Part 1 - Sunday Morning

385 5 0
                                    

*Raya POV*

Pada Minggu pagi aku terbangun karna suara riuh dari lantai bawah. Sambil sempoyongan karna masih ngantuk, aku berjalan menuju pintu kamar. Sebelum sempat aku menggapai kenop pintu, tiba tiba saja pintu terbuka dan langsung mengenai keningku.

"ADUH BANG! SAKIT TAU!" Omelku pada abangku, Reno.

"Apaan sih Ray? Buka matanya baru bisa ngomel ngomel! Itu dicariin mama dibawah" jawab Reno.

Tanpa merespon aku langsung neloyor keluar kamar meninggalkan Reno yang masih mematung di tempatnya. Aku menghampiri mama yang sedang sibuk di dapur menyiapkan sarapan. Aku terkejut karena tidak seperti biasanya mama membuat sarapan sebanyak ini. Padahal dirumah sebesar dan berdesain minimalis ini hanya terdapat aku, mama, papa, Reno, dan Raffi.

Oh iya, aku akan bercerita sedikit mengenai keluargaku. Aku memiliki seorang papa dan mama, papaku bernama Restu Adi Mahendra. Mamaku bernama Risa Dhania Mahendra. Dan aku juga memiliki dua abang kembar, yaitu Raffi dan Reno. Mereka memang sama sama laki laki, sama sama kelas 12, dan sama sama digandrungi oleh cewe cewe sekolah. Tetapi mereka memiliki karakter yang sangat berbeda.

Raffi Adiwira Mahendra. Anak laki laki tertua di keluarga karna ia lahir 5 menit lebih cepat dari kembarannya. Memiliki tubuh yang tinggi, atletis, dan juga pintar. Buktinya saja ia masuk jurusan ipa di sekolah. Ia mengikuti ekskul musik dan juga menjadi ketua osis. Wow.

Reno Adiwira Mahendra. Ya bagaimana ya cara mendeskripsikannya? Dia jelas kembarannya Raffi, dia juga bertubuh atletis, tinggi. Yang membedakan hanya Reno masuk jurusan ips, dia mengikuti ekskul basket, dan dia merupakan ketua club pecinta alam.

Reno dan Raffi sama sama bisa menguasai alat musik. Raffi pada musik klasik seperti gitar dan piano, Reno pada musik modern seperti bass dan drum.

Raya Dhanisa Mahendra. Yap, itu nama lengkapku. Aku merupakan anak bungsu, dan anak yang paling dijaga banget karna aku anak perempuan satu satunya. Aku tidak sepopuler kakak kembarku, ya karna aku emang tidak mementingkan popularitas. Aku anak kelas 10 jurusan ipa disekolah. Mengambil ekskul basket dan musik. Yup, ketemu mereka.

-

Kembali kepada permasalahan dirumah. Aku masih termenung ditempat hingga lamunanku dibuyarkan oleh Raffi.

"Heh perawan pagi pagi udah bengong aja. Melek de melek! Apa jangan jangan lo udah gak perawan?" tanyanya dengan santai.

Akupun tersadar dengan ucapannya, "dih, apaan sih lo bang? Ganggu orang aja!"

Aku yang tidak peduli langsung menghampiri mama dan mulai membantunya.

"Ma sebenernya ada apa sih? Masaknya kok banyak banget?" tanyaku polos pada mama.

"Ini buat tamu kita sayang. Sania mau kesini!" jawab mama antusias

"BENERAN MA? SANIA MAU MENGINAP DISINI DONG?" tanyaku kembali tidak kalah antusias.

Sebelum sempat mama menjawab, lagi lagi aku diganggu oleh Reno, "De buang sampah gih. Gantian kemaren kan gue udah buang sampah."

"Lah apaan sih bang? Sekarang mah gilirannya Bang Raffi!" jawabku menolak.

"Raffi udah kali de sebelum gue. Udahlah buang sampah apa susahnya?"

"Kalo gak susah kenapa harus nyuruh gue segala?"

"Hari ini tuh giliran elo!" balasnya sedikit membentak.

Karna takut terjadi perang dunia ke-4, aku memilih menyerah dan mengambil sampah sampah tersebut untuk kubuang ke tempat sampah diluar rumah.

Sebelum masuk kedalam rumah, perhatianku teralihkan oleh keramaian yang ada di seberang rumah. Rumah yang dibatasi oleh dua jalan yang cukup luas antara rumahku dan rumah Oma Chandra, si pemilik rumah. Karena penasaran aku berusaha untuk berjalan ke rumah Oma Chandra tetapi terhenti oleh panggilan lembut mama. Terimakasih ma.

Didalam rumah, aku bertanya perihal keramaian di rumah Oma Chandra. Mama bilang Oma Chandra juga kedatangan tamu, yaitu cucunya. Terlalu larut dalam pembicaraan mama justru mulai membanggakan cucu Oma Chandra itu. Katanya ia baik, sopan, peduli, dan murah hati. Karna aku mulai bosan mendengarnya, aku memilih untuk pergi keatas menuju kamarku untuk mandi.

Selesai mandi, aku menuju kelantai bawah untuk melaksanakan sarapan. Dan kalian tahu apa yang aku temukan? Sania! "YAAMPUN KAK SANIA! KAKAK KAPAN DATANG?" tanpa basa basi aku langsung berlari untuk memeluk Sania. Aku memeluk Sania dengan sangat erat. Melepaskan semua keriduanku terhadapnya. "Yaampun Raya. Gimana cara kakak bisa bernafas kalau kamu peluknya erat banget seperti ini?" pinta Sania yang diselingi oleh tawa manisnya. Aku pun melepaskan pelukkan tersebut dan memandangnya. Sudah sangat rindu aku menatap wajah oval cantiknya itu sejak lama.

Sania meninggalkanku untuk pindah ke Aussie bersama orangtuanya. Umur Sania sama seperti Reno dan Raffi. Aku tidak dapat berkata apapun, tetapi langsung menariknya ke meja makan untuk melaksanakan sarapan bersama.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

HELLO EVERYONE!

This is my first story I've ever made. Hope you enjoy it. Dont forget to vote and comment. Love y'all!

Perfect StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang