakitiku karena anak yang ada dalam kandunganku, bukan?" Sesil menyentuh perutnya yang masih rata. Gelenyar hangat yang menjalari seluruh jemari dan naik ke sepanjang lengannya sebelum kemudian berhenti di dada, membuat Sesil tercenung cukup lama. Matanya mulai basah. Seorang anak, ia tak pernah membayangkan akan memiliki seorang anak. Bayangan bayi laki-laki yang menangis dan kedua tangannya menggapai-gapai ke arahnya dengan senyum lebar. Memanggilnya dengan panggilan mama dan meminta perlindungan serta kehangatan dalam pelukannya. Air mata Sesil terjatuh. Sanggupkah ia kehilangan anak ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
New Story Saga and Sesil (Tersedia di Google Play Book & Kubaca)
RomanceSesilia Nada, terbangun dengan ingatan sebersih kanvas kosong. Menemukan dirinya sebagai tunangan mafia paling ditakuti karena kekejamannya, Saga Ganuo. Hingga kemudian, perlahan Sesil menyadari bahwa memori yang diberikan Saga bukanlah ingatan yang...