9. Langsung akrab.

34 9 5
                                    


Tepatnya sekarang pukul enam sore menjelang magrib, dan Yara hanya bisa duduk kaku di ruang tamu. Di temani mama yang sedang menggendong Lily si kucing Persia gendut berwarna putih, sedangkan di hadapannya sudah ada Yoongi yang santai sekali menyeruput teh hangat yang dengan terpaksa Yara buatkan barusan.

Lumayan lama karna sempat perang batin untuk pakai gula atau garam saja sekalian.

“Saya sih gak heran kenapa Yara udah nganggur aja sekarang, dia anaknya emang malesan.”

Mama bergosip ria sambil mengelus Lily yang tertidur. Sedangkan Yara mendengarkan sambil mengelus dada.

Sedih juga di gituin sama mama sendiri.

“Enggak kok Tante, Yara anaknya rajin. Saya aja sayang banget—”

“Sayang sama anak saya?”

Hayoloh.

Yara hampir saja jatuhkan bantal sofa yang sudah dia unyel-unyel dari tadi di pangkuan.

Papa tiba-tiba muncul dari arah kamar. Sudah lengkap dengan sarung dan peci, mau solat magrib berjamaah di masjid komplek.

“—Sayang banget kenapa Yara harus mengundurkan diri, Om.”

Subhanallah, potongan kalimat yang teramat membuat jantungan.

Yara berhamdalah puluhan kali dalam hati, agak takut juga kalau misalnya mantan bosnya ini terang-terangan mengaku suka. Yara belum tau harus pasang muka seperti apa.

“Aduh, Pa. Ngomong apa sih? Mana mungkin lah, Yara aja buluk begitu. Masih kinclongan nak Yoongi.”

Mama stop, please:(

Kesal banget rasanya, Yara putuskan untuk berdeham sekeras mungkin untuk alihkan perhatian. Semakin kesal lagi saat Yoongi malah tertawa mengejek.

Iya! Dimata Yara itu kelihatan seperti tawa mengejek.

Beda lagi dengan mata mama yang pandang itu sebagai tawa seorang lelaki maco dan bisa jadi pujaan anak gadis satu komplek.

“Mama suka banget ya nistain aku?”

Yara gak tahan juga lama-lama. Biasanya cuma Taehyung yang jadi saksi kenistaan Yara, sekarang ada Yoongi kan beda cerita.

“Kamu yang nistain diri sendiri, mama cuma ngomong apa adanya.”

Mama, Yara anak pungut kah? Kok tega banget?

Belum sempat membela diri, suara adzan mengudara, buat papa bergegas luruskan peci di kepala pelontosnya. Yang sangat Yara wanti-wanti akan jatuh tergelincir seandainya ada angin bertiup di jalan nanti.

“Ikut Om ke masjid ayo, solat magrib berjamaah.”

Owh, langsung akrab begitu? O.o

“Siap om!”

Dan mereka meninggalkan mama dan Yara dengan saling merangkul. Mungkin papa memang merindukan masa mudanya sehingga ingin akrab dengan Yoongi yang kiranya bisa di ajak bergaul.

Yang jadi pertanyaan besar saat ini adalah, Yoongi ada perlu apa kerumah Yara?

Sorry, Sir!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang