TEMPAT

17 4 0
                                    

AUTHOR'S POV
Tawa ceria mengalir deras dari kedua manusia yang duduk berdampingan di sebuah taksi pada tengah malam cerah.
     Dua ikat bunga berbeda warna bagai penikmat suasana duduk manis di samping supir yang sesekali menimpali obrolan dua remaja dan tertawa bersama mereka.
     Pikir pak supir 'pasangan yang manis' dengan senyum terkulum sembari berharap mereka bukan pasangan aneh-aneh yang tidak tahu batasan.
     Ia masih ingat beberapa waktu lalu ketika kedua remaja di jok belakang taksinya itu bertemu, dari adegan perampasan bunga, drama siapa kau, drama nangis keras-keras, drama tiba-tiba tertawa lepas dan drama canda sepanjang jalan pulang mereka.
     "Tadi mukamu jelek banget! Apalagi pas mendelik sok serem, wih! ingus sama air mata berceceran! Suer pingin ketawa tapi takut dosa." celetuk si remaja laki-laki di susul tawa lepasnya yang aneh. Soalnya sampai terbungkuk-bungkuk begitu dan sudah berkali-kali kemudian kepalanya mengantuk punggung jok ditutup ekspresi terkejut tanpa tawa, tapi berganti tawa si gadis bunga. pak supir hanya berpikir betapa tak terkatakanya pasangan itu.
    "Benar itu, tapi wajah kamu juga aneh. Sok dewasa begitu, kayak pernah jadi abang baik saja." keduanya bertatapan lama, pikir pak sopir 'jadi panggilnya abang_'
     "Iya iya, maapin abang jahatmu ini adekku sayang... Janji deh abang bakal amat sangat baik... Setelah kamu janji nggak lapor bapak sama ibu kalau aku keluar mal_"
     "Janji!" cetus si gadis bunga. Pak sopir sampai lupa sedang menyetir saat tahu bahwa mereka saudara dan bergumam betapa bodohnya si kakak bunga, bukankah keduanya sama-sama keluar malam tapi dengan polosnya si kakak bunga membuat syarat itu jelas saja si adik bunga tersenyum girang. 'Ck, dasar aneh'
     "Sudah sampai, cepat kalian masuk." pak sopir mengingatkan kedua remaja itu namun di balas tatapan aneh keduanya.
    "Ohoho... Saya belum beritahu satu rahasia penting pada pak sopir... kamu saja yang kasih tahu, aku masuk dulu. Abang jaga diri baik-baik, pak titip bang Hara ya... Abangku ini... sangat 'putih'" lalu si adik bunga turun dan bergegas masuk rumah bergerbang sederhana dan hilang di balik pintu.
     "Mau kemana?" tanya pak sopir.
     "kata Hira saya yang cerita, jadi... Kami saudara angkat dan saya kost di dekat kampus tempat saya kuliah, saya saudara angkatnya tapi tidak resmi, hanya Hira dan saya yang menganggap seperti ini. Tapi kami sudah saling janji agar hanya bertemu beberapa bulan sekali..." Jelas si kakak bunga.
    "Ohh..."
    "lalu secara tidak sengaja kami sama-sama punya orang yang perlu bertemu hari ini dan bertemu di taksi bapak karena kesal ingin pulang dan_"
     "Sudah sudah, bapak sudah paham sekarang. Jadi mau kemana ini?" Diam-diam pak supir tersenyum sendiri mendengar cerita si kakak bunga, benar kata Hira 'kakaknya' terlalu 'putih' hingga tidak sadar kebahagiaan Hira yang sebenarnya adalah Hara.      
     Bahkan Hara juga sejak tadi tertawa lepas mendengar lelucon anehnya sendiri, pak supir yakin orang seperti Hara dari pembawaanya setelah Hira pergi bukan tipe banyak bicara. Dan jangan lupakan lelucon garingnya tadi.
     "Saya jelaskan lagi, Hira tidak eh bukan gadis yang suka keluar malam..." katanya dengan sedikit penekanan pada kata 'bukan'. Lihatlah, setelah berkata begitu dia terdiam dan berbicara pelan tentang 'apa yang kubicarakan dan kenapa aku bicara seperti itu?' dengan pipi memerah.
     "Ya saya tahu. Jadi kamu pulang kemana nak,"
     "Eh, se sekitar jalan Punakawan."
     "Baik, kita berangkat sekarang."
      Taksi mulai berjalan. Hening.
      "Oh ya, alasan kamu perlu menjelaskan tentang Hira itu karena kamu perduli padanya. Tapi, bukan sebagai kakak..." ujar pak sopir di tengah deru halus mesin.
     Hara tercengang, menatap bagian belakang kepala pak sopir dengan mata terbelalak antara takjub dan mendapat pencerahan.
    Dua ikat bunga masih saja diam menikmati jalanan malam. Diantara mereka sendiri bercerita tentang Taman Anggrek, tempat mereka pertama berjumpa dan mungkin saja jatuh cinta.

TENTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang