(9) Under The Light

1.7K 246 3
                                    

Ava langsung mengambil posisi duduk di jok penumpang depan, yang sebelumnya ditempati Amanda saat tak sadarkan diri. Tak sudi lagi melihat gadis yang pakaiannya out of date itu dekat-dekat dengan Edgar. Cukup dia sudah meremukkan hati Ava dengan kesempatan bodoh yang diberikan Edgar untuk serumah dengannya.

"Gimana tadi Financial Talk Show nya? Lancar?" tanya Edgar sambil menyetir mobil di jalanan yang tidak terlampau ramai. Melirik sejenak ke arah Ava.

"Lancar. Coba lo datang, Ed, wih itu cewek-cewek pada histeris mungkin. Mereka nanya lo di mana. Tuh Raka jadi korban, dikejar followers cewek-cewek yang datang ke acara tadi."

"Oh," balas Edgar datar. "Bro, lain kali lo tampil deh di channel kita gantiin gue live trading*."

"Yakin lo, Bro? Sini sediain 50 juta, gue beliin POXX* waktu live trading*. Tapi kalo gue diguyur* jangan salahkan gue," jawab Raka lalu terbahak.

"Yang ada Edgar yang rugi. Gara-gara lo, Ka, telat TP*. Mending beli BRXX*. Tahun depan tinggal terima cuan* gede." Ava menimpali dengan nada bangga saat mulai membicarakan tentang fundamental perusahaan tersebut.

"Ava mulai dah. Mentang-mentang dia aliran fundamentalis ya, Bro," balas Raka sambil menepuk jok kemudi tempat Edgar menyetir.

Kemudian mereka bertiga tenggelam dalam pembicaraan tentang saham yang berpotensi naik besok. Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang merasa terpinggirkan. Amanda merasa dirinya tak cukup pantas untuk berada di tengah-tengah mereka yang lebih berpendidikan.

***

Dari balik jendela dekat tempatnya duduk di jok penumpang bagian tengah, Amanda melihat Edgar mengantar Ava sampai pagar rumah. Lelaki jangkung itu menatap gadis blesteran itu sambil mengusap puncak kepalanya.

Lagi-lagi kedua matanya berkaca-kaca, teringat masa kecilnya. Saat Yoga akan meninggalkannya pergi mengikuti kepindahan sang ayah ke luar negeri. Yoga berkali-kali menghibur Amanda kecil yang terus menangis. Mengusap puncak kepalanya sambil berkata, "Tunggu aku ya, Manda. Kita akan menikah nanti. Biar kita bisa sama-sama terus seperti papa dan mamaku."

"Manda, kamu nggak apa-apa?" tanya Raka yang duduk tepat di sampingnya. Membuyarkan lamunan Amanda

"Nggak apa-apa kok, Mas," jawab Amanda cepat lalu mengusap sisa-sisa air mata di pipi dengan punggung tangannya.

"Cerita aja, nggak apa-apa kok," tawar Raka.

Belum sempat Raka mendengarkan kisah sendu gadis di sebelahnya, Edgar sudah membuka pintu dan duduk di balik kemudi.

"Bro, lo pulang sendiri sono!" perintah Edgar sambil mengemudikan mobilnya.

"Eh sinting lo, Bro. Kirain lo anterin gue pulang," balas Raka kaget campur kesal.

"Gue khusus anterin cewek-cewek cantik, Bro. Kecuali lo cewek cantik, gue anter."

Edgar menghentikan SUV-nya di tepian jalan yang sepi.

"Najis." Raka akhirnya keluar dari kabin SUV Edgar.

"Hati-hati ya, Manda. Jaga diri lo," bisik Raka lalu berpamitan pada gadis di sebelahnya.

"Jangan lupa besok standby di rumah gue jam delapan pagi. Lo telat, gue potong gaji lo!" ancam Edgar dari balik kemudinya.

"Manda, pindah depan!"

Jantung gadis yang baru saja dipanggil namanya bertalu-talu. Apalagi mendengar suara bariton Edgar yang ternyata berhasil membuat bulu kuduknya merinding bukan main.

"I-iya Pak Edgar," ucap Amanda terbata-bata karena terlalu panik. Membuka pintu sampingnya lalu keluar untuk pindah ke jok penumpang depan.

Masih dengan jantung yang terus berdegup kencang, Amanda mengambil posisi duduk sesuai perintah.

"Sudah, Pak." Seperti biasa, Amanda menundukkan kepalanya.

Suaranya terdengar lirih bahkan hampir bergetar. Ketakutan yang tersembunyi itu dengan mudah ditangkap oleh radar Edgar. Lelaki itu menyalakan lampu kabin mobil terdekat.

"Manda."

"I-iya Pak."

"Lihat wajah gue!"

Semakin ketakutan, membuat Amanda menggelengkan kepala sambil tetap menunduk. Berharap lelaki itu paham jika ia tidak mau melakukan perintah yang satu itu.

Tak kunjung melihat gadis di sebelahnya untuk melakukan perintah, Edgar menaruh kedua tangan di bahu gadis ketakutan itu. Memaksa Amanda berhadapan dengannya.

"Lihat wajah gue, Manda!" Edgar mengangkat dagu Amanda dengan jemari.

Kini terlihat jelas wajah ketakutan gadis di depannya. Lagi-lagi kedua mata itu berkaca-kaca, siap untuk menangis. Saat Amanda mengedipkan mata, sukses membuat bulir bening itu lolos dari pelupuk mata.

"Lihat gue, Manda!"

"Su-dah Pak."

"Gue nggak suka liat lo sering nangis, sering menundukkan kepala. Ini Jakarta, Manda. Lo kalo gini terus bisa habis lo. Ngerti? Lo harus berani. Lo harus kuat."

Wajah Amanda semakin basah karena air mata yang tak bisa ditahan lagi. Apalagi suara Edgar yang keras itu membuatnya gemetaran. Gadis itu memang tak biasa diperlakukan dengan keras. Bahkan keluarga Barata jarang membentaknya saat ia berbuat salah.

"I-iya Pak," ucap Amanda sambil terpaksa menatap wajah yang terpancar aura tegas di hadapan.

"Lima, Manda. Lo sudah lima kali panggil gue 'Pak' hanya dalam lima menit. Enam kali lo panggil gue 'Pak' nasib lo persis kayak Raka. Nggak ada konteks formal antara lo sama gue. Stop calling me 'Pak'. Ngerti?!"

****

Akhirnya update di menit-menit terakhir, yeaay.

Semoga Amanda baik-baik saja, nggak diapa-apain sama Abang Edgar.

Happy reading yaa ❤️❤️❤️

Thanks for reading, vote, and comment ❤️❤️❤️

Oke saya mau kasih keterangan untuk beberapa kata yang saya kasih tanda bintang

Live trading : kegiatan trading saham

POXX dan BRXX : anggap saja ini kode saham yang diblurkab Dengan pemberian XX di belakang

Diguyur : suatu keadaan saat harga saham sedang menanjak yang kemudian jatuh hanya dalam hitungan detik. Detik ya gaes 🤣

TP : take profit atau menjual saham

After Years GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang