"hy Nila" Alba tiba-tiba saja datang dan mengagetkan ku
"Oh,hy" balasku sambil sibuk memasukkan buku ke dalam tas ku
"Kamu sakit?"
"Enggak,kenapa emangnya?" Balasku sambil masih sibuk menyusun buku-buku ku"Hey,kamu kenapa?" Katanya sambil menggenggam tangan ku
Saat Alba melakukan itu, terdengar bisik-bisik dari siswa yang lain
"Itu si Alba ngapai megang-megang si Nila,emang dia pincang"
"Gak cocok banget nih,dedek gak setuju"
"Astagaa Alba sudah punya pawang"
Entah mengapa bisikan-bisikan itu membuat ku tak nyaman,aku ingin segera pergi dari sini
Aku tak seberani Valen untuk menggebrak mereka yang mengatai ku.
Lalu ku lihat Alba disamping ku masih tetap memegang tangan ku dengan tatapan seperti biasa,merasa tak terusik dengan bisikan-bisikan tadi,seolah olah dia tuli dalam sekejap
Atau dia sedang berusaha mempermalukan ku? Selama ini bersikap pura-pura baik dan kemudian melakukan hal ini?"Kalo ngomong di kontrol dong,kalo gak suka sama Nila ngomong langsung,jangan bisik-bisik kek nyamuk lu pada"
Valen tiba-tiba berdiri dan menggebrak meja dan membuat semua orang di ruangan itu terkejut ,termasuk aku.Setidaknya aku bersyukur masih punya Valen, sepertinya dia tak terima aku diperlakukan begit iiu.
Kelas mendadak senyap setelah gebrakan Valen.
Tanpa sadar cairan bening menggumpal di pelupuk mataku
Aku merasa tak berguna,aku bahkan tak cukup berani membela diri.Valen menatap tajam kearah Alba dan langsung menarikku keluar dari kelas tanpa mengucap sepatah kata pun,sedangkan Alba hanya diam bergeming
"Maafin aku ya Len"ucapku sambil menunduk,tak berani menatap matanya.
Hanya itu yang mampu ku ucapkan setelah Valen membawaku ke taman belakang kampus.Valen diam,tak bergeming,ku pikir Valen sedang marah padaku
"Len,aku.."
"Udah,tenangin dulu diri lu baru ngomong,entar lu jadi gagu ngomong nya,dan gua gak marah sama lu"Aku masih mengenal Valen beberapa minggu,dan dia sudah hampir tau seluruhnya tentang ku.
Dia tau apa yang aku butuhkan tanpa harus menyuarakan,dia ada di sela-sela kesepian ku
Valen memang utusan terbaik semesta."Makasih"ucapku sambil menatap Valen,entah darimana tiba-tiba keberanian itu muncul begitu saja.
Tentang Alba ,aku tak peduli lagi ,ah tapi kurasa aku tak begitu yakin,aku masih bertanya-tanya mengenai sikapnya tadi padaku,apakah aku memang hanya sebatas tokoh figuran dalam kisah nya? Dia benar-benar tidak peduli padaku?
Sebagian dari diriku merasa tak terima dengan perlakuannya tadi,namun logika ku berusaha menyadarkan hatiku bahwa aku bukan siapa-siapa Alba,lalu mengapa aku harus merasa istimewa dan berhak dilindungi oleh Alba?
Apa benar jika logika wanita selalu dikalahkan oleh rasa?
Persetan dengan Alba dan segala rangkaian penjelasan nya nanti.
Alba membawa ku terbang melampaui atmosfer membuatku melayang,lalu seketika menghempaskan ku hingga ke dasar jurang.----------------------
Jatuh cinta itu seperti hukum Newton ke 3,semakin besar cintamu semakin besar pula rasa sakit mu-nilaangkasa

KAMU SEDANG MEMBACA
Fajar dan Senja
Fiksi RemajaFajar yang setia dan senja yang mengagumkan. Ini hanya tentang kisah perjalanan fajar menemani sang langit menemui senja Yang pada akhirnya akan sirna -Nila akasa