KAU

8 2 0
                                    

Sebelum cerita ini lanjut, POVnya bakal satu saja. Author POV, biar nggak pusing kalian bacanya. Xixixi.
_____
Cerah cerah cerah.

    Hara merasa semua hal di sekitarnya berkilau-kilau dan berbinar penuh kebahagiaan biarpun hujan deras seperti daun pohon di musim gugur -beneran si Hara belum pernah lihat semacam itu- atau bazoka berebutan perhatian telinga -apalagi yang ini, paling dari ada anime doraemon- semua tetap penuh cahaya!

     "Ra! Senyum lo tuh narkoba banget tahu nggak? mending lo gue kencanin gimana? sore ini?" Celetuk Tina.

     Pipi Hara melorot jatuh mendengar kata-kata Tina yang semena-mena, mata beralis ulat itu melotot pada si empu suara.

     "Lemes Patt! kaki gue kayak jeli Patt! pinjem_"

     "Diem Tina! lo kok tambah mirip sama cewek-cewek kecentilan itu sih? seumur hidup bareng lo, tadi itu omongan paling absurd yang gue dengar. Ohh, gue tahu. Pasti lo kebanyakan nonton_"

    "ihhh, hidup bareng? Patologi bulgogi! sadar kali lo hidup dimana?" sewot Tina.

     "oohh, lo nggak sadar? nggak ngakuin? nggak_"

     "ohhh, kalian tidak tahu malu." potong Hara jengkel, berlalu dari dua temannya itu tanpa menoleh, mengacuhkan teriakan debat kusir mereka.

     Hara bergidik ngeri menanyakan kepala dan hatinya hingga selama ini mau berteman dengan dua pemancar radio itu yang dimanapun dan kapanpun selalu menarik perhatian.

     Padahal, siapa juga yang mau viral hanya karena berteman dengan mereka? tidak ada. Termasuk Hara.

     Pasti ada suatu kesalahan dalam otak mereka karena tingkahnya masih seperti anak sma labil, pikir Hara dan mempercepat langkah.
   
     Brukk!!

     Drama terjadi menimpa Hara, tabrakan, barang bawaan orang itu berceceran dan__
 
     "Ohoi! Hara Kumbara kan?" berkata.

     Tapi bukan itu kata yang di tunggu Hara, bukan setumpuk peraga entah apa yang berjatuhan dan bukan pula orang itu yang terbayangkan.

     Hara menjawab sekenannya sambil sebaik mungkin membenahi barang bawaan yang tercecer, tapi orang itu -tepatnya cewek itu- hanya memandangi Hara sambil berjongkok.

     Dia seperti terkena walat sehabis mengatai dua teman absurdnya itu dengan dipertemukan pada Devi, cewek absurd -bagi Hara semua absurd kecuali Hira- teman SMAnya dulu yang selalu baik.

     "Lo kuliah di sini juga?" tanya Devi tanpa melepas hujaman matanya.

     "Hmm"

     "Lo masih temenan sama dua orang itu?"

    "Hmm..."

    "Lo jurusan apa?"

    "Jurusannya nggak ada kaitanya sama lo Dev, sini Hara, kita masuk, kelas mau mulai." ketus Tina menyelesaikan pembicaraan, begitu perkiraan Tina sih.

     "Bentar, ini masih belum selesai." Semua bungkam, kata-kata Hara berhasil menarik perhatian beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang sedang ada di sekitar tempat itu.

     Karena suara Hara yang membentak dan lantang. Devi sampai berdiri tadi dan menatap Hara nanar.

     "Udah kalian lanjutin aja debatnya, atau mau masuk? duluan aja, gue nyusul." Hara lagi.

     Eh?

     Eh, eh, eh??!!

     "Ra, kok...?" Tina terkejut. Demi apa Hara berelogue? siapa juga si cewek cantik itu? kok Hara bisa seberubah itu? mungkin jika tatapan Tina bisa mengetik seperti keyboard kata-kata itulah yang akan berlompatan keluar dari matanya.

TENTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang