Salahkah jika ku seduh secangkir robusta untuk yang singgah sedikit lebih lama dihatiku?
Nikmati saja rasanya, meski kadang panasnya mampu melukai jemarimu -Yang setelah kepergianmu baru ku sadari tak ada hak untuk menggenggamnya.
Sesekali kamu melirik jendela, semoga hujan segera reda, tandasmu.
Lalu ku rapal doa setiap kali cangkir menyentuh bibirmu. Semoga hujan teduh disaat malam.
Maka tak ada pilihan selain bersemayam digubuk penderitaan, bersama seorang yang menyebutnya rumah pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Terlatih
Poetryhanya segelintir ego yang merubah diri menjadi sekumpulan kata yang nyaris enak di dengar.