3. Patah Hati dan Alasannya

24 5 0
                                    

-Demas-

Oh.. jadi ternyata, gue di tolak sama bella gara-gara elo?!.

***

[Bandung, 19 Juli 2018]

Bella nolak gue. Surat balasan yang gue terima ternyata benar isinya penolakan.

"..aku harus minta maaf, tapi kayanya aku gabisa nerima perasaan kamu.."

Kalimat itu terus berputar di kepala gue. Mengalir masuk ke hati, Lalu pesta porak disana. Bikin hati gue nyut-nyutan nyeri.

"..saat ini, aku lagi mencoba untuk jadi lebih baik.. dan untuk itu, aku gak bisa nerima ajakan kamu untuk jadi pacar kamu.."

Seharian ini tatapan gue kosong. Begitu juga otak gue. Perjuangan cinta yang baru gue mulai rasanya terlalu cepet harus mati. Apa ini artinya gue harus menyerah?.

Tapi gue gak mau menyerah..

"..aku harap kamu bisa ngerti keputusan aku. Makasih banyak udah suka sama aku dan berani bilang.."

Apa kalau gue memperjuangkan perasaan gue berarti gue gak ngehargain keputusan dia?. Apa ini berarti gue egois?.

Tapi gue yakin bisa ngebahagiain dia.

Hhh..

Seharian ini gue bener-bener gak fokus. Gue gak memperhitungkan kemungkinan untuk di tolak, karena kemungkinan itu sangat kecil. Gue ingat, dulu, waktu kami masih SMP, salah satu temen deketnya yang juga deket sama gue pernah bilang kalau dia sempet naksir sama gue.

Bahkan meira—nama temen gue itu—bilang gue punya kemungkinan besar untuk jadi pacar Bella seandainya gak keduluan Reza--mantannya.

Dan setelah ngelepas banyaknya kemungkinan gue untuk jadian sama dia dan berakhir memendam perasaan ini selama 4 tahun, gue gak rela harus ngelepas Bella begitu aja tanpa berjuang lebih keras.

"..aku harap kamu bisa ngerti keputusan aku."

Tapi kalimat itu lagi-lagi lewat di kepala gue. Seakan-akan ingin menegaskan bahwa Bella sama sekali gak ingin gue berjuang lebih.

Seakan Bella benar-benar ingin gue berhenti.

Tapi.. bagaimana bisa?

***

"Dem.. lo tau alya?"

Gue menjawab pertanyaan botet dengan anggukan kecil. Tahu lah. Si pendekar berjilbabnya Rohis. Cewek teman sekelas gue yang cukup terkenal jago ngebanting orang.

Ah, dia juga cewek yang ngedenger suara perut gue yang membahana minggu beberapa hari lalu.

"kenapa emang?" tanya gue balik.

Botet tanpak ragu sebentar. "lo.. deket sama dia?"

"enggak kok. Biasa aja."

Hmm.. ada yang aneh dari gerak-gerik si Botet.

"lo.. kira-kira lo ada kemungkinan naksir sama alya gak, dem?"

Gue menyernyit. Pertanyaan Botet ini makin lama makin aneh. "ya engga lah. Emang kenapa sih, tet?"

Botet menggaruk tengkuknya. "gue naksir sama dia" katanya pelan.

"sama siapa?" tanya juno yang baru aja sampai dari jajaran tukang makanan dengan sepiring batagor di tangannya. 

"Alya" jawab gue pelan.

"alya yang mana? Alya yang anak rohis itu? Si pendekar jilbab itu?" tanya juno histeris. "galak loh dia"

Botet memicingkan matanya, seakan gak suka Si Alya ini dibilang galak sama juno. Tapi ekspresinya berubah ajdi lemas lagi. "masalahnya.." bisik botet lemas. "kata giana—temen sekelas gue—alya naksir sama orang lain"

"gue harus kasian sama elo yang suka sama cewek itu, atau sama cowok yang disukain cewek itu ya?" tanya juno sambil melahap batagornya. Botet kayanya benar-benar suka sama cewek ini karena dia menghadiahi juno jitakan yang cukup kencang berkat ucapannya.

"emang suka sama siapa dia?" tanya gue sambil mencuri batagornya juno.

Botet terdiam sebentar. "elo" katanya pelan sambil menatap gue dalam-dalam. "dia naksir elo, dem.."

Aku dan juno serempak menoleh ke arah botet. Seketika, juno tertawa. Ngakak. "kasian amat kalian berdua!".

Gue menunjuk diri gue sendiri dengan tidak percaya.

Botet keliatan frustasi. "sebenernya gue juga gak percaya. Lo bukan tipe orang yang mungkin di taksir sama alya.. tapi abis gue perhatiin, mungkin ada benernya juga.. soalnya akhir-akhir ini, gue sering liat dia ngeliatin elo dem" kata botet lemas tapi serius.

Gue menggaruk tengkuk. Bingung. "terus kenapa lo jadi stres gini? Kan guenya gak suka sama dia?" tanya gue santai.

Botet menatap gue dengan tatapan nelangsa. "gue tau.. tapi aneh aja rasanya.." jawabnya lemas.

Gue mendengus pelan. "tenang.. kalo dia nembak gue, bakal gue tolak kok"

BRAKK!. Juno menggebrak meja dengan muka cukup kaget. Kaya detektif yang baru aja mecahin kasus.

Gue dan botet menghadiahi kecebong satu itu berbagai pukulan dan makian. Tapi dia muka seriusnya bikin gue cukup penasaran dengan apa yang baru aja dia temuin.

"gue ngerti sekarang!" katanya antusias.

Juno natap gue dalam-dalam. "bener dem! Cewek itu suka sama lo!" Katanya serius.

"bisa jadi kasus Bella sama elo mirip kaya yang sekarang lagi lo sama botet alamin!" racau juno. "bisa jadi bella tau kalau alya tuh suka sama lo, makanya bella nolak elo. Kalau gak salah mereka tuh sobatan, kan?"

Gue dan Botet tertegun. Tentunya karena dua alasan yang berbeda.

Di otak gue, muncul sebuah pencerahan. Ya, bisa jadi!. Bisa jadi bella nolak gue bukan semata karena alasan yang dia tulis di surat itu.. tapi karena dia pingin ngejaga perasaan sahabatnya..

Mendengar racauan lebih lanjut juno sukses membuat gue otak gue bekerja perlahan. Ini artinya, gue harus bisa ngebuat si Alya ini berhenti suka sama gue supaya gue bisa ngedeketin Bella dengan aman sentausa.

Iya kan ya?.

***

[Bandung, 26 Juli  2018]

Berdasarkan pengamatan gue selama seminggu ini, Ya. Si Alya ini emang suka sama gue. Bahkan kayanya anak-anak sekelas udah ngeuh. Cuman gue yang enggak.

Well, ngapain juga gue peduliin cewek yang ngerusak perjuangan cinta gue?.

Meskipun gak seintens beberapa hari kebelakang, gue udah mergokin dia merhatiin gue dua kali hari ini. Tadi pagi sewaktu dia baru sampai di kelas, dan beberapa detik lalu. Di sela-sela penjelasan Pak Bowo.

Selain merhatiin gue, ada satu hal yang gue baru ngeuh juga akhir-akhir ini. Dia ternyata sering 'menghancurkan' kesempatan gue untuk ngobrol berdua sama Bella. Entah gimana caranya, tiap gue mau bicara sama Bella, Alya selalu muncul.

Berasa di stalking tau ga.

Dan menurut juno, cewek ini kayanya enggak akan berhenti ngeganggu gue dan bella kalau gue gak ngasih dia peringatan. Dan peringatan itu, harus gue sampein sesegera mungkin. Hari ini juga!.

"bisa bicara sebentar?"

Cewek sedikit terlonjak waktu gue bicara. Tiara—yang duduk di sebelahnya—mulai mengeluarkan senyum yang mencurigakan.

"bisa.. tentang apa emangnya?" tanya cewek itu.

"penting pokoknya.. dan harus private" gue melirik tiara yang senyumnya mulai keliatan agak abnormal.

Alya kelihatan gak setuju. "private?" katanya ragu. "tentang apa ya emangnya?".

Pake acara banyak nanya lagi. "penting banget pokoknya. Gue tunggu di saung belakang sekolah" kata gue sambil berbalik.

Perasaan dia harus selesai. Sekarang juga.

***

Tentang KitaWhere stories live. Discover now