Bayangan Masa Lalu

24 3 3
                                    

Plakkk
"Dari mana kamu? Sudah mulai jadi anak nakal ya? Disewa berapa kamu perjam hah?"
"Sejak kapan anda jadi perduli sama saya ?" Ucap Ara langsung masuk kedalam rumah dan berlari kedalam kamar sambil menahan isakan tangisnya.

Brakk
Ara menutup pintu kamarnya dengan sekuat tenaga
"Hey keluar kamu anak kurang ajar"
"Nggk tau sopan santun kamu ya anak biadab" ucap ayah Ara sambil terus mendobrak pintu anaknya itu
"Keluar kamu!!!!!"

Tuhan Ara ingin semuanya kembali seperti dulu. Ara ingin sekali merasakan kasih sayang seperti dulu. Ini semua salah Ara, Ara yang udah buat semuanya kaya gini. Nggk pantes lagi Ara ada disini . Batin Ara

"Ara harus telpon abang sekarang"

Tut...tut...tutt
"Halo Assalamualaikum abang"
"Waalaikumsalam sayang. Ara kabarnya gimana?"
"A..abang Ara takut"
"Ara nangis? Cerita aja sama abang, ada apa?"
"Pa...pa..papah bang"
"Papah kenapa?"
"Mulai dari sekarang mungkin akan lebih dari dulu bang. Ini semua gara-gara Ara. Apa Ara masih pantes buat hidup? Ara mau pergi aja bang. Ara nggak kuat"
"Ara kamu gaboleh gitu. Itu semua udah berlalu dan itu semua udah takdir Tuhan bukan karna Ara. Ara harus paham"
"Tapi bang.... kena..kenapa Papah jadi gini. Ara benci papah, Ara benci diri Ara bang"

Brakkk
Gebrakan pintu itu membuat Ara terkejut dan berhenti berbicara kepada abangnya

"Ikut saya" tangan Ara terus di tarik paksa oleh Dodi ayahnya
"Jangan pah.... jangann.... Ara minta ampun pah.... papah Ara tau Ara salah... Ara mau minta maaf"
"Apa kamu bilang?"
Plak tamparan itu melesat di pipi mulus Ara
"Segampang itu kamu ucap maaf? Nggak akan merubah apapun. Paham?"
"Pergi kamu sana!!!" Dodi pun langsung mendorong Ara keluar dari rumah dan Ara langsung menangis kesakitan
"Tidur kamu diluar, kalau perlu pergi aja sekalian"

Dodi langsung menutup pintu rumah "pahh....papah....ampun" isakan tangis Ara tak kunjung henti

Ara pun langsung berjalan dengan tangan kosong karna semuanya ada didalam kamar Ara. Ara terus berjalan linglung, taktau arah dan Ara berhenti untuk duduk di taman yang sangat sepi sambil menunduk

"Mah... Ara kangen banget sama Mamah. Andai mamah tau kalau sekarang papah jadi sejahat ini sama Ara. Ara tau ini semua karna Ara tapi Ara daridulu nggak pernah mau ini terjadi mah. Ara bingung harus kemana. Ara takut mah..." ucap Ara sambil berusaha berhenti menangis

Sekarang tepat pukul jam 22.00, taman ini benar-benar sepi sampai seketika ada seseorang yang datang lalu berjongkok didepan Ara yang sedang menunduk.

"Ara?" Sontak Ara menghapus air matanya agar tak dilihat oleh orang yang ia hafal suaranya dan terus menunduk

"Gue kebetulan lewat. Lo ngapain disini? udah malem"
"Gue cuma lagi main aja disini"
"Mau gue temenin?"
"Kalau ngomong sama orang tuh diliat orangnya" sontak tangan Bintara mengangkat dagu Ara
"Lo nggak kenapa-napa kan?"
"Ng..nggak ko Bin, gue cuma ngantuk aja. Lo nggak pulang Bin?"
"Gue anter pulang ya Ra?"
"Ehh...ng..nggak usah re..pot-repot Bin. Gue masih ada urusan abis ini soalnya, ja...jadi gue ng..ngak langsung pulang." Jawab Ara ragu-ragu
"Serius?"
"Iya" jawab Ara menatap mata Bintara

Bintara memberanikan diri menyelipkan rambut Ara kebelakang telinganya
"Yaudah tapi lo harus janji"
"Janji apa?"
Bintara menghela napas berat "janji kalau lo akan baik-baik aja"
"Iya Bin"
"Yaudah gue pulang ya. Hati-hati Ra" ucap Bintara sambil mengelus rambut Ara lantas pergi

***

"Mba.. mba bangun mba"
"Eh saya dimana ya?"
"Mba tertidur di taman mba"
"Sekarang jam berapa ya pa?"
"Jam setengah 7 mba"
"Oh iya makasih ya pa"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang