BAGIAN 5

1.3K 57 0
                                    

Rangga terbangun ketika mendengar suara langkah kaki mendekati mulut goa. Bergegas dia melompat mendekati mulut goa. Tangannya menyingkapkan sedikit semak belukar yang menutupi mulut goa kecil ini.
"Sawung Bulu. Huh, kukira siapa?" dengus Rangga. Sawung Bulu menyibakkan semak lalu melangkah masuk. Dia kaget juga melihat Rangga berdiri di balik dinding mulut goa. Dilemparkannya dua ekor kelinci ke dekat api unggun yang masih menyala kecil.
"Pagi-pagi sudah dapat kelinci," kata Rangga agak bergumam.
"Aku rasa cukup untuk makan kita bertiga,"  sahut Sawung Bulu terus melangkah.
Rangga menoleh pada Melati yang tampaknya sudah bangun. Wanita itu masih tetap tergolek, hanya bagian leher ke atas saja yang bisa digerakkan. Pengaruh totokan Pendekar Rajawali Sakti begitu kuat, sehingga tidak bisa lepas kalau tidak ditolong orang lain.
Di dekat api unggun, Sawung Bulu kini sibuk menguliti kelinci-kelinci buruannya, dan memanggangnya di atas api. Bau harum daging kelinci panggang mulai tercium, membuat perut minta segera diisi. Rangga melangkah mendekati Melati, lalu duduk di samping wanita itu.
"Aku yakin perutmu pasti lapar," kata Rangga. "Huh!" Melati hanya mendengus mencibir.
Rangga hanya tersenyum, laki bangkit mendekati Sawung Bulu. Bau harum daging kelinci panggang membuat perutnya jadi tidak sabaran. Rangga mencomot daging yang sudah matang. Sawung Bulu membawanya kepada Melati.
"Dari semalam perutmu belum diisi. Nih...,"  Sawung Bulu menyodorkan sepotong daging yang sudah matang.
Tetapi Melati hanya mendelik saja. Mana mungkin bisa makan dalam keadaan tertotok seperti itu? Perutnya memang lapar sekali, tapi pengaruh iblis yang menguasai jiwanya lebih memilih lapar daripada menerima kebaikan Sawung Bulu.
Sawung Bulu menoleh pada Rangga yang tengah menikmati makan paginya. Sinar matanya menyiratkan agar Rangga mau membebaskan totokan pada tubuh Melati.
"Sudahlah, dia tidak akan mati jika hanya dua tiga hari tidak makan," kata Rangga seperti mengetahui arti tatapan Sawung Bulu.
Sawung Bulu mencuil sedikit daging kelinci, lalu disuapkannya ke mulut Melati. Tetapi wanita itu malah membuang mukanya ke samping. Sinar matanya memancarkan kebencian yang amat sangat. Sawung Bulu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja. Bahunya terangkat sedikit Kemudian dimakannya sendiri daging panggang itu
Sebenarnya Sawung Bulu merasa kasihan melihat Melati tersiksa seperti itu. Tapi dia tidak berani melepaskan totokan di tubuhnya. Dalam keadaan seperti sekarang  ini, Melati sangat berbahaya bila terlepas dari pengaruh totokan.
"Kau pasti kenal betul dengan Wratama," kata Rangga yang tiba-tiba ingat dengan kejadian semalam di kedai makan sekaligus tempat penginapan itu.
"Wratama...? Tentu saja aku kenal. Ada apa dengannya?" tanya Sawung Bulu.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin tahu kedudukannya di Desa Pasir Batang."
"Wratama orang kepercayaan Ki Brajananta. Kedudukannya tidak beda dengan wakil kepala desa," Sawung Bulu menjelaskan
"Dia juga murid Padepokan Pasir Batang?"
"Bukan. Wratama pernah jadi punggawa kerajaan. Entah kenapa dia keluar, lalu belajar ilmu kesaktian pada seorang pertapa di Gunung Kidul. Dia datang ke Desa Pasir
Batang sekitar sebelas tahun lalu."
"Ada keluarganya di sana?"
"Wratama masih keponakan Ki Brajananta. Ayahnya adik sepupu Ki Brajananta yang dulu juga menjabat Kepala Desa Pasir Batang."
"Hm, kau tahu nama pertapa itu?" tanya Rangga.
"Kalau tidak salah namanya Eyang Parang Jati. Beliau sudah mangkat sehari setelah Wratama meninggalkannya. Kabarnya dia mangkat setelah menurunkan seluruh llmunya pada Wratama yang jadi pewaris tunggal."
"Kau tahu, sampai di mana tingkat kepandaiannya?" tanya Rangga lagi. Dia semakin tertarik untuk mengetahui latar belakang kehidupan Wratama.
"Sayang sekali, aku belum perah melihat Wratama menggunakan ilmunya. Dia seperti tidak memiliki satu kepandaian pun."
Rangga tercenung sejenak. Memang kelihatannya Wratama hanya seperti orang biasa yang awam terhadap ilmu olah kanuragan atau ilmu-ilmu kesaktian. Sikap dan pembawaannya tenang, dan tidak banyak bicara. Wratama ibarat pemuda lemah yang biasa hidup bagai seorang pangeran manja dikelilingi puluhan pengawaL Penampilannya pun rapih.
Memang tidak ada yang bisa menduga kalau Wratama memiliki ilmu olah kanuragan dan kesaktian. Setiap orang pasti menyangka dia seorang pemuda lemah. Rangga sendiri semula menduga begitu Tapi semuanya pupus setelah dilihatnya langsung Wratama tengah mengerahkan ilmu peringan tubuh. Yang menjadi pertanyaaan sekarang, apa hubungannya Wratama dengan Raja Dewa Angkara?
"Aku akan ke luar sebentar," kata Rangga seraya bangkit berdiri. "Kau di sini saja, ingat jangan coba-coba membebaskan dia dari totokanku."
Sawung Bulu hanya mengangguk. Dia sudah percaya penuh pada kemampuan Pendekar Rajawali Sakti ini. Sedikit pun tidak ada lagi keraguan di hatinya.

6. Pendekar Rajawali Sakti : Prahara Gadis TumbalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang