PART IV

7 0 0
                                    

    Hari ulang tahun Melia pun akan tiba dalam kurun waktu satu minggu. Rina telah merencanakan segalanya dengan sangat rapih, sehingga rencana pembunuhannya terhadap Melia tidak akan dicurigai oleh siapapun. Mr.X dan Rina bertemu diam-diam untuk merancang strategi. Rencana Rina adalah dia akan memberitahu Melia bahwa ayah angkatnya telah menyimpan sejumlah uang, emas, dan asuransi untuknya. Dan Rina akan membawa Melia ke pak Robert untuk menerima warisan yang ditinggalkan oleh ayah angkatnya itu.
Hari ulang tahun Melia yang ke-18 pun tiba. Kini Melia telah berusia 18 tahun, anehnya di ulang tahun Melia yang ke-18 tahun ini dia tidak merasa bahagia. Melia justru merasa cemas dan gelisah, Daffa yang memberikan kejutan untuk Melia di hari ulang tahunnya pun juga sangat bingung dengan ekspresi Melia yang aneh seperti orang cemas.
"Selamat ulang tahun Melia, kini kamu telah berusia 18 tahun. Aku doain semoga semua cita-cita kamu tergapai dan semoga semuanya dilancarkan oleh Tuhan."
"Iya makasih ya daf." Jawab Melia sambil tersenyum paksa.
"Kok kamu aneh sih hari ini? Kamu keliatan ga happy dan cemas. Apa lagi ada yang kamu pikirin? cerita aja ke aku." tanya Daffa karena bingung dengan ekspresi Melia.
"Entah aku ngerasa khawatir seolah aku ngerasa bakal ada kejadian buruk yang menimpaku. Tapi, mungkin ini semua karena pikiran negatif aku aja. Udah kita lupain aja masalah ini, toh harusnya aku senang karena hari ini aku ulang tahun." ucap Melia
"Iya kamu seharusnya ga mikir yang buruk-buruk, kamu harus selalu mikir hal positif ya Mel."
"Heheheh iya daf." ucapnya sambil tersenyum.
Mereka berdua pergi ke sebuah restoran cukup terkenal disana Daffa membuatkan kejutan untuk Melia. Melia begitu bahagia dengan kejutan dan acara ulang tahun sederhana yang telah disiapkan oleh Daffa. Ia bersyukur bisa merayakan ulang tahunnya kali ini bersama Daffa dan teman-temannya. Namun di sisi lain ia juga merasa sedih karena ia sudah tidak pernah merayakan hari ulang tahunnya bersama ibundanya Rina. Di setiap hari ulang tahunnya Melia selalu berdoa agar kelak ia bisa merayakan hari ulang tahunnya bersama ibunya lagi seperti dulu waktu ia kecil. Melia sangat merindukan momen-momen itu. Dulu saat Melia kecil ibu dan ayahnya selalu membuatkan kejutan sederhana untuk Melia, kedua orangtuanya selalu menuliskan surat untuk Melia. Tetapi hal itu sudah tidak pernah ia terima lagi semenjak ayahnya meninggal dunia.
    Melia selalu menyimpan surat tersebut dengan rapih di lemari kamarnya. Surat itu sangat berharga baginya, setiap hari ulang tahunnya Melia selalu membaca surat-surat yang dulu diberikan oleh Kevin dan Rina. Saat dia membaca surat itu dia merasa sangat terharu dan bahagia pernah merasakan momen-momen berharga di hidupnya.
      Tiga hari setelah hari ulang tahun Melia, Rina tiba-tiba mengajak Melia pergi ke suatu tempat
"Melia sini... saya mau bicara." ucap Rina dengan tatapan dingin.
"Iya bu." Melia sangat terkejut dengan tindakan dan ucapan yang dikatakan oleh Rina, ia tidak menyangka bahwa Rina memanggilnya untuk bicara berdua. Dan pula kali ini Rina memanggil Melia dengan nada yang cukup lembut.
"Sebenarnya saya ingin mengajakmu ke suatu tempat."
"Kalau boleh tau kita akan kemana ya bu?" tanya Melia dengan sedikir bingung, tetapi ia sangat senang karena ibunya mengajak dia pergi padahal dia tidak tahu mau diajak kemana.
"Sudah jangan banyak tanya, lebih baik kamu sekarang bersiap-siap dan pakailah pakaian yang rapih. Saya akan menunggumu diluar, jadi cepatlah."
"Baik bu." ucap Melia dengan semangat dan hati yang bahagia.

   Mereka berdua sampai di kantor pak Robert, Melia bingung akan tempat yang baru pertama kali ia kunjungi. Mereka berdua masuk ke ruangan pak Robert. Disana pak Robert telah menunggu mereka berdua.
"Hai perkenalkan nama saya Robert... pasti kamu Melia ya anak dari pak Kevin."
"Nama saya Melia, darimana bapak tau nama ayah saya?" tanya Melia dengan bingung
"Saya adalah orang yang dipercaya untuk membuat dan menyampaikan surat wasiat yang dibuat oleh ayahmu dulu."
"Surat wasiat? Apa maksud bapak?"
"Surat ini berisi tentang warisan yang akan kamu terima. Sudah lama pak Robert menyimpam sejumlah uang untuk membiayai kehidupanmu kelak."
Tanpa disadari air mata jatuh ke pipi Melia, ia teringat kembali dengan memori-memori bersama ayahnya dahulu. Ia tidak menyangka bahwa ayahnya sangat menyayangi dia padahal Melia hanya anak angkat ayahnya, bahkan setelah ayahnya meninggal Melia masih mendapatkan kasih sayang dan tanggung jawab dari ayahnya berupa materi.
"Sekarang karena kamu telah berusia 18 tahun, warisan ini akan sepenuhnya menjadi milikmu. " ucap pak Robert
"Baik pak.... terima kasih banyak."
    
      Rina yang masih iri dengan Melia mengatakan hal-hal yang tidak pantas
"Wah enak ya kamu tiba-tiba mendapat banyak uang, suami saya terlalu baik kepadamu. Pasti setelah ini kamu belikan deh uang itu untuk berfoya-foya, selamat ya.... kamu akhirnya bisa beli barang mewah dengan uang sebanyak itu." ucap Rina dengan nada mengejek.
"Tidak kok bu, uang ini tidak akan saya sia-siakan hanya untuk membeli barang-barang mahal yang tidak ada gunanya. Uang ini akan saya manfaatkan untuk biaya sekolah dan kuliah saya, dan juga akan saya sumbangka sebagian ke panti asuhan." jawab Melia dengan lembut.
"Gausah sok baik deh kamu, emangnya menurut kamu saya gak tau rencanamu setelah memiliki banyak uang. Palingan juga kamu habis ini bakal belanjain uang itu kan." tuduh Rina, ia lalu pergi dari hadapan Melia dengan hati yang jengkel kepada Melia
"Dasar anak bodoh, sok baik mau kasih uang segitu banyaknya  untuk donasi."

    Hari yang ditunggu-tunggu pun datang Mr.X telah mengatur segalanya agar rencana berjalan sempurna tanpa cacat. Di hari itu Mr.X akan menculik Melia, ia dan anak buahnya mengikuti Melia dengan mobil saat Melia berjalan pulang dari sekolah. Kebetulan saat itu Melia pulang larut karena ia harus mengerjakan tugas di sekolah, hari itu sialnya Melia harus pulang sendiri karena Daffa yang biasanya mengantar Melia pulang harus pergi lebih dulu.
Jalanan sangat sepi dan gelap, lampu penerangan banyak yang mati karena rusak. Melia berdoa dalam hati agar dia bisa sampai rumah dengan selamat.
Namun saat berjalan perasaannya sangat tidak enak, dia merasa bahwa ada orang yang mengikuti dia pulang.
Kok sepertinya ada yang mengikuti aku dari belakang ya....
Apa ada penjahat yang mengikutiku?
ucapnya dalam hati

   Karena merasa tidak aman, Melia berlari begitu kencang di jalanan yang sepi dan gelap. Lalu... saat ia berlari kencang ada dua orang laki-laki dengan tubuh besar menangkapnya dan membekap mulutnya. Melia teriak meminta tolong, namun tak ada seorangpun yang bisa mendengarnya. Melia lalu diam dan pingsa ternyata dia dibekap dengan bius.
Dua orang laki-laki itu mengangkut Melia dan dibawanua Melia ke sebuah mobil yang menuju jurang.

    Setalah Melia bangun, ia terkejut karena tubuhnya diikat di sebuah kursi di pinggir jurang. Ia teriak meminta tolong
"TOLONG.... TOLONG SAYAAAAA"
namun tak ada seorangpun disana.
Melia hanya bisa pasrah dan menunggu mukjizat.
Tak lama Mr.X datang kehadapan Melia bersama dengan anak buahnya.
"SIAPA KAMU? KENAPA KAMU MEMBAWA SAYA KE TEMPAT INI? MAU APA KAMU?" tanya Melia sambil menangis ketakutan.
"Saya hanya menjalankan perintah seseorang untuk menghabisi dirimu."
"SIAPA YANG MENYURUHMU UNTUK MEMBUNUHKU??? APA SALAHKU???"
"Ibu angkatmu yang menyuruhku untuk menghabisi nyawamu, dia membayar kami dengan uang berjumlah besar untuk menghabisi nyawamu. Malang sekali anak sepertimu harus mati karena keserakahan ibumu sendiri." ucap Mr.X dengan dingin.
            ---------Lanjutan di BAB IV part 2--------

Kasih IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang