Hai Bang Hara... Apakabar? semoga selalu baik saja. Soalnya adikmu ini tidak bisa membayangkan seorang dokter sakit. Ya deh, calon dokter. Nggak suka ya, kalau dipuji.
Oh, iya. Bang, Hira mau pamitan pergi. Sebentar saja sih. Kalau kangen, aku sudah kirim Tan -cuma mengingatkan, Tan itu sahabat Hira- ke rumah abang, kalau masih kangen stalking saja medsos Hira.
Oh, satu lagi. Maaf ya soal janji ketemu beberapa bulan sekali itu Hira nyerah. Soalnya Hira langsung kangen begitu ingat abang. Tapi sekarang Hira akan berusaha menahannya, dengan alasan ini keputusan Hira makin kuat. Dadah abang tersayang Hira. Dan satu-satunya ini.
__
Alasan Hara pulang. Menjemput Tan. Sewaktu berangkat tadi pesan itu sampai. Ia berusaha dengan sangat untuk berlama-lama bercakap, sampai ke ruang kuliahnya.
Tidak apa, demi Hira.
Rasanya lucu hanya karena satu perempuan aneh itu Hara meluangkan waktu. Ia juga tersenyum geli sendiri. Tapi ini kenyataannya, ia melakukan hal aneh juga, kan?Ditambah kemunculan Devi yang tiba-tiba seperti mimi peri, lengkap sudah keanehan hari ini. Hara menghembus napas lelah.
Tentang segala cenayang Hara mudah saja sumbernya. Devi seorang sosialita yang suka update segala macam kegiatan harian miliknya di akun media sosialnya. Dan Hara pasti tahu itu karena mereka berteman juga di media sosial.
Hara juga sedih sebenarnya, hanya bisa menjadi yang sekiranya apa adanya di media daring itu. Tapi apa mau dikata, Hara sulit bicara langsung dan memahami lawan bicaranya.
Yaah, meski aktif di media sosial, ia hanya silent user. Paling mondar-mandir di halaman grub yang ia ikuti semacam fanpage anime atau lainnya.
Dari sanalah pertemuan maya mereka terawali. Fanpage anime. Absurd tapi nyata. Berbalas komentar yang berlanjut di roomchat.
Mereka berteman, akrab, bersahabat dan Hara meyukai Devi. Perasaan itu datang juga. Padahal belum pernah bertemu, kecuali tadi.
"Baiklah, mari akhiri pertemuan kali ini dengan bacaan Hamdalah bersama" koor Hamdalah, "dan selamat beraktivitas." Hara menegakkan punggung, kaget. Berusaha tetap santai dengan ikut berkoor tadi.
"ketinggalan satu makul?" Patt menoel bahu Hara yang masih terpaku pada proyektor mati.
"Seperti yang kau lihat, dan aku akan selesai setelah ini." jawab Hara tanpa menoleh.
"Di tangan siapa kali ini? Hira? atau Devi?" Patt sangat Memahami Hara, setidaknya paling memahami karena teman Hara itu bisa dihitung jari telunjuk sama jari tengah saja. Di dunia nyata ini. Kalau teman dunia mayanya mungkin banyak dan yang paling ia tahu adalah Devi.
Sosok yang bisa membuat Hara tertarik. Ralat. Sosok cewek yang bisa membuat Hara merasakan jatuh cinta. Entah sedalam apa.
Patt kadang bingung pada pribadi Hara. Ia hanya bisa menyimpulkan kalau Hara itu pasti berpikir dunia hanya berputar padanya atau ia punya dunia sendiri atau hanya tidak halus rasa.
Buktinya? kasus Tina yang sejak pertama mereka berkeputusan menjadi teman sudah menunjukkan ketertarikan. Masuk SMP sampai sekarang. Dan Hara tidak menyadarinya.
"Otakmu kotor. Jangan gunjingin orang yang ada di depanmu sendiri dan sendirian. Terus jaga matamu." mata Patt terbelalak lebar, berdehem kikuk. Satu lagi tentang Hara, kadang bisa cenayang seperti itu. Cukup mengerikan.
Patt berdiri, menepuk bajunya seakan berdebu. "Yuk, keluar." ajaknya langsung yang hanya dibalas anggukan. Ia menghindari bertatap muka, masih tengsin.
Dan lupa pada pertanyaannya yang belum terjawab.
___
Dear readers...
Selamat berpuasa bagi yang melaksanakannya dan selamat di rumah aja bagi semua.
Gimana part ini? Dikit? Hehe, memang. Dan selamat membaca sajalah.
![](https://img.wattpad.com/cover/190516373-288-k11533.jpg)