Satu bulan setelah kejadian malam itu. Jihoon dinyatakan hamil. Setelah sebelumnya ia ditemukan tak sadarkan diri di kamar mandi oleh Soonyoung.
Soonyoung yang mendengar ini tampak tak suka. Sungguh, ia tak mengharapkan anak dari Jihoon. Sebenarnya Jihoon sangat membantu Soonyoung. Menyiapkan seragam kerja, alat kantor, dan selalu menyiapkan secangkir kopi latte kesukaan Soonyoung. Tapi entahlah, Soonyoung benar benar tidak bisa menerima Jihoon.
Keadaan Jihoon sudah membaik. Jihoon sudah bisa membantu bibi Han membersihkan rumah, memasak, menyiapkan keperluan Soonyoung, bahkan mencuci mobil Soonyoung. Soonyoung sengaja menyuruh Jihoon, Soonyoung benar benar tak membiarkan Jihoon diam.
Hari ini Jihoon pergi bersama ibu Soonyoung. Ibu Soonyoung adalah orang yang paling antusias saat mengetahui Jihoon hamil. Seperti mertua lainnya yang mendambakan cucu. Ibu Soonyoung juga antusias membelikan Jihoon pakaian untuk ibu hamil.
Menjelang malam, Jihoon kembali ke rumah Soonyoung. Dibantu bibi Han, Jihoon menata pakaian yang baru dibelikan oleh ibu mertuanya.
"Nona Jihoon sudah makan?"
"Sudah bi, aku baru saja makan dengan ibu sebelum pulang. Bibi, aku membelikan baju untuk bibi tadi. Semoga cukup, aku hanya kira kira saja. Aku tak tahu ukuran baju bibi."
"Tak perlu repot repot sayang. Tapi, terimakasih banyak. Apa mual hari ini?"
"Tidak bi, sepertinya dia tidak suka membuat ibunya kerepotan. Dia anak yang baik."
"Syukurlah, jaga kesehatan sayang. Bertahanlah, Soonyoung pasti berubah."
"Aku akan bertahan, tapi aku juga akan menyerah jika aku memang benar benar tidak mampu. Bibi, aku tak pernah mendapat perlakuan seperti ini sebelumnya. Meskipun aku dulu sempat hidup di jalanan, teman temanku baik semua."
"Semoga kebahagiaan akan segera hadir menghampirimu sayang."
"Meskipun aku mendapat perlakuan buruk, aku sudah cukup bahagia saat aku tahu ada dia. Setidaknya aku tidak sendiri lagi, bibi."
Setelah selesai, bibi Han pamit ke kamarnya. Sementara Jihoon masih menunggu Soonyoung pulang. Biasanya jam delapan malam Soonyoung sudah sampai rumah.
Benar saja, jam delapan kurang Soonyoung sampai di rumah. Jihoon segera bangkit dari sofa dan langsung menerima tas dari Soonyoung. Ia juga melepaskan sepatu Soonyoung.
"Buatkan aku sesuatu. Kepalaku pusing, hidungku juga tersumbat."
"Baiklah, duduklah di sofa. Aku buatkan."
"Antar ke kemarku saja."
Soonyoung berlalu. Setelah menaruh tas Soonyoung, Jihoon segera ke dapur. Membuat papermint untuk Soonyoung. Lalu mengantarnya ke kamar Soonyoung.
"Soonyoung, duduklah sebentar. Minum ini."
"Hmm." Soonyoung menerima secangkir papermint hangat. Lalu meneguknya hingga tandas.
"Keluarlah! Kenapa masih berdiri disini."
"Kemarikan cangkirnya. Akan kubawa ke belakang sekalian."
Bukannya memberikan pada Jihoon, Soonyoung malah membanting cangkir itu hingga hancur. Soonyoung langsung merebahkan badan dan memunggungi Jihoon yang masih berdiri. Jihoon mengambil kantong untuk wadah serpihan beling. Bibi Han hendak membantu, tapi Jihoon menolak. Takut jika Soonyoung marah.
Jihoon kembali ke kamar Soonyoung, dilihatnya punggung suaminya naik turun teratur. Jihoon kira sudah tidur. Padahal Soonyoung masih membuka lebar matanya. Berperang dengan pikiran pikiran yang datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
247 • SOONHOON
FanfictionKesakitan ini tak akan berhenti jika aku hanya diam. Aku tahu diri, darimana aku berasal. Tenang saja, aku akan kembali ke tempat aku dimana berasal. Setelah aku pergi, kau bebas melakukan apapun. Aku, tak kan mengganggumu lagi. -Lee Jihoon. Ternya...