Enam

16.8K 676 72
                                    

Kalau ada typo silahkan diberitahu😊

Selamat menikmati😊

Seorang wanita paruh baya berjalan dengan langkah anggun dan percaya diri menghampiri sesosok pria yang sedang duduk melamun sendirian di taman apartemen dan di atas kursi roda yang tak lain adalah Samudra.

Wanita itu tersenyum licik, lalu tak lama kemudian berubah menjadi senyum penuh kehangatan yang tentunya palsu ketika sudah sampai di dekat Samudra.

"Pagi Nak!". Sapa Mama Maya dengan suara lembut. Wanita itu tersenyum percaya diri dan yakin jika Samudra akan menyapanya balik dengan penuh kesenangan karena ia tau saat ini fungsi otaknya sedang rusak parah jadi Samudra tak mungkin mengingat segala sikap buruknya.

Tapi, sepertinya kepercayaan dirinya luntur seketika karena Samudra tidak merespon dengan kehadirannya. Mama Maya tidak menyerah, ia terus mencari bahan obrolan agar Samudra mau menanggapinya.

"Apa kabar kamu?"

Samudra tak menghiraukan keberadaan Mama Maya, mendengarkan ucapan wanita pun ia enggan karena fokusnya saat ini adalah wajah Nakya yang berbingkai figura yang terlihat cantik di matanya.

Tangannya yang kaku mengelus penuh kelembutan wajah Nakya. Matanya menatap penuh cinta wajah cantik itu.

"Sudah lama kita nggak ketemu, Mama rindu sekali sama kamu!". Kali ini suara Mama Maya sedikit diperbesar sehingga membuat Samudra menoleh ke arah sampingnya. Ia begitu kaget, dan aura ketenangan yang sedari tadi ada pada dirinya hilang begitu saja. Ia menatap takut wajah keriput itu, wajah dari berbagai sumber penderitaannya. Ia menoleh ke segala arah tapi tak satupun ada orang yang di dapatnya.

Seketika Samudra menjadi panik, ia takut kembali di sakiti. Laki-laki itu menjadi tidak terkontrol dan berteriak-teriak histeris.

"Papa! Papa! Ada monster papa!". Teriak Samudra histeris memanggil Papa Alex, yang memang meninggalkannya sebentar untuk membeli keperluan bulanan mereka di supermarket yang tak jauh dari taman ini.

Tapi Papa Alex Belum kunjung datang, padahal ia sudah begitu ketakutan.

Alhasil yang bisa ia lakukan sekarang adalah menutupi wajahnya dengan satu tangan karena tidak mau melihat wajah Mama Maya, sementara tangan yang satu lagi ia pergunakan untuk memeluk foto Nakya. Samudra tidak berani menatap Mama Maya  yang saat ini sedang menatapnya penuh kerinduan. Tidak di hiraukannya panggilan lembut yang baginya seperti suara terompet kematian untuknya.

Yang Samudra pikirkan saat ini bagaimana ia bisa kabur dengan menggunakan kursi rodanya. Tapi sayang tangannya terlalu gemetar untuk menjalankan kursi roda itu.

"Sam!". Lirih Mama Maya sambil menyentuh lengan Samudra untuk menenangkan.

Bukannya tenang  keadaan Samudra  malah lebih parah.

"Pergi! Pergi! Jangan sakiti Sam lagi! Pergi! Papa! Papa tolong Sam Papa!". Teriak Samudra lagi, berharap Papa Alex akan muncul. Sekeliling taman begitu sepi hanya ada Samudra dan Mama Maya karena hari ini bukan weekend jadi kecil kemungkinan orang akan bermain-main atau sekedar duduk di taman.

"Ini Mama nak!".

"Pergi!". Usir Samudra. Keringat dingin sudah menjalari seluruh tubuhnya. Ia hampir pingsan karena ketakutan jika saja Papa Alex tidak datang.

Dengan tergopoh-gopoh Papa Alex berlari mendekati Samudra. 1 tangannya membawa belanjaan bulanan. Tatapan matanya begitu tajam dan penuh kebencian saat melihat sosok wanita yang dulu sempat menjadi istrinya selama puluhan tahun.

Rasa khawatir menghinggapi Papa Alex, karena kini kondisi Samudra menjadi tidak terkontrol lagi padahal sudah berbulan-bulan yang lalu Samudra sudah lebih tenang. Seketika ia menyesal karena terlalu lama meninggalkan Samudra, Andai ia tadi ikut membawa Samudra bersamanya pasti Samudra tidak akan mengamuk seperti ini dan ini semua karena Mama Maya.

Project ABC ~ EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang