(36) Too Much Kisses

1.7K 249 83
                                    

Perhatiaaann !!! Anak kecil minggir dulu!!!

Alunan musik terdengar begitu merdu. Makan malam romantis berdua di penthouse yang terletak di lantai teratas telah usai. Mereka telah menikmati hidangan yang dipersiapkan oleh Tara sambil mengobrol. Bernostalgia tentang masa kecil yang mereka habiskan bersama.

Prayoga berdiri, berjalan ke arah gadis yang sedari tadi tak membuatnya bosan untuk terus memandang. Gaun merah itu sungguh pas melekat di tubuh kurus Amanda. Ia meraih jemari gadis itu dan mengajaknya menuju balkon yang besar. Menikmati angin malam sambil melihat pemandangan ibukota dari ketinggian.

"Kamu suka, Manda?" tanya Prayoga yang tak jemu terus memandang wajah Amanda. Rasa rindunya seperti tak berkesudahan. 

Gadis bergaun merah itu mengangguk malu-malu. Dari cahaya temaram di ruang balkon, Amanda masih terlihat cantik di mata Prayoga. Lelaki itu meletakkan tangan di tengkuk Amanda. Gaun merah yang mengekspos leher jenjang Amanda membuat lelaki itu hampir kehilangan kendali.

Kini wajah mereka semakin dekat. Hembusan napas pun terasa di pipi mereka. Dengan tangan satunya, Prayoga mendekap erat gadis itu dalam pelukan. Merebahkan kepala Amanda ke dadanya. Berharap gadis itu tahu, seperti apa bunyi detak jantungnya saat ini. "Aku harap kamu bisa tinggal di sini, Manda. Ini rumahmu juga."

Setelah puas memeluk gadisnya, Prayoga mengajak Amanda beranjak dari balkon. Tak ingin membuat gadis itu sakit karena terpapar angin malam. Mengajaknya duduk di sofa depan smart TV dengan layar LCD yang besar. 

Dering ponsel pintarnya memecah keheningan. 

Namun, lelaki itu tidak menggubrisnya. Ia hanya menonaktifkan nada dering. Tak ingin apapun mengganggu malamnya bersama perempuan yang ia dambakan. 

"Kamu duduk di sini. Kita nonton yuk. Bentar, aku ambil sesuatu dulu." Prayoga beranjak ke dapur kering untuk mengambil es krim dari freezer. Dan kembali ke sofa tepat di sisi Amanda. Mengambil remote TV dan memilih channel secara random. 

Kedua mata gadis itu membulat. Tampak senang dengan apa yang dibawa Prayoga. Es krim vanila kesukaannya. "Wah, kesukaanku."

Lelaki itu menawarkan diri untuk menyuapi sedikit demi sedikit es krim vanila ke mulut Amanda. Begitupun juga gadis itu yang juga ingin melakukan hal yang sama. Mengenang masa kecil mereka saat makan es krim sembunyi-sembunyi. 

Terlihat sedikit ceceran es krim di dekat ujung bibir Amanda. Membuat Prayoga tersenyum dan perlahan dengan ibu jari menghapus sisa lelehan es krim di sana. 

"Tinggallah di sini bersamaku, Manda," pinta Prayoga dengan suara rendah serupa permohonan penting dan mendesak.

"Tapi aku kan masih bekerja di rumah Mas Edgar. Masih belum sebulan …."

Gadisnya belum selesai berbicara, Prayoga meraih pundak Amanda. Memberikan sentuhan lembut di sana dan tengkuk gadis itu. Sungguh menarik perhatiannya. Tak bisa lagi untuk menahan rasa ingin mencecap bibir ranum Amanda yang menyisakan rasa vanila.

Bibir mereka saling memagut perlahan-lahan hingga kedua mata sepasang insan itu terpejam. Seolah ingin terus membingkai kenangan manis ini. Prayoga menahan wajah Amanda agar tetap dalam jangkauannya. Semakin lama, ciuman itu semakin intens dan dalam. 

Sekujur tubuh Amanda gemetar saat lidah lelakinya mendesak lembut ke dalam mulut. Menemukan miliknya. Mencium dan terus mencium seperti orang kehausan. 

Gadis itu hanya pasrah menerima ini semua. Kenikmatan yang diberikan Prayoga membuatnya terlena. Kedua lengannya melingkar pada punggung lelakinya. Bahkan, jemarinya meremas kemeja yang dikenakan Prayoga yang sibuk mencecap tengkuk dan pundaknya. Ketika lelaki itu memberikan tanda kepemilikan di sana, Amanda menjerit kecil sambil mencengkram bahu Prayoga.

Lelaki itu mulai hilang kendali ketika hasrat menggebu-gebu mengambil akal sehatnya. Kedua tangannya menurunkan bagian pundak pada gaun milik Amanda. Membuat penangkup dada gadis itu terlihat, membungkus pahatan indah di sana. Meninggalkan jejak panas dengan kecupan-kecupan yang membuat pemiliknya tersiksa. Membuat bibir Amanda tak sanggup untuk tidak mendesah di antara napasnya yang terengah-engah.

🌻🌻🌻

Dari lantai 68 di salah satu gedung tertinggi di kawasan Kuningan, Jakarta, Ava menatap layar ponselnya sambil tersenyum. Foto berdua bersama Edgar dengan saling beradu pandang, diabadikan oleh Raka menggunakan kamera ponsel gadis blesteran itu. Segera, ia memposting foto berlatar belakang jendela besar yang membingkai indah pemandangan gemerlap malam ibukota, di akun Instagram miliknya. Dengan caption 'Dinner with my partner in crime ❤️' sukses mendulang ratusan ribu like dan banyak komentar seperti 'ditunggu undangannya' , 'serasi banget sih' , 'relationship goal banget' , 'kapan nikahnya?'.

"Ed," panggil Ava dengan nada manja yang dibalas gumaman oleh sahabat laki-lakinya.

Lelaki itu sibuk melihat hasil karya Raka yang beberapa kali membingkai ekspresi dingin dalam balutan setelan formalnya. Sebenarnya ia malas melakukan ini, tetapi asisten pribadinya itu terus mendesak Edgar untuk melakukan sesi foto ini. Salah satu usaha mengangkat citra Edgar sebagai trader muda nan sukses yang tak lupa untuk menikmati hidup.

"Ed," panggil Ava lagi masih dengan nada merajuk.

"Apa?"

"Banyak yang nanyain kapan kita nikah. Trus gue harus jawab apa?"

"Jawab aja besok," balas Edgar dengan nada datar. Ia kembali menenggak cocktail Callao 1899 pesanannya.

 Ia kembali menenggak cocktail Callao 1899 pesanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Besok? Kok bisa. Lo beneran mau nikahin gue besok?" 

"Pokoknya jawab aja besok. Kalo besok ada yang tanya lagi, jawab lagi besok. Gitu saja terus," pungkas Edgar tanpa rasa bersalah.

Jawaban Edgar barusan sukses membuat Ava cemberut kesal. Namun, tingkah gadis blesteran itu tidak menarik perhatian sahabatnya. Edgar justru sibuk berbincang dengan asisten pribadinya tentang perombakan yang secepatnya harus direncanakan oleh Raka.

"Bro, mulai sekarang lo bisa isi agenda gue dengan banyak acara. Talk show oke, mau luar kota oke. Masih ada klien yang masuk waiting list?" 

"Lumayan sih, Bro. Apalagi calon klien yang maunya cuma lo aja yang isi acara. Nanti gue hubungi mereka lagi. Gue atur jadwalnya." Raka menimpali sambil menepuk punggung Edgar. Menemukan ada yang berbeda di raut wajahnya. Seperti ada yang disembunyikan.

"Lo sudah siap memang, Bro, untuk ngisi talk show lagi?" tanya Raka untuk meyakinkan dirinya sendiri atas permintaan Edgar barusan.

🌻🌻🌻🌻

Surabaya, 051119

Yeay akhirnya update juga dengan mata yang sudah kriyep2 ngantuk.

Udah udah buat Manda n Yoga sudah cukup ciumannya. Wooi kalian belum cukup umur eh belum resmi sudah main nyosor aja. Jangan ditiru nanti ada akibat yang harus mereka tanggung. Hahaha ketawa jahat 🤣🤣🤣

Happy reading yaaa ❤️❤️❤️

Please send your love and support to me with many votes and comments yaaa 🥰🥰🥰

Thank you ❤️❤️❤️

After Years GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang