tap
tap
tap
seseorang berjalan menyusuri lorong selangkah demi selangkah
Langkahnya terlihat berat
Dia meremas kedua tangannya bersama, menahan hawa dinging yang tiba-tiba datangApa yang seharusnya dia lakukan?
Apakah dia melakukan hal yang benar dengan mengunjungi pria itu?
Dia menatap sekitar dan dia menemukan orang yang dia cari.
Pria yang duduk di kursi rodanya, menatap kosong, sendirian di taman dan di jaga oleh petugas polisi.
"selamat sore" pria itu tidak menoleh saat ia menyapa.
"bagaimana kabarmu?" ia bertanya lagi.
"ingat aku?" tapi pria itu masih terus mengacuhkannya.
"aku minta maaf karena aku baru berani mengunjungimu setelah satu bulan. Bukan itu saja, aku... umm ... aku tidak membencimu... tapi aku masih belum bisa memaafkanmu. Tapi kau masih temanku. Ini aneh bagaimana bisa aku masih menganggapmu sebaigai temanku. Apa kau mengganggapku temanmu sebelumnya? Bagaimana bisa seorang teman... ahhh nevermind. Semua sudah berakhir sekarang?" dia menepuk pundak pria itu.
"anak-anak mengunjungi putrimu setiap minggu di sela-sela kesibukan mereka dan mereka juga selalu membawa bunga segar untuk putrimu dan mereka berharap bisa membawa Yoongi bersama mereka saat dia sudah siap. Berbicara tentang Yoongi..." dia berhenti sejenak sebelum melanjutkan berbicara.
"anakku baik-baik saja dan aku percaya kau tidak akan menyakitinya lagi. Setelah menjalani operasi, otot abdomennya benar-benar mati. Dia tidak bisa ber kontraksi atau bergerak saat dia merenggangkan ototnya atau mengunakan absnya. Ototnya lumpuh dan benar benar tidak bisa digunakan. Dokternya bilang itu karena kerusakan syaraf saat operasi dan mungkin butuh maktu untuk sembuh, tapi dokternya sendiri tidak yakin karena seluruh tubuhnya masih dalam proses penyembuhan."
"dia lebih sedikit bicara dari sebelumnya, tidak ada lagi senyuman di wajahnya dan sangat sulit untuk mendapat respon darinya" Ucapnya sambil mengambil nafas dalam dan mendudukan dirinya di samping pria itu di atas rumput hijau yang tebal
"but it's okay.. melihat bagaimana teman-temannya memperlakukannya, terus melakukan segalanya yang mereka bisa untuk membawa kembali Yoongi yang dulu lagi." Dia tersenyum dalam kebahagiaan.
"tapi..." dia bisa merasakan matanya membasah.
"aku tidak bisa mendekati putraku sendiri saat aku mengingat dirimu. Ini sudah sebulan dan aku belum pernah menggenggam tangannya... aku tidak bisa membiarkan tanganku menyentuhnya... aku mempercayaimu sebagai sahabat, tapi kau adalah orang yang menyakiti putraku, tidak hanya sekali tapi beberapa kali dan kau melakukannya dengan bantuanku... aku terus bertanya pada diriku sendiri selama ini, bagaimana jika, putrakulah yang menyelamatkan putrimu. Dia pasti sudah mati dan akan kah aku membalas dendam sepertimu? Bagaimana menurutmu?" sunyi menguar diantara mereka.
"jika putraku mati karena menyelamatkan seseorang, daripada membalas dendam, aku akan melindungi orang yang telah diselamatkan oleh putraku." Sunyi menguasai suasana disana lagi.
"apa kau puas sekarang Mingkwan ah? Atau kau masih ingin putraku mati? Jika iya, bunuh saja aku." Dia berdehem.
"kami mencoba melupakan apa yang terjadi sebelumnya, walaupun beberapa dari mereka masih menderita trauma karena apa yang kau lakukan. Tapi dengan kasih sayang, cinta dan kepedulian yang kami berikan, kami berharap bahwa segalanya akan kembali normal lagi
Kami mempunyai kepercayaan itu, kami semua percaya. Ahh~ Aku harus pergi sekarang, mungkin aku akan datang lagi
suatu hari nanti." Dia melihat setetes airmata mengalir dari sudut mata temannya itu kemudian tersenyum tipis dan berjalan pergi.
Pria itu tidak pernah bisa merespon siapapun setelah dia bertahan dari tembakan, yang mana salah satu tembakannya mengenai punggungnya yang menyebabkan seluruh tubuhnya lumpuh.
Selain itu otaknya mengalami kerusakan karena serangan stroke selama dia dalam kondisi koma, tapi dia masih bisa membuka dan menutup matanya, bisa makan dan minum apapun yang di suapkan kepadanya.
Namjoon dan Jin berhasil menemukan klinik pribadi untuk Mingkwan dan untungnya, Mingkwan memiliki jutaan won di bank accountnya untuk membayar seluruh biaya dan tidak ada yang mau tahu darimana seluruh uang itu berasal.