0.3

56 24 12
                                    

Ada orang yang berkata bahwa kasih sayang itu ada dan nyata. Tetapi bagi Yesha, kasih sayang hanya sebuah khayalan dan fatamorgana. Semakin ia berharap akan hadirnya kasih sayang, keinginannya justru terasa semakin jauh. Makin tak bisa dan sangat sulit digapai.

.
.
.

Kasih sayang hanya sebuah khayalan
Seolah kita melihat bahwa cita-cita
setinggi bintang di langit
Kita selalu mengerjarnya, meski kita tahu bahwa
bintang adalah sesuatu yang
tak mungkin tergapai
Kasih sayang bagai fatamorgana,
mengharap sungai besar di padang pasir
Padahal itu hanya tipuan cahaya dan keinginan
yang membuat kita buta, bahwa apa yang
kita inginkan...
sama sekali tak ada.

.
.
.

Yesha memang mempunyai banyak teman. Namun baginya, teman bukanlah sarana untuk menyimpan segala keluh kesahnya. Ia terlalu takut. Seseorang terdekat dalam hidupnya saja bisa menyakitinya, apalagi seorang teman? Yang paling mengertinya hanyalah blog pribadinya, novel-novel ciptaannya, dan rangkaian kata yang mampu menampung keluh kesahnya.

Sejauh ini, ia hanya punya satu sahabat yang paling ia percayai. Sahabat sejak duduk di bangku SD. Sahabat yang tahu seluruh gelap dan kelamnya hidup Yesha. Dia adalah Zellya Gabriell.

Beruntung, mereka masih ditempatkan dalam satu SMA yang sama meski terpisah lorong jurusan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beruntung, mereka masih ditempatkan dalam satu SMA yang sama meski terpisah lorong jurusan. Yesha di kelas IPS, sementara Zellya di jurusan IPA.

Satu sahabat yang paling mengerti lebih baik,
daripada ribuan teman yang diselimuti kemunafikan, bukan? batinnya.
.
.
.

Mungkin bagi sebagian orang, rumah adalah istana. Rumah adalah surga dunia dimana kita bisa bertemu para malaikat. Rumah adalah tempat terindah, tempat kita pulang dan mencurahkan segalanya. Namun, lagi-lagi, tidak bagi Yesha.

"Kak?" Panggil Lessa, adik perempuannya yang masih duduk di bangku SD.

"Ya, sayang?" Sahut Yesha.

Ada semacam pisau yang menyayat hati tiap kali Yesha menatap adik kecilnya, Alessandra Andreas alias Lessa. Semacam perasaan senang. Ya, karena adiknya bernasib mujur, tak sepertinya. Namun tak bisa dihindari, ada sekelebat perasaan iri dalam dadanya.

"Lusa Kakak ikut ke Bali, nggak? Mama sama Papa ajak liburan. Kan enak, ya, kak. Ke Bali kayak bule-bule gitu" ucap Lessa dengan lucunya.

Yesha tak bisa menahan senyum dan mencubit pipi adiknya yang menggemaskan ini. Tersenyum, karena ia tak mau orang lain melihat sosoknya yang rapuh.

"Kakak nggak ikut. Ada ulangan" jawab Yesha.

Ya, berbohong adalah aktivitas yang sudah menjadi separuh jiwanya. Ia bukan tak mau ikut, tapi diajak turut serta liburan pun tidak.

Yesha bangkit dari kursinya dan berjalan meninggalkan Lessa di ruang keluarga. Kamar tidur adalah istana yang sudah menantinya untuk meluapkan air matanya di bantal.

"Mau ke mana, kak? Kok pergi?" Tanya Lessa.

"Kakak capek, mau istirahat. Lessa juga ya, istirahat" ucap Yesha yang langsung di patuhi oleh gadis kecil itu.

.
.
.

Ayah, kalau ayah masih ada disini. Keluarga kita bakal bahagia yah.

- Adeeva Afsheen Myesha


Jangan lupa vote dan comment untuk saran dan kritik, biar saya makin semangat next nya ahai

- Author cans

Happiness || ellestrwbrryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang