Suara gelak tawa dapat terdengar jelas berasal dari sebuah mini bar pribadi di salah satu Hotel yang terletak di kawasan elite kota Seoul. Hotel bintang lima yang di miliki oleh garis keturunan Min yang kebetulan pemiliknya adalah sahabat Seokjin selama menempuh pendidikan di fakultas yang sama. Setelah sekian lama tak bertemu , kedua nya sama-sama sudah sukses menjadi pengusaha di bidang nya masing-masing.
Suga, menuangkan sampanye ke dalam gelas kristal milik Seokjin dengan antusias , menyuruh nya untuk menemani kebiasaan minum nya yang tak pernah bisa dihentikan itu. Semua orang bahkan tau , Min Suga selalu tergila gila oleh sesuatu yang berkaitan dengan alkohol.
"Heii... Sudah cukup... Aishh, aku ini membawa istri dan harus mengemudi tau" ujar Seokjin sembari terkekeh ketika ia terus saja dipaksa oleh Suga untuk minum.
"Aisshh ... ayolah sudah lama kita tidak minum bersama kan?" Suga menggeser gelas Seokjin mencoba mendekatkannya "kau itu jago minum, aku yakin tidak akan sampai mabuk kok."
Seokjin terkekeh dan berakhir luluh dengan bujukan sahabat baiknya itu , ia menenggak habis isi dari gelasnya sampai tak tersisa.
"Bagaimana kehidupan rumah tangga? apa menyenangkan?" tanya Suga setengah penasaran sambil terus menenggak sampanye miliknya.
"Sangat-sangat menyenangkan" tekan Seokjin dengan senyuman dibibirnya.
"Oh baguslah ..."
"Lalu... kapan kau akan menikah?" lanjut Seokjin sembari bersandar nyaman pada sofa.
Suga terkekeh "menikah katamu? ck.. untuk apa aku menikah? aku tidak menginginkannya!"
Seokjin menggelengkan kepalanya pelan tak mengerti dengan jalan pikiran sahabatnya itu "sampai kapan kau akan bermain wanita terus huh? setidaknya pilih satu wanita untuk kau nikahi."
"Kau masih sama seperti dulu ya... bawel, seperti nenek ku saja" sindirnya sembari menyilangkan kedua tangannya di dada "ngomong-ngomong istrimu lama sekali, bukankah dia tadi hanya izin ke toilet?" lanjutnya yang membuat Seokjin sadar bahwa bisa dibilang sudah cukup lama Jisoo meninggalkan nya ke toilet.
Seokjin terlihat bangkit dari duduknya berniat menyusul Jisoo untuk memastikan keberadaannya namun Suga menahannya.
"Istrimu sudah dewasa kan?" Suga terkekeh "tak perlu repot-repot menyusulnya seperti itu, jika hilang bisa cari yang baru kan?" canda nya membuat Seokjin menggulirkan kedua bola matanya dan berdecak sebal dengan sahabatnya yang berbicara asal asalan itu.
Pikir Seokjin mana bisa istrinya diganti begitu saja? memang nya Jisoo barang? yaa mungkin bagi Suga wanita di dunia ini bisa disamakan dengan barang , dapat di buang setelah selesai pakai atau rusak.
Seokjin mendudukan kembali dirinya dengan nyaman , meskipun perasaannya ingin sekali menyusul istrinya tapi keberadaan Suga membuatnya bertolak belakang dengan apa yang ia inginkan.
Suga mengedarkan pandangannya kesekitar seperti tengah memastikan situasi, tak lama dari situ ia mencondongkan tubuhnya kedepan "kau belum juga punya anak huh?" tanya nya setengah berbisik kepada Seokjin yang berada dihadapannya.
Sesaat Seokjin terdiam namun detik berikutnya ia tersenyum lebar , entah tulus atau tidak "Jisoo sepertinya belum siap" ia menenggak kembali sampanye yang sudah di tuang kembali dalam gelasnya "aku hanya mencoba untuk tetap sabar" lanjutnya lagi sambil terkekeh kecil meskipun raut wajahnya tak mendukung kekehan itu, terkesan penuh paksaan.
"Untuk apa kau menikah jika tak punya anak huh?? Hei... kau tau kan perusahaanmu harus dilanjutkan oleh keturunanmu sendiri."
Seokjin tersenyum sinis "apa beda nya aku denganmu? bukankah kau juga butuh keturunan? cepat menikah, jangan mengurus hidupku."
KAMU SEDANG MEMBACA
REVIENS [ Jinsoo ] √
Fanfiction**Sebagian chapter unpublish 11Okt2019 s/d 22Januari2020