Sembilan

28K 845 70
                                    

Selamat hari sumpah pemuda 😊

Nakya POV

Sudah hampir 2 bulan sejak aku kembali ke Palembang, dan Mas Samudra belum memunculkan batang hidungnya. Jangankan batang hidungnya, tanda-tanda kemunculannya pun belum kelihatan. Padahal Mas Samudra sendiri yang menjanjikan jika ia dan Papa Alex akan menyusul aku dan ketiga anakku kemari.

Ketiga anakku sudah bertanya tentangnya, setiap pagi sebelum berangkat sekolah dan sore, ketiga anakku akan menunggu di teras rumah berharap bisa melihat wujud Mas Samudra. Tapi mereka harus menelan pil pahit karena sosok Mas Samudra belum datang juga. Aku sungguh tidak tega melihat ketiga anakku yang sudah kehilangan gairah hidupnya selama 2 bulan ini, apalagi si bungsu Cendana. Anak itu setiap hari selalu menangis sambil memeluk boneka anak anjing milik Mas Samudra yang di berikan kepadanya.

"Mama, Papa kapan kesini Ma! Katanya seminggu setelah kita pergi Papa bakal nyusul. Tapi ini sudah 2 bulan". Keluh Cendana ketika kami sedang bersantai di ruang TV sambil menunggu sore tiba.

"Dan Papa belum kemari juga!". Sela Brama. Anak laki-laki itu melanjutkan menononton film kartun kesayangannya.

Aku tersenyum kecut mendengar pertanyaan kedua anakku.

AUTHOR POV

"Apa jangan-jangan Papa nggak sayang lagi ya sama adek, karena adek nakal!". Tebak Cendana pesimis.
Nakya menatap wajah anak-anaknya serba salah. Ketiga anaknya sangat merindukan Samudra, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa karena ia tidak memiliki kontak telepon laki-laki itu. Dan ia tidak berani untuk meminta bantuan kepada Wiwin. Karena wanita itu baru saja melahirkan.

Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah memberi harapan palsu kepada ketiga anaknya.

"Mama! Arga yakin Papa akan kemari karena Papa sudah berjanji dengan kami. Aku yakin papa tidak akan pernah mengingkari janji itu!". Ucap Arga yakin, hanya Arga lah yang bisa berpikir dewasa. Mungkin karena ia seorang sulung dan bertugas untuk mengayomi dan melindungi adik-adiknya.

Cendana mencebikkan bibirnya.

"Tapi kapan itu akan terjadi Bang? Dedek capek di ejek terus!". Sanggah Cendana yang tak setuju dengan ucapan Arga.

"Adek! Kita harus berpikiran positif, adek kan tahu papa sakit! Mungkin Papa nggak bisa kesini karena keadaan Papa yang nggak memungkinkan! Jadi kita harus maklum, nanti kalau kita libur sekolah kita pergi lagi ke Jakarta nemuin Papa!". Nasehat Arga sambil mengelus pipi tembam adiknya.

"Bang Arga benar dek!". Ucap Nakya menyetujui.

"Kayaknya kalau kita ke Jakarta nggak masalah deh, kita kan sekalian bisa jalan-jalan!". Usul Brama.

"Iya Ma, kita ke Jakarta lagi aja. Selain ketemu Papa dan kakek, kita juga bisa ketemu dengan Tante Wiwin, Raja, Gio, dan Ela". Tanggap Cendana semangat. Seperti lupa dengan kesedihannya beberapa menit yang lalu.

Percakapan mereka harus terhenti saat mendengar suara ketukan dari pintu luar.

"Itu pasti Papa!". Tebak Cendana antusias. Dengan semangat ia berlari ke depan untuk membukakan pintu sang tamu.

"Papa! Papa bisa jalan!". Pekik Cendana kaget ketika membuka pintu rumah dan melihat Samudra berdiri tegap menggunakan tongkat di depannya.

Samudra berjalan dengan tertatih-tatih, di tangan kanannya terdapat tongkat untuk menyangga tubuhnya diikuti Cendana dari belakang.

"Iya dek! Maafkan Papa yang mengingkari janji Papa! Papa terlambat datang kemari menemui kalian karena Papa ingin merasa pantas untuk anak-anak Papa!". Dan juga Mama kalian, lanjut Samudra dalam hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Project ABC ~ EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang