"Ayo Rey, makan yang banyak..." suara lembut bunda Aisyah menyadarkan lamunan Reyna.
"I.. Iya Bun.." Reyna menjawab tergagap.
Ayu yang duduk di seberang Reyna tersenyum. Masakan ibu Ayu, Bunda Aisyah memang terkenal lezatnya. Banyak tetangga yang minta dibuatkan masakan oleh Bunda Aisyah jika mereka sedang punya acara.
Reyna sering main ke rumah Ayu. Beberapa kali bahkan sampai menginap, seperti malam ini, saat ayah ibunya pergi ke Lembang untuk mengecek kebun warisan. Oleh karena itu, Reyna sudah dianggap seperti anak sendiri di keluarga Ayu.
"Nak Reyna, Bapak dengar KH. Rahmat kemarin datang ke rumah?" kali ini ayah Ayu yang bertanya.
"Betul, Pak."
"Bagaimana... Nak Reyna sudah buat keputusan?"
Glek! Seketika tenggorokan Reyna seolah kering kerontang. Pita suaranya seperti terbelit hingga tak mampu ucapkan kata. Ya... Ya... Saking akrabnya keuarga Ayu dan Reyna, masalah lamaran Reyna pun sudah diketahui juga.
"Apa Nak Reyna sudah punya pujaan hati?"
Jlebb! Pertanyaan kedua dari ayah Ayu membuat jantung Reyna copot. Pak Burhan, ayah Ayu hanya tersenyum melihat Reyna yang salah tingkah.
"Sebaiknya, jika ada pemuda baik yang datang melamar, jangan ditolak, Nak. Siapa tau Nak Arfan itu memang sudah berjodoh dengan Nak Reyna..."
Kali ini pikiran Reyna menerawang jauh meninggalkan segala obrolan di meja makan itu.
"Jika ada pemuda baik yang datang melamar, sebaiknya jangan ditolak..." kata-kata itu terus menerus berputar dalam pikiran Reyna.
"Sebaiknya jangan ditolak..."
"Jangan ditolak..."
🍁🍁🍁
Next 🔜 Bagian 9
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Tak Kau Tanyakan Saja? [TAMAT]
Short Story#7 cerpenbaru (19 Jan 2020) Di lubuk hati terdalam, Reyna sadar bahwa telah tumbuh benih-benih cinta untuk sesosok lelaki yang dikenalnya. Namun, apa yang harus ia lakukan saat ayahnya hendak menjodohkan Reyna dengan lelaki yang tak tertolak? Akanka...