Tiga

149 4 1
                                    

Pemerintah Terlalu Berharap pada Masyarakat

Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau, suku, dan bahasa. Sudah banyak warga negara asing yang berkunjung ke Indonesia ‘tuk menikmati pemandangan alam yang ada di negara merah putih ini. Negara yang sebenarnya memiliki potensi besar menjadi negara maju, namun selalu terhalang oleh kinerja pemerintah dan juga sebagian besar karakter masyarakat yang membuat kita hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Mereka yang hanya bisa menuntut tanpa melakukan aksi apa pun dan juga pemerintah yang bekerja tanpa kepedulian, melainkan untuk uang. Tak munafik memang, tapi di sisi lain, harus diimbangi juga oleh niat dan pemikiran yang matang demi bangsa Indonesia tercinta ini.

Jika kita bahas lebih dalam, sebenarnya ada beberapa hal yang jika kita ubah sedikit saja, bisa membuat negara kita menjadi lebih maju. Contohnya adalah pendidikan. Suatu negara yang bisa dikatakan maju umumnya memang tak selalu indah dalam bidang hal, melainkan mereka terfokus pada satu hal yang mungkin akan membawa nama mereka menjadi dikenal oleh negara lain. Jika satu hal yang telah dibenahi sudah sempurna, maka seharusnya hal-hal lain juga bisa dibenahi secara pelan-pelan. Sedikit demi sedikit akan tumbuh menjadi bukit. Tak ada sesuatu yang instan, tapi akan berhasil jika mau dicoba. Tak apa memakan waktu lama, tapi setidaknya bisa membuat Indonesia menjadi lebih baik.

Pendidikan yang ada di Indonesia sebenarnya terlihat cukup miris, tapi tak ada yang menyadari hal itu, bahkan sebuah budaya jika orang yang sukses adalah orang yang pintar secara akademis itu sudah meluas hingga pelosok pulau. Padahal sebenarnya jika dilihat dari sudut pandang keseluruhan, jenis akademis yang digunakan di Indonesia nyatanya hanya membuang-buang waktu saja. Ya ... sebenarnya hal ini pun menanamkan sifat kurang disiplin pada murid yang dapat berimbas pada apa pun itu. Sebab di Indonesia, lebih banyak teori tertulis dibandingkan praktik yang sebenarnya membuat murid lebih mengerti atas apa yang diajarkan, dan mereka dibiasakan untuk menghafal. Malah mereka tak diajarkan untuk praktek seperti tak membuang sampah, botol, pasak, dan sandal bekas sembarangan.

Suatu sistem pendidikan yang sudah dipakai sejak zaman nenek moyang, tapi nyatanya tak berdampak positif bagi masyarakat Indonesia. Walau pemerintah merombaknya sekali pun, tetap saja yang mereka ubah justru menjadi lebih buruk. Jikalau budaya harus dilestarikan, bukan budaya aneh ini yang dipertahankan. Budaya menghafal nyatanya hanya akan membuat murid semakin bodoh. Bagaimana tidak, setelah menghafal pelajaran umumnya murid akan melupakannya dalam hitungan detik. Apalagi dalam satu hari, mereka dipaksa ‘tuk menghafal beberapa jenis pelajaran yang tak mereka suka dan dilaksanakan dalam waktu yang sangat lama. Ibarat kata, mereka sudah bosan, dibuat semakin lelah, hingga akhirnya semua yang telah diserap oleh otak, mengalir keluar begitu saja.

Jika kita pikir secara mendalam, sebenarnya pelajaran yang disuguhkan kepada para siswa tak berguna di masa depan. Mereka dipaksa untuk mengerti semua pelajaran, termasuk hal yang mereka benci. Jika mereka tidak bisa melakukannya, maka mereka akan dianggap sebagai manusia paling bodoh di kelas. Tak jarang pula kata-kata itulah yang sering dilontarkan kepada murid hingga akhirnya menimbulkan perundungan dan juga karakter tidak percaya diri yang bersatu dengan jiwa raga siswa. Jika dipikir menggunakan logika, sebenarnya pendidikan yang ada di Indonesia ini tidak adil dan juga aneh. Seandainya adil, mengapa seorang guru hanya menguasai satu bidang saja, sementara siswa harus menguasai semua bidang? Jika guru saja tidak bisa menguasai bidang lain, mengapa siswa harus dipaksa? Tanpa sadar pula hal ini melahirkan sikap kesenjangan sosial dalam masyarakat.

Ada seorang ilmuan yang berkata bahwa seandainya ikan dipaksa ‘tuk berjalan di daratan menggunakan, maka ikan akan dianggap bodoh. Bagi sebagian orang mungkin ini adalah pepatah yang tak masuk akal, karena pastinya jika ikan berjalan di daratan, ia akan mati. Memang benar, tapi menurut saya jika orang-orang menganggap pepatah itu tak masuk akal, maka menurut saya mereka bodoh. Itu artinya, seseorang hanya bisa menguasai satu atau dua bidang, tak bisa dipaksa untuk menjadi pandai di semua hal. Banyak orang sukses yang berkata bahwa jika mau menjadi orang kaya, maka kita harus fokus di hal yang kita kerjakan, bukan fokus di banyak hal. Jadi, kalau kalian berpikir dengan sendirinya, sudah pasti pendidikan di Indonesia ini melatih siswanya ‘tuk menjadi orang yang tak sukses.

Di Indonesia, sekolah dibangun hanya karena untuk meningkatkan keuangan sang pemilik, bukan meningkatkan kecerdasan otak. Mereka memang sengaja memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari uang. Lalu bagaimana pendidikan yang seharusnya? Pemerintah dapat melihat negara Finlandia yang memiliki status pendidikan terbaik sedunia. Mengapa pemerintah tak meniru caranya saja? Mereka diajarkan dasar-dasar dari segala materi yang tentunya berguna bagi pekerjaan di masa depan, lalu ketika mereka memasuki jenjang sekolah menengah, mereka diharuskan memilih pekerjaan apa yang mereka sukai hingga mereka dapat menekuni pelajaran yang berguna bagi pekerjaan itu. Maka tak heran bila kondisi perekonomian di Indonesia terbilang cukup bobrok, sebab kita dilatih ‘tuk membuang waktu dan baru menekuni segala hal yang kita sukai di dunia perkuliahan. Walau sebenarnya dalam dunia perkuliahan pun, tak semua pelajaran terpakai.

Pemerintah selalu menginginkan sesuatu yang sempurna dari masyarakat. Mereka selalu berharap pada anak bangsa, tetapi mereka sendiri pun tak mau mengubah sistem pendidikan di Indonesia. Pendidikan memang penting jika diberikan secara benar. Namun, hal yang lebih penting adalah tata kerama. Sebenarnya kecerdasan itu tak akan berguna jika karakter masyarakatnya sendiri pun masih bobrok. Mereka memiliki karakter seperti itu umumnya juga karena pemerintah yang menanamkan sikap harus menjadi yang palin g pintar dengan cara apa pun—tak pernah menghargai bagaimana proses seseorang menjadi orang yang dikenal. Jadi, jikalau masyarakat Indonesia hanya suka menuntut dan tak mau berbuat apa-apa, seharusnya pemerintah dapat menyadari hal itu. Mereka yang membiasakan sejak kecil, tetapi mereka pula yang mengeluh.

Umumnya negara kita ini tak suka fakta, mereka lebih menyukai kebohongan. Jikalau ada masyarakat yang berpendapat, maka mereka akan dipenjara dengan alasan mencemarkan nama baik atau menodai negara. Pemerintah pula yang mencontohkan hal seperti ini, hingga masyarakatnya sendiri pun tak mau disalahkan dan selalu merasa bahwa merekalah yang paling benar.

Jadi, kesimpulannya adalah jika pemerintah menuntut anak bangsa untuk menjadi sosok yang sempurna, jangan terlalu berharap. Sebab pemerintah sendiri tak pernah memberikan contoh. Jika memang ingin merubah karakter anak bangsa, maka mulailah dari pendidikan terlebih dahulu. Apa yang kita tanamkan dari kecil, maka hal itu pula yang akan kita bawa sampai besar. Jangan selalu menyalahkan kalau dari awalnya saja tak mau mendidik.

Artikel oleh: Angelica

Sajian OpiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang