Thomas menatapan sekelilingnya, dadanya kini terasa sesak,nafasnya sudah mulai tersengal-sengal dan ketakutan mulai muncul dibenaknya.
"JIHAN!!" Teriak Thomas menggebu-gebu, ia memutarkan tubuhnya mencari sosok yang sangat ingin sekali Thomas peluk.
"JIHAN KAMU DENGER AKU?!" Thomas berlari melewati gedung-gedung tinggi yang terasa tidak ada habisnya. Kakinya terasa lelah dan ingin patah Thomas berjongkok, airmatanya kini kembali menetes, dadanya bergemuruh ketika rintik hujan mulai membasahi tubuhnya. Ia benci kegagalan ini.
"KAKAK!" suara yang sangat Thomas rindukan terdengar samar. Thomas segera celingak-celinguk untuk mencari sosok tersebut.
"JIHAN!" Thomas berlari sekuat mungkin untuk memeluk Jihan, laki-laki itu menangis tersedu-sedu lalu berkali-kali mengecup pipi gembul gadis kecil itu. Mereka benar-benar saling menumpahkan rasa rindu.
"Jangan menangis" Jihan mengusap kelopak mata Thomas dengan tangan mungilnya yang terlihat pucat, ia tersenyum sangat cerah kearah Thomas.
"Maafin Kakak Jihan"
Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya, Jihan menarik ujung bibir Thomas agar tersenyum "Kakak jelek kalau nangis"
Thomas tertawa, ia mengusap sisa airmatanya lalu kembali memeluk Jihan. Thomas sangat rindu.
Thomas melihat sekelilingnya lagi, tidak ada langit abu-abu yang selalu ia tatap, tidak ada raungan serta teriakan dari Jihan. Semua terasa sangat berbeda kini awan terlihat sangat cerah sehabis hujan, Jihan juga baru kali ini terlihat sangat cantik didepannya dengan gaun Cinderella kesukaannya.
Thomas baru menyadari ada yang tidak beres dengan mimpinya kali ini.
"Kenap--"
"Karena aku udah ada teman" Jihan memotong ucapan Thomas. Thomas mengerutkan dahinya, tidak mengerti apa yang Jihan katakan
"Kak Ren! Sini" Jihan memanggil seseorang yang ada dibelakang Thomas, Thomas segera membalikan badan untuk menatap siapa orang tersebut.
"Hai" Thomas terdiam, tidak ingin membalas ucapan basa-basi tersebut.
"Jadi begini caramu berterimakasih?" Renzino berdecak kesal, ia tersenyum kearah Jihan lalu mengusek rambut gadis kecil Thomas dengan sayang.
"Cih. Busuk. Saya tau kamu punya tujuan lain" ucap Thomas dengan sangat tajam.
Jihan yang melihat mulai ada pertengkaran antara kakak-kakaknya langsung menyuruh mereka untuk duduk, berbicara sambil duduk lebih baik dari pada berdiri. Iyakan?
"Jadi, ada apa semua ini?" tanya Thomas to the point.
"Kau tau kenapa Jihan selalu ada didalam mimpimu? Mengulang kejadian menyedihkan diantara kalian?" pertanyaan dari Renzino membuat Thomas terdiam, jelaslah ia pasti tidak tau jawabannya.
"Karena kamu sendiri yang masih menahan dia, kamu tidak membiar dia pergi. Kamu yang membuat dia menetap disini, kamu yang menyiksa dia Thomas. Kamu yang selalu menyiksa Jihan dengan mengulang kejadian tersebut"
Thomas terdiam, ia menatap Jihan yang terlihat sedih "Benar begitu?"
Jihan mengangguk. Tentu saja jawaban dari Jihan membuat dada Thomas terasa nyeri. Ternyata dirinya sendiri yang menyiksa Jihan, bukan hanya Jihan namun fisik Thomaspun akibat ulahnya sendiri.
"Maafkan Kakak" Thomas mengusap airmatanya yang hampir tumpah, tidak ingin terlihat lemah didepan Renzino.
"Enggak apa, aku seneng bisa liat Kakak terus" Jihan memeluk tubuh Thomas, membuat Thomas semakin tidak bisa menahan kesedihannya lagi.
"Jadi apa yang harus saya lakukan agar Jihan bisa pergi ketempat yang lebih baik?" Thomas menatap Renzino, ia sangat ingin yang terbaik untuk Jihan.
"Jika aku memberi tahumu, apa kamu akan menolongku juga" pertanyaan dari Renzino membuat Thomas curiga, ini pasti ada sangkut-pautnya akan gadis gila itu.
"Saya sepertinya sudah tahu arah pembicaraanmu"
"Jadi, tolong bantulah Risya buat dia seperti semula. Aku hanya bisa memohon padamu Thomas" Renzino menunduk, laki-laki itu menangis "Aku belum sempat membahagiakan dia, jadi tolong bantu Risya. Buat dia seperti sedia kala lagi" lanjutnya.
Jihan yang melihat Renzino bersedih langsung menghampirinya, memeluk kembaran Thomas itu dengan sayang.
"Bisakah Kakak membantu Renzino? demi Jihan" permohonan dari Jihan membuat Thomas melemah, dasar lelaki suka memanfaatkan situasi!
Thomas mendesah, ia menatap Jihan lalu mengangguk "Baiklah, semuanya untukmu Jihan"
Mendengar ucapan lemah dari Thomas, Renzino dan Jihan langsung terlihat senang, mereka bertos lalu kembali menatap Thomas.
"Terimakasih" ucap mereka kompak.
"Jihan senang?" tanya Thomas yang diangguki dengan excited oleh Jihan "Kenapa?" tanya Thomas lagi.
"Karena Kak Ren bilang, Kak Thomas ga akan sedihin Jihan lagi. Jihan bisa pergi" jawab Jihan sangat polos.
"Kenapa Jihan ingin pergi? Kenapa mau tinggalin Kak Thomas?" tanya Thomas lagi.
"Setelah ini, kamu harus iklasin Jihan Thom. Ketika sudah tidak ada yang memberatkan dia, maka urusan Jihan telah selesai dan akan pergi ketempat yang lebih baik" Renzino bantu menjelaskan ke Thomas, agar lebih dipahami manusia satu itu.
"Lalu setelah Jihan pergi apa yang akan terjadi?"
"Dia akan dilahirkan kembali" jawaban dari Renzino membuat Thomas terdiam, cukup jelas akan semua penjelasan yang saudara kembarannya itu paparkan.
"Jihan mau seperti itu?" tanya Thomas sekali lagi memastikan apa Jihan benar-benar serius dengan pilihannya.
"Iya. Kalau Jihan dilahirkan kembali, Jihankan bisa ketemu Kak Thomas lagi" Jihan menggenggam tangan Thomas meminta izin untuk melakukan itu "Bolehkan?"
Thomas menganggukan kepalanya, ia peluk Jihan untuk yang terakhir. "Berbahagialah"
Hati Thomas kini terasa campur aduk, ia bimbang. Namun kalau ini kemauan Jihan ia bisa apa? Sudah banyak gadis kecil itu terluka olehnya. Sekarang dan dikehidupan selanjutnya Jihan harus bahagia.
Thomas merasakan Jihan tersenyum, mereka mengeratkan pelukan masih-masing. Menikmati perpisahan mereka. Jika kamu bahagia, maka lakukanlah, saya tidak pantas untuk memaksamu untuk menatap dengan keadaan tersakiti.
Kini pandangan Thomas mulai memudar, sudah saatnya kah? warna diantara mereka juga mulai terlihat buram dipandangan Thomas.
Namun untuk yang terakhir kalinya Thomas mengecup dahi Jihan "Semoga dikehidupan selanjutnya kita masih bisa bertemu"
Lalu ia menatap Renzino dan tidak lupa mengatakan terimakasih, lalu samar-samar Thomas mendengar Renzino berucap "Kau juga harus tepati ucapanmu"
Lalu semuanya hilang...
TBC
Jakarta,13 Oktober 2019.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retter.
RomanceIndah tercipta dari senyummu Bahagia tercipta dari tawamu Gembira tercipta dari sikapmu Nyaman tercipta dari pelukmu Dan sedih, tercipta dari kehilanganmu. Aku? Seseorang yang hanya ditakdirkan dari lukamu tanpa sempat merasakan hangat pelukmu. (17...