Meminang 💕💐💍

7 0 0
                                    

Ahad, 10 Sya'ban

Tok tok tok!
"Assalamu 'alaikum..."

"Wa 'alaikum salam..." Ibu Reyna tergopoh-gopoh menuju pintu depan. Ia hafal betul suara yang mengucapkan salam itu milik Pak H. Rahmat, salah satu tokoh ulama yang disegani masyarakat.

Senyum Bu Ratna -ibunda Reyna, mengembang. Lekas ia mempersilahkan Pak H. Rahmat beserta istri dan seorang pemuda tampan masuk ke dalam rumah.

Tak lama, ayah Reyna ikut bergabung. Setelah saling menyapa dan bertanya kabar, Pa Mudzakir dan Bu Ratna akhirnya mengetahui bahwa pria tampan yang ikut hadir adalah anak ke lima Pa Haji Rahmat. Meski Pa Mudzakir dan Bu Ratna bisa menebak maksud kedatangan mereka, tetap saja lidah Pak Mudzakir meluncurkan kata-kata untuk bertanya,

"Maaf Kyai, ada perlu apa gerangan sampai menyempatkan diri datang kemari?"

Yang ditanya hanya tersenyum. Kemudian menuturkan maksud kedatangannya...

...

Reyna menelungkupkan tangan menutupi wajah manisnya di balik pintu kamar.

Ayahnya dan Pak Kyai nampak begitu akrab. Sementara lelaki itu... Arfan. Reyna bahkan tak sedetik pun memandang wajahnya saat menyuguhkan teh beberapa waktu lalu. Ia malu dan hanya mampu menundukkan pandangan.

Diamnya wanita itu pertanda "iya". Begitu yang dipahami keluarga Reyna dan Pak Kyai.

Saat Reyna ditanya kesediaannya menikah dengan Arfan, mendadak lidahnya menjadi kelu. Tak mampu berucap.

Baru setelah rombongan pergi, Reyna segera memeluk ibunya. Memohon diberikan sejenak waktu untuk berpikir. Ya... berpikir apakah ia telah benar-benar siap menikah dengan lelaki yang baru saja ditemuinya, Arfan.

🍁🍁🍁
Next 🔜 Bagian 5

Mengapa Tak Kau Tanyakan Saja? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang