Part 2 - Mantan

10.1K 892 36
                                    

Sudah tamat di aplikasi Karyakarsa
Tersedia versi cetak di Tokopedia/Pikatmedia (Persediaan terbatas).
Tidak ada versi Ebook
***

So sue me
for looking too pretty tonight
Wearing your favorite color
under the lights
For moving on,
doing everything right
So sue me for being good friends
with your friends
And running into you
the place that we met
For being something
you can't forget
So sue me
~ Sabrina Carpenter - Sue Me ~
****


Kedua mata Armann tertuju pada sepasang sepatu hak berwarna hitam mengkilap yang berhenti tepat dihadapannya. Sontak kepalanya menengadah ke atas. Lalu, kedua matanya bertabrakan dengan sepasang mata cantik berwarna coklat yang sayangnya terhalangi oleh kaca mata yang dikenakannya.

"Hallo, maaf membuatmu menunggu." Sapa Helga sembari tetap berdiri menjulang dihadapan Armann.

"No, I'm good." Balas Armann. Lalu bangkit dari duduknya. Kini posisi mereka berbanding terbalik. Tubuh tinggi Armann berdiri menjulang, berhadapan dengan tubuh Helga yang terlihat begitu mungil berbanding dengannya.

"Sudah makan?" Tanyanya yang terlihat begitu aneh dimata Helga. Satu alisnya naik, seakan mengatakan, really??

"Aku sudah makan." Jawabnya. "Ada apa sampai kamu kemari?" Kali ini Helga langsung to the point.

Armann melirik sekilas ke arah sekitar lalu dibungkukannya badannya sedikit hingga wajah mereka sejajar. Sontak membuat Helga meneguk salivanya tanpa sadar karena rasa gugup yang tetiba mendera.

"Bisa kita berbicara diruang yang lebih private?" Tanyanya di telinga Helga.

Kali ini Helga yang melihat sekitar, lalu tanpa banyak bicara dirinya mengangguk lalu meminta Armann untuk mengikutinya. Masuk ke dalam kantor Cozy menuju ruang kerjanya.

"Ada apa?" Tanyanya langsung, tepat setelah pintu ruang kerjanya tertutup sempurna.

"Mom meminta kita untuk menemui Wedding Organizer." Jawabnya setelah mendengus pelan. "Aku baru tahu pernikahan kita ternyata dua minggu lagi ya?" Tanyanya polos yang langsung membuat Helga terkejut bukan main.

"Ha? Apa? Dua minggu lagi? Bagaimana bisa? Enggak deh, ini kayaknya nyokab kita salah deh." Cerocosnya panik lalu mulai mengutak-atik telepon genggamnya. Berniat menghubungi ibu yang melahirkannya kedunia ini dua puluh sembilan tahun yang lalu.

"Kamu mau apa?" Tanyanya. Seketika menghentikan niat Helga yang ingin menghubungi orang tuanya.

"Menelepon ibuku tentu saja." Balas Helga tak sabar.

"Untuk apa? Memangnya kamu tidak percaya dengan yang kuucapkan barusan?" Tantang Armann.

"Bukan begitu? Tapi ini tidak masuk akal." Elaknya.

"Lalu apa kamu pikir perjodohan kita ini masuk akal?" Armann kembali menantang Helga. Membuat Helga harus merutuki kebodohannya sendiri. "Tidak ada yang masuk akal disini, Helga." Akhirnya suara Armann melembut.

"Lalu kita harus bagaimana? Apa kita hanya menurut saja begitu? Kamu nggak ada niatan untuk menawar barang sedikit saja kepada kedua orang tua kita. Kamu alasan donk, Mann." Pekik Helga frustasi.

"Kamu kenapa jadi repot begini sih, Hel? Harusnya aku yang keberatan. Aku ini model terkenal yang sedang naik daun. Penggemar wanitaku dimana-mana, dan sekarang aku malah harus terjebak bersama wanita sepertimu." Dengusnya kesal.

Mendengar pengakuan Armann dan lagi-lagi mulut tajamnya itu, sontak membuat kedua alis Helga naik. Melengkung dengan begitu sempurna.

"Wanita seperti aku? Maksudmu apa? Ada apa memang dengan diriku, hah?" Tantang Helga, tak terima.

BITTERSWEET MARRIAGE (TAMAT di KARYAKARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang