Chapter 2

47 3 0
                                    

"Rhea, ayolah. Tadi itu aku hanya bercanda."

"Bara, ayolah. Saat ini aku hanya marah."

Bara terlonjak kaget mendengar ucapan datar dari Rhea. Saat ini keduanya tengah berjalan menuju gerbang untuk pulang.

"Baiklah jika kau ingin marah. Tapi kita tetap pulang bersama."

"Tidak mau."

"Lalu kau akan pulang naik apa? Taksi? Baik aku temani, ayo." ucap Bara sembari menarik pergelangan tangan Rhea.

"Aku ingin naik bus. Mau ikut?" tanya Rhea dengan senyum mengejek.

"A-ah bagaimana? Bus? Ayo aku ikut." jawab Bara, walau tidak seyakin tadi.

"Tapi Rhea, lebih baik naik mobilku saja. Ayo!" sambung Bara sembari menarik Rhea ke arah parkiran.

Sebenarnya Rhea bisa saja melepaskan diri dari genggaman Bara. Namun, jika ia pulang sendiri pasti akan lebih menyulitkan baginya nanti.

Kini keduanya telah berdiri didepan mobil Lamborghini Sesto Elemento, salah satu koleksi mobil mewah milik Bara.

Jika kalian menganggap Bara berlebihan karena membawa mobil seharga se-langitnya itu ke sekolah, maka kalian akan menganggap Bara tidak waras karena pernah membawa Aston Martin Vulcan kesayangannya itu ke pemakaman kucingnya.

"Silahkan, Tuan Putri." ucap Bara sembari membuka pintu mobilnya.

Saat hendak masuk ke dalam mobil, tidak sengaja pandangan Rhea melihat laki-laki perpustakaan itu sedang menyalakan mesin motornya.

"Ah, dia" ucap Rhea tiba-tiba sambil berlari kearah laki-laki itu berada.

"Eh, Rhea! Kau mau kemana? Aishh." Bara menggerutu ketika Rhea tiba-tiba berlari.

Sayang sekali, ketika Rhea sampai, laki-laki itu sudah lebih dulu melaju dengan kuda besinya.

"Padahal tinggal sedikit lagi. Harusnya tadi aku berteriak." gerutu Rhea ketika melihat dia sudah pergi.

"Eh? Apa ini?" gumam Rhea ketika matanya menangkap sesuatu di tanah "Gantungan kunci?" tanyanya lebih kepada dirinya sendiri.

Rhea kembali ke tempat dimana mobil Bara berada, masih dengan menggenggam gantungan kunci yang ia yakini milik laki-laki itu.

"Maaf ya, Bara. Barusan ada dia, tapi udah pergi." ucap Rhea sesaat setelah masuk ke dalam mobil Bara.

"Kenapa gak nyapa dia nya pas di perpustakaan, kan bisa Ya." ucap Bara ketika ia mulai melajukan kendaraannya.

"Kan aku udah bilang berkali-kali, kalau di perpustakaan nanti aku ganggu dia."

"Ya terus, lo mau sampai kapan begini?"

"Bara marah ya sama Rhea?" bukannya menjawab Rhea malah bertanya dengan tiba-tiba.

"Marah apanya? Gak nyambung banget lo" ucap Bara sembari menatap Rhea sebentar kemudian mengalihkan pandangannya lagi ke jalanan.

"Itu pake gue-lo." jawab Rhea sembari terus menatap Bara yang fokus pada jalanan.

"Engga tuh, kapan?" tanya Bara dengan muka menyebalkan.

"Barusan."

"Ah, masa? Kok aku gak inget."

"Ih, Bara!" Rhea mencebikkan mulutnya kesal.

Tak lama suara tawa terdengar setelahnya. Rhea makin menggembungkan pipinya tanda ia benar-benar kesal.

***

La DiferenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang