BAB II

15 1 0
                                    

Sudah bertahun-tahun Melia hidup sengsara karena perlakuan ibunya, tetapi tidak sedikitpun ada rasa benci didalam dirinya terhadap ibunya. Semua kata kasar yang dilontarkan ibunya kepada Melia dan segala perlakuan kasar yang dilakukannya kepada Melia, tetap saja Melia selalu menyayangi ibunya. Ia begitu merindukan ayahnya, setiap malam ia melihat foto ayahnya yang ia simpan selama ini. Melia berharap suatu hari akan ada keajaiban yang datang pada dirinya. Ia selalu ingat dengan kata-kata ayahnya bahwa kelak jika Melia sudah besar ia harus menjaga dan merawat ibunya dengan baik serta selalu berbakti kepada orang tua. Itulah sebabnya sampai sekarang ia tetap menyayangi ibunya walaupun ia telah diperlakukan tidak baik. Setiap kali Melia mengingat perkataan ayahnya yang kini telah tiada, ia selalu meneteskan air mata karena ia sangat rindu dengan sosok ayahnya itu.
  
  Kini Melia telah berusia 17 tahun, selama bertahun-tahun ia hidup mandiri tanpa diasuh oleh ibundanya. Walaupun tetap tinggal bersama ibunya menganggap Melia seperti tidak ada, Rina tetap saja membenci Melia. Melia tumbuh dewasa menjadi anak yang baik, sopan, dan cerdas. Ia selalu mendapatkan ranking satu disekolahnya. Ia sering mengikuti lomba-lomba dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Melia yang dulu sangat berbeda dengan Melia yang berusia 6 tahun. Dulu ia terlalu muda untuk dapat bertahan dan tabah menerima perlakuan ibundanya itu, tetapi sekarang ia berubah ia memiliki tujuan hidup yang jelas. Tujuannya yaitu membanggakan Rina dan dapat bekerja keras untuk kehidupan mereka berdua. Melia disukai oleh teman-temannya, ia aktif di berbagai organisasi sekolah sehingga ia memiliki banyak sekali teman dari berbagai kalangan. Tak hanya sekolah ia pun bekerja keras untuk mendapatkan uang dengan berjualan makanan, tas, baju dan lainnya. Penghasilan yang ia peroleh cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia juga rajin menabung, penghasilan yang ia peroleh sebagian ditabung untuk masa depannya dan sebagian lagi ia berikan kepada ibunya. Dengan segala prestasi yang Melia peroleh selama ini, tak pernah sekalipun Rina memberi selamat ataupun merasa bangga terhadap dia. Rina masih memiliki dendam terhadap Melia, ia ingin sekali menghancurkan masa depan Melia secara perlahan. Ia benci melihat semua prestasi yang diperoleh Melia, karena Melia bukanlah anak kandungnya dan ia menyesal telah mengadopsi Melia.

  Rina sering sekali menghabiskan jatah uang yang diberikan Melia untuknya berbelanja baju ataupun tas-tas. Ia seringkali memamerkan belanjaannya kepada ibu-ibu lainnya. Walaupun bukan barang mahal yang ia pamerkan, tetap saja orang-orang benci melihat kesombongan Rina yang boros dengan hasil uang yang diperoleh anaknya dengan susah payah. Bukan rahasia umum lagi kalau Melia diperlakukan buruk oleh ibunya. Di lingkungan tempat tinggal mereka, semu orang tau dengan kejadian-kejadian yang menimpa Melia. Dulu saat Melia kecil ia pernah menjatuhkan piring saat ia sedang mencuci piring, Rina yang mendengar suara pecahan piring itu langsung menghampiri Melia dan berkata padanya "DASAR ANAK BODOH CUCI PIRING SAJA TIDAK BECUS, ANAK TIDAK BERGUNA PERGI SAJA KAMU!!!!" lalu Rina menjambak rambut Melia sampai diseretnya ia keluar rumah. Warga setempat berdatangan kerumah Melia untuk menyelamatkan Melia, tetapi orang-orang tidak berani karena Rina mengancam akan memukul Melia apabila orang-orang berani mendekat. Melia menangis dengan kencang ia sangat merasa tersiksa. Saat itu kondisi mental Rina memang terganggu itu sebabnya ia menjadi sangat marah dan kasar karena hal kecil saja ditambah dengan rasa bencinya terhadap Melia yang memicu ia untuk melakukan hal seperti itu. Warga setempat tak hanya diam saja dengan perlakuan kekerasan terhadap anak yang dilakukan Rina kepada Melia. Salah satu warga disana melaporkan tindakan Rina kepada polisi karena perbuatannya yang sudah tidak pantas dan melanggar Hak Asasi Manusia seseorang. Warga juga mengusulkan agar Melia diurus oleh orang lain saja yaitu ibu gurunya, tetapi Rina menolak semua usulan itu. Ia berkata "Melia adalah anak saya, saya tidak pernah berlaku kasar terhadap dia. Semua itu saya lakukan untuk mendidik Melia menjadi anak yang disiplin dan patuh terhadap orang tua." itu adalah pembelaan yang dikatakan oleh Rina terhadap polisi sambil menangis, itu semua adalah kebohongan yang dilakukannya. Namun polisi dan warga tidak memiliki hak apapun untuk mengambil alih hak asuh atas Melia. Untuk mencegah perlakuan kekerasan terhadap Melia, polisi menghimbau warga sekitar untuk selalu mengawasi rumah Rina. Apabila Rina melakukan kekerasan lagi terhadap Melia, maka warga harus melapor kepada polisi dan polisi akan menangkap Rina. Namun hal itu sia-sia karena Rina melakukan kekerasan terhadap Melia di ruang bawah tanah dan apabila Melia menangis tidak ada seorang pun yang dapat mendengarnya. Rina juga mengancam akan membunuh Melia apabila ia berani mengatakannya kepada orang lain. Karena itu Melia tidak berani mengatakan kejadian yang ia alami, bahkan terhadap ibu gurunya yang dulu ia sempat bercerita. Melia seringkali menutupi rasa sakitnya agar orang-orang tidak curiga, banyak bagian tubuhnya yang memar namun ia tutupi agar orang-orang tidak tahu. Dan ibunya tidak dilaporkan ke polisi.

   Walaupun Melia memiliki masa kecil yang tidak bahagia, tetapi ia dapat tumbuh menjadi anak yang berbakti kepada ibunya dan dapat menjadi seseorang yang berani. Melia sekarang dapat menjalani masa SMAnya dengan bahagia. Ia sekarang memiliki kekasih yang menyayanginya dan selalu melindunginya. Daffa adalah kekasihnya yang baik hati, menyayangi Melia apa adanya dan selalu bersikap sopan. Melia seringkali bercerita kepada Daffa tentang cita-citanya yang ingin membanggakan orangtuanya. Daffa merasa sangat beruntung memiliki pacar yang hebat seperti Melia. Mereka berdua adalah orang yang bekerja keras, pantang menyerah dan rajin. Keduanya sedang merintis bisnis yang mereka ciptakan bersama. Sekarang ini keduanya sedang fokus untuk mengembangkan bisnis yang mereka buat agar semakin besar dan berhasil. Selangkah demi selangkah mereka tempu untuk membangun hasil kerja keras mereka berdua. Keduanya juga membagi waktu untuk belajar agar dapat masuk ke perguruan tinggi negeri yang mereka dambakan. Walaupun banyak rintangan yang harus mereka lewat bersama, keduanya tidak mudah menyerah. Mereka menghadapi berbagai masalah dengan tenang dan bijaksana.

Kasih IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang