Senin, 11 Sya'ban
⏰ 02.00 amAngin lembut membelai rambutku. Membuatku terbangun dari lelap tidurku. Rasanya lelah sekali terlebih karena memikirkan pertanyaan Agus kemarin, "Mengapa tak kau tanyakan saja?"
Aku menghela nafas. Berharap segala penat ikut pergi menjauh bersamanya. Rembulan masih bersinar dan menggantung di langit. Kutatap dan kunikmati keindahan ciptaan-Nya. Laun, sang rembulan mulai tersenyum. Senyum yang manis.
Aku menggeleng-gelengkan kepala saat wajah Reyna makin terlukis jelas di kanvas sang rembulan. Astaghfirullah, aku beristighfar agar syaithan tidak meneruskan keusilannya.
Sudah tiga tahun... Aku tak mendengar kabarnya. Ah, lagi-lagi aku memikirkan Reyna. Segera, ku langkahkan kaki untuk mengambil wudhu. Kutenggelamkan diriku dengan bermunajat pada-Nya.
"Duhai Allah... Jika ini cinta yang Kau anugerahkan padaku, tetapkan aku di jalan-Mu. Jadikan aku pria yang bisa mencintai sejantan Ali r.a. Kutitipkan hatiku pada-Mu Ya Rabb... dan kutitipkan cintaku pada-Mu... Jagalah ia dan diriku dari segala fitnah. Jagalah kami untuk tetap di jalan-Mu, apa pun yang terjadi."
Tetiba aku berhenti. Membiarkan air mata mengalir di pipi. Entah mengapa, rasanya sedih sekali hari ini.
🍁🍁🍁
Next 🔜 Bagian 6
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Tak Kau Tanyakan Saja? [TAMAT]
Short Story#7 cerpenbaru (19 Jan 2020) Di lubuk hati terdalam, Reyna sadar bahwa telah tumbuh benih-benih cinta untuk sesosok lelaki yang dikenalnya. Namun, apa yang harus ia lakukan saat ayahnya hendak menjodohkan Reyna dengan lelaki yang tak tertolak? Akanka...