Found you.

33 21 15
                                    


Risya merentangkan kedua tangannya, ia menghidup udara dengan satu kali tarikan dan membuangnya secara perlahan. Beberapa menit yang lalu mereka baru saja sampai di Jerman.

"Ren!" Risya mengalihkan pandangannya ketika mendengar Jio baru saja memanggil orang yang sangat Risya rindukan. Renzino Azema Aditya. Risya menatap Renzino yang sedang berjalan kearahnya dengan senyum seperti biasa. Tampan dan menawan

Mata Risya terasa panas, ia benar-benar rindu sekali terhadap Renzino karena laki-laki itu terlalu lama berada di Jerman.

"By..." Renzino menggenggam tangannya, hanya dengan satu kalimat saja dapat menumpahkan semua rasa yang berkecamuk didalam Risya selama ini. Gadis itu menangis sambil menutup wajahnya.

"Hey. Jangan nangis" Renzino memeluknya, mengusap puncak kepala Risya dengan sayang. Risya membalas pelukan Renzino dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang laki-laki itu, namun tetap menangis.

"Aku kangen banget sama kamu, kangen banget" Risya semakin mempererat pelukan mereka. Ia benar-benar takut Renzino menghilang lagi dalam pandangannya.

"Saya juga. Tapi sekarang kita lagi diliatin banyak orang Sya, kamu ga malu emangnya? Gamau lanjut dirumah aja biar lebih leluasa?"

"Ren!" Akhirnya Risya melepaskan pelukan mereka, ia mencubit pinggang Renzino pelan. Pipinya terasa hangat, hatinya berdegup kencang ketika Renzino sengaja menyamakan tinggi badannya dengan Risya yang tidak seberapa.

"Kita lanjut ngobrol lagi ya dirumah. Oke tuan putri?" Renzino mencubit pipi Risya dengan gemas, ia lalu menggenggam lagi tangan lentik itu dan membawanya untuk segera pulang. Melirik Jio sekilas yang sedang menatap ponselnya.

"Lo mau gue tinggal?" tanya Renzino yang terus melangkahkan kakinya. Tidak berniat sekalipun untuk menunggu Jio.

Pada hari itu, saya tau bahwa Tuhan sudah menyiapkan takdir yang tidak akan pernah disangka-sangka. Setiap yang berlalu semuanya memiliki makna. Bahkan pertemuan kita inipun memilik takdirnya sendiri.

Retter.

Begitu yang ingin saya tulis untuk menceritakan tentang kisah ini, terdengar sederhana namun banyak sekali makna. Saya harap kalian menikmatinya, tidak usah terlalu serius. Karena bagaimanapun juga, hanya saya yang bisa merasakan semua kejadian nyatanya. Saya hanya sekedar ingin memberi tau kalian tentang sebuah perasaan cinta.

-Thomas Azema Aditya.

***

Pria itu menutup pintu kamar Risya dengan perlahan, tatapannya bertemu dengan Jio yang sedang tersenyum sambil memberikan paperbag kepadanya.

"Sebagai ucapan terimakasih" Jio menyodorkan paperbag bergambar batik, ini hanya oleh-oleh sederhana yang bisa Jio berikan. Tidak tau lagi harus seperti apa membalas budi pada pria itu.

"Waktunya hanya dua bulan" pria itu tetap menatap Jio tanpa mengambil apa yang barusan Jio sodorkan.

"Maksudnya?"

"Untuk adikmu, saya hanya bisa membatunya dua bulan. Jika dalam waktu itu tidak ada perubahan juga, saya terpaksa undur diri. Kamu taukan bahwa pekerjaan saya banyak. Hal seperti ini seharusnya dibawa saja kepada yang lebih paham" 

Jio tetap tersenyum dan mengangguk, tidak dapat membalas ucapan sinis itu. Ia cukup tau diri.

"Baiklah, setidaknya terimakasih telah membantu adik saya Thomas"

Thomas dapat melihat wajah Jio yang terlihat muram namun ia tidak peduli akan itu. Ia segera pergi untuk meninggalkan Jio, yang menjadi urusannya untuk saat ini adalah Risya selain itu Thomas tidak peduli.

Retter. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang