7. Under Pressure

5.3K 424 136
                                    

Sacha pov
Sejak kejadian beberapa hari yang lalu, suasana sekolah jadi lebih muram. Sepertinya semua orang punya cara berduka masing-masing. Elena jadi lebih jarang bersikap sinis ke orang-orang. Pabe keliatan masih terpukul dengan kematian Sean yang sebenernya partner yang diinginkan semua orang di sekolah ini. Pak Reis, entah bagaimana gue masih bingung ngebaca ekspresi wajahnya. Udah hampir sebulan gue kenal dengan Pak Reis, tapi ekspresinya sama sekali ga bisa ditebak.

Pernah dengan sotoynya Pabe nanya kenapa Pak Reis keliatan sedih dan Pak Reis bilang dia sama sekali gak sedih. Malah dia senang hari ini karena nanti sore saudaranya yang tinggal di luar kota bakal berkunjung ke rumahnya. Jadi gue gak mau menebak-nebak air wajah Pak Reis.

Gue juga rada sedih liat anak-anak kelas 2 pada berduka gitu. Well, Miss Sean guru yang hebat. Pantes aja kalo murid-muridnya merasa kehilangan. Sejujurnya, Miss Sean kayak role model buat gue. Dia cerdas dan anak-anak suka diajarin sama dia. Sayangnya, dia pergi terlalu cepat.

"You OK?" Tanya Elena ke Pabe saat kami makan di cafetaria. Elena duduk di samping gue yang duduk berhadapan dengan Pabe.

"Iyah, tengkiu" Jawab Pabe.

"Progress persiapan kelas lo sampe mana?" Tanya gue ke Pabe.

"Belum sampe mana-mana. Kemaren semuanya rencana Miss Sean, gue bingung realisasiinnya kalo pake rencana dia. Gue kurang paham" Jawab Pabe.

"Sama deng, kelas gue juga belum ada pergerakan, konsep juga masih ngambang" Jawab gue. Gue lalu mengingat sesuatu dan beranjak.

"Where are you going?" Tanya Elena.

"Mau nyari Zulva, you better follow me" Jawab gue ke Elena yang segera ngikutin gue.


Grandis pov
Gue mengetuk pintu rumah Sacha sebanyak tiga kali. Guru kampret gue itu ngejadiin gue koordinator utama kelas. Gue kudu nemenin Zulva nginep di rumahnya karena katanya Zulva mau di test lari besok pagi. Kesel banget, dia yang mau di test kenapa gue kudu ikutan juga coba? Dan wajah nyebelin wali kelas gue sekarang tersenyum lebar di depan kami.

"Ayo masuk!" Ajaknya ramah.

"I-Iya Miss" Sahut Zulva canggung. Dih tumben, biasanya ini anak cablak banget, bisa gugup juga ternyata.

"Langsung ke ruang makan, udah disiapin makanan" Sacha menuntun jalan kami ke ruang makan rumahnya yang udah kami ketahui. Ya kan kemaren pas mau ujian kami intensif belajar di sini.

Di ruang makan udah ada tiga cewek. Salah satu dari mereka Kak Clarissa yang lagi nyiapin makanan. Satunya Kak Shasenka, adik dari Sacha. Satunya lagi kalo gak salah namanya Febian.

"Ini Kak Clarissa, kalian pasti udah pada kenal. Ini Kak Shasenka, adik saya dan ini Kak Febian, pemegang gelar cewek paling judes se-provinsi" Jelas Sacha disambut tatapan sinis Kak Febian dan tawa Kak Shasenka.

"Wah lagi masak banyak yah Miss" Kata Zulva.

"Hehehe gak juga sih tapi yah begitulah, lagi pada pengen nyoba bikin kapurung aja nih" Jawab Sacha.

"Eh silahkan duduk" Ujar Kak Clarissa ramah.

Gue memperhatikan makanan yang tersaji di mangkuk besar di tengah meja. Aroma ikan dan udang yang menggugah selera menyapa penciuman gue. Di dalam mangkuk besar ini terlihat bulatan-bulatan kenyal berwarna bening disajikan dengan sayuran yang bercampur daging ikan dan udang.

"Itu apa?" Tanya gue reflek penasaran.

"Itu namanya kapurung terbuat dari sagu, kenyal gitu deh" Jawab Sacha mengambil kapurung dan memasukkannya ke mangkuk yang lebih kecil.

Swagger Teacher Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang