Raya POV
"Ih sumpah gue gemes banget liat minionnya! Rasanya pengen gue culik satu, trus gue bawa pulang." kataku.
Aku dan Bian baru saja selesai menonton film. Kalian tau? Tiket nonton dan makanan semua Bian yang membayarnya. Padahal, aku yang sedang berulang tahun. Seharusnya aku yang membayarnya kan?
"Haha, bisa aja lo. Kalo misalkan lo yang gue culik, trus gue bawa pulang gimana? Hahaha." tiba - tiba ia menggodaku.
Aku menahan diri untuk tidak tersipu malu. "Apaan sih, candaan lo garing ih!"
Ia masih saja tertawa. Kita langsung menuju parkiran dan menuju ke rumahku.
Sesampainya di depan rumah, aku langsung menuruni motor ninja merahnya dan mengucapkan terima kasih.
"Makasih kak buat hari ini. Gue senennngggg bangett!" kataku sambil menunjukkan senyum sok manis.
"Iya, sama sama. Yang penting lo seneng, Ray." katanya sambil mengelus kepalaku lembut.
Baper? Jelas.
Tiba - tiba, pintu rumah terbuka, dan muncullah orang yang benar - benar tidak ingin aku temui saat ini.
"Honeeyyy! Finally you're home!" teriaknya.
Bian yang berada disana, langsung menatapku. Tatapan ini-maksudnya-apa yang terbaca sangat jelas.
Aku langsung tersenyum malu dan memandangnya.
"Aduh, bukan apa - apa kok. Anggep aja dia gak ada. Udah larut nih kak, lo pulang gih."
"Iya juga sih. Tapi, lo ngusir gue kenapa dia enggak lo usir juga?" kata Bian.
Tiba - tiba, si orang ngeselin ini merangkulku dan tersenyum sok imut. "Fyi, this is my place. AND she's my home." katanya.
Aku langsung melepas rangkulannya, dan menginjak kakinya. "Apaan sih? Sok inggris lo."
Yang di injek kakinya masih merasa kesakitan.
"Hmm, kayaknya gue balik aja deh. Oh iya, ini buat lo. Semoga lo suka ya!" kata Bian sambil menyerahkan sebuah kotak.
"Sekali lagi makasih kak. Tapi serius deh, lo gak perlu kasih ini. Lo udah terlalu baik bayarin gue seharian." kataku tidak enak.
"No problem kok. Yaudah, gue balik ya. See you!" balasnya berlalu meninggalkanku.
"Hati - hati kak Bian!"
Aku langsung tersenyum senang memasuki rumah.
Tanpa basa - basi, si orang ngeselin ini merampas hadiahku dan membukanya.
"Wihhh! Jam baru nih! Mahal sih keliatannya. Eh, ada suratnya!"
"Adam! Balikin! Apaan sihh!" kataku sambil berusaha merebut.
"To my beloved Raya. Idih, norak banget ini orang. Ini hadiah pertama gue buat lo. Semoga lo suka ya! Yaelah jam doang cuy, bukan emas batangan. Gue kira lo dikasih bunga bank apa hadiah rumah gitu. Gini doang mah gue juga bisa!" katanya panjang lebar.
"Sini balikin! Setidaknya dia masih kasih gue hadiah. Daripada lo? Gak ada gerakannya pisan!" balasku.
Kode dikit.
"Ohh, jadi ceritanya lo mau gue kasih hadiah nih? Kamu ngarepin aku kasih hadiah ke kamu, sayang? Hmm, jadi malu aku nih." katanya.
Sumpah, dia sok imut. Gue jijik.
"Ih! Geli tau gak!"
"Ray, kok lo gak adil banget sih? Lo manggil Bian kak, tapi lo cuma manggil nama gue tanpa kak, mas, bang, kang, a'a mending lah. Padahal kan gue lebih tua." tiba - tiba Adam protes.
Ini orang kenapa deh? Aku langsung merebut hadiahku dan menuju kamar.
"Ray! Besok kosongin jadwal lo, ya!" teriaknya.
Apalagi ini?
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Short chapter, I know.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Stranger
RomansaKamu. Iya kamu. Orang asing yang selalu mengikutiku kemanapun aku pergi. Orang asing yang tiba tiba muncul di kehidupanku. Aku tidak pernah merasa risih, tapi malah menikmatinya. Apakah kamu bisa menggantikan "dia"? Ya, aku harap begitu. SLOW UPDATE