Part 4 - You following me, honey.

128 5 0
                                    

"Elo?!"

Betapa terkejutnya aku bahwa orang yang aku lihat adalah Adam. Sedang apa dia disini? Apakah dia bersekolah disini? Tapi, mengapa aku tidak pernah melihatnya? Aku hanya bisa mematung dihadapannya.

"Eh, Raya kan ya? Ketemu lagi." katanya santai.

Aku tidak tau harus berkata apa. Sikapnya begitu santai terhadapku. Nina yang berada si sebelahku hanya berdiri bingung. Dan yang membuatku makin terkejut, ada Reno dan Raffi!

"Gausah kaget kali dek. Dia temen gue sama Reno kok." jelas Raffi.

Mataku makin membulat mendengar penjelasan Raffi. Jadi si jelek ini sekolah disini? Yaampun mimpi apa aku semalam. Aku tidak menyangka bisa bersekolah disekolah yang sama dengannya.

Lamunanku terhenti karena Nina menyenggol tanganku dengan sikutnya. "Sadar Ray!" omelnya.

Aku langsung tersadar dan mengedip ngedipkan mataku kembali menuju kesadaran. "Lo sekolah disini juga?" tanya Adam.

"Iya gue sekolah disini. Kenapa gue bisa ketemu sama lo sih? Lo anak baru ya?" kataku ketus.

Adam malah tertawa kecil. Yaampun senyumnya batinku. Eh? Apaan sih Ray? Jangan ngaco!

"You following me honey." jawabnya genit.

Aku yang mendengarnya malah merasa jijik. Nina yang berada di sebelahku malah tertawa sendiri. Pandangannya tidak lepas dari Raffi. Benar sekali, Nina memang sudah lama naksir dengan Raffi. Dia sering sekali menitip salam, menitip makanan, bahkan saat Raffi ulang tahun pun ia rela membelikan Wii sebagai hadiah ulang tahun. Kalau aku jadi Nina lebih baik aku tabung uangnya dan akan aku gunakan jika aku sedang ingin pergi, haha.

Back to reality, Adam, Raffi, dan Reno masih saja tertawa renyah di hadapanku. Awas saja kalian abang sayang, lihat pembalasanku dirumah nanti.

"Dih, genit lo!" jawabku ketus dan menarik tangan Nina untuk pergi menuju kantin. Sebari aku berjalan, aku melihat ke arah belakangku. Dan mereka masih saja tertawa. Malah makin menjadi. Menyebalkan!

-

"Ihh, Raya! Lo dengerin gue gak sih? Jangan ngelamun gitu! Liat tuh mie ayam lo ampe abis kuahnya. Tau gitu tadi buat gue aja." cerocos Nina. "Lagi mikirin Adam ya?"

Aku yang sedang menyuap potongan bakso pun tersedak. Tenggorokkanku begitu sakit. Nina langsung menyodorkan minuman kepadaku. Aku menegaknya dengan buru - buru dan aku tersedak kembali.

"Yaampun Raya! Minum tuh pelan pelan! Udah keselek, makin keselek kan!" omel Nina. Aku mengambil nafas untuk me-relax kan tenggorokkanku.

"Yee lo sih Nin pake bikin gue kaget segala!" balasku tak kalah galaknya.

"Kenapa nyalahin gue sih, Ray? Berarti gue bener dong?" balasnya.

"Bener apaan?" tanyaku polos.

"Bener kan kalo beneran lagi mikirin Adam? Hayo ngaku! Naksir lo ya ama Adam?" tembaknya.

"Kurang kerjaan tau gak mikirin orang kayak dia. Kayak penting banget tuh orang. Eh tapi, yang bikin gue penasaran, kenapa dia bisa ada disini ya? Trus jalannya bareng abang - abang gue lagi. Mereka keliatan akrab banget gitu, kayak udah lama kenal." tanyaku bingung sambil melihat kearah atas menyerong dan menggaruk ujung kepalaku yang sebenarnya tidak gatal.

"Yaampun Ray! Lo satu rumah sama 2 makhluk yang di cap sebagai orang paling ganteng disekolah, tapi lo gatau Adam? Aduh bener bener butuh pencerahan kayaknya lo, Ray. Eh lo bilang apa tadi? Penasaran? Tuh kan bener. Cieee cieeee." ejek Nina.

Perfect StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang