O8 — Private Teacher
"Biru!"
Biru refleks merem dan ngejauhin hapenya dari telinga ketika Junkyu di seberang sana ngegas. Salah nih kayaknya dia ngangkat telepon ke-8 dari kakaknya itu. Tau gitu direject aja kan kayak tadi.
"Di indomaret depan sekolah elah, kak." kata Biru lalu melahap ciloknya.
"Ini tutor lo udah nunggu. Pulang sekarang."
Biru ngelirik sekitar, "Siapa?"
"Yang nanya?"
Biru menghela napas. "Siapa tutornya ego."
"Bangsat. Temen gue!"
Biru ngakak. Mampus.
"Cewek cowok?"
"Cowok, ler. Banyak tanya lo. Sini buruan atau duit jajan lo dipotong Mama."
"Pap dong."
"NGAPAIN?"
"Gue juga bisa ngaduin masalah lo ke Mama tentang cewek di rumah kemaren jadi mending pap tutornya sekarang biar kita sama-sama nggak ribet."
"Heh—"
Biru langsung matiin sambungan telepon itu sepihak. Selesai dengan makan cilok dan ngehabisin teh kotaknya, Biru pun ngecek ponselnya sambil ngedumel sendiri.
"Ah mampus. Males banget gue."
Dua notifikasi dari Junkyu. Biru buru-buru buka chatnya karena Junkyu ngirim foto juga. Ah ini dia.
bapak negara dua :