A chance to change #END

2.8K 317 57
                                    

Ngingetin lagi buat baca chap sebelumnya:). Biar masuk:")

🐺

Pintu kamar yang dibanting membuat luhan berjingkrak kaget. Setelah Sehun memaksa ah tidak, tapi mengancam Luhan agar memberi kunci mobilnya, Sehun berkendara seperti orang gila. Sedangkan Luhan didalam taksi tak bisa duduk dengan tenang, takut Sehun mencelakai dirinya sendiri.

Luhan tidak menyangka Sehun akan semarah itu melihat Kai bersama lelaki lain sampai baku hantam didepan umum. Bukan Sehun sekali, pikirnya.

"SIALAN KAU!!"

Tersadar dari lamunannya, Luhan panik mendengar teriakan Sehun dari dalam. Ia mencoba membuka pintu kamar Sehun yang sialnya terkunci.

Sedangkan didalam kamar, Sehun menatap nyalang bayangan dirinya dalam cermin yang sudah retak tak terbentuk, kedua tangannya mengepal diatas washtaple, urat menonjol di dahi dan juga leher pria itu.

"Kau menyakitinya! KAU MENYAKITINYA BRENGSEK!"

Napasnya memburu, wajahnya merah padam menandakan amarahnya sudah diubun-ubun. Ya amarah untuk dirinya sendiri. Otaknya memutar ulang kejadian itu lagi, dimana ia melihat Kai menggandeng lengan pria sialan itu.

"ARGH!!" Tangannya yang mengepal ia arahkan pada bayangannya didalam cermin.

Ingatan itu berlanjut disaat ia menghajar pria itu, lalu perkataan yang pasti menyakiti pujaan hatinya. Sehun terus melayangkan tinjunya pada cermin yang bahkan sudah tidak ditempatnya lagi alhasil Sehun meninju dinding kosong, ia tidak peduli tangannya yang sudah bercucuran darah.


















"Kau yakin baik-baik saja?"

"Ya, terimakasih sudah mengantarku pulang Mingyu"

Suara pintu mobil terbuka disusul dengan Kai yang menapakan kakinya pada aspal jalan.

"Perlu aku temani?" Tidak ada niat apapun, Mingyu hanya tidak ingin Kai melakukan hal buruk, itu saja.

Kai yang hendak menutup pintu mobil terdiam, kepala yang awalnya menunduk kini terangkat menatap Mingyu dengan tatapan yang sulit dimengerti.

"Menemaniku?" Mingyu hanya diam, dia melihat pria manis diambang pintu mobilnya tengah menunjuk dirinya sendiri. Matanya terlihat sendu tapi seringai mengejek itu terpatri dibibir delimanya.

"Berdua dirumah, tanpa kehadiran orang tuaku, lalu aku memberimu kenikmatan, dan terakhir kau memberiku sejumlah uang. Itu yang kau maksud menemaniku?"

Gelengan ribut Mingyu berikan sebagai jawaban, dalam hati ia merutuki otak bodohnya yang tidak bisa berbuat apapun saat ini. Pintu mobil terutup dengan kuat lalu punggung yang sedikit bergetar itu menghilang tertelan pintu rumah.















Pemandangan kota dari balkon apartemen dilantai sembilan menjadi daya tarik tersendiri untuk Sehun, minuman beralkohol ia jadikan penangkal angin malam yang dingin, tak tahu sudah berapa puntung rokok yang ia hisap demi mencari ketenangan, persetan dengan kesehatan.

"Sehun?"

Seruan ayahnya tak ia hiraukan karena ia sedang menikmati fase setengah sadarnya akibat minuman beralkohol tinggi itu.

"Kau berantakan. Kukira kau akan terjun dari balkon saat Luhan menelponku dengan panik tadi"

Yunho mendekati anaknya lalu ikut duduk di kursi bersebelahan dengan pria setengah mabuk itu. Menghela nafas saat melihat Sehun benar-benar kacau. Punggung tangan dan jarinya terhiasi darah kering dan lecet dengan kulit mengelupas. Yunho meringis ngilu melihatnya.

Freeshot HunKaiWhere stories live. Discover now