1 - Selamat Tinggal Banua

12 0 0
                                    


Namanya Banua. Sekarang ia harus menjalani kehidupan yang agak berbeda dari biasanya. Sudah dua minggu ia pindah dari rumah lamanya di daerah Kampung Baru Tengah, Balikpapan. Banua dan keluarganya sudah tujuh tahun tinggal di sana, mereka merantau dari Bontang, kota seberang. Selama di Balikpapan, Banua diberi tumpangan rumah oleh saudaranya.
“Tiga hari lagi, semuanya harus sudah siap. Banua bantu Ama beberes rumah ya?” Ujar Bapak Banua sambil menggeser kardus-kardus besar berisi barang.
“Banua gak mau pindah dari sini Pak! Teman-teman Banua semua tinggal di sini!” Gerutu Banua.
“Nanti di rumah baru kamu juga akan dapat teman.” Ucap Bapak yang masih sibuk mondar-mandir.
Dengan terpaksa Banua tetap membantu Ama, panggilan untuk mama Banua. Ia mulai mengemas barang-barangnya sendiri, mulai dari buku-buku pelajaran, baju, mainan, dan sedikit banyak membereskan perabot dapur.
Banua adalah salah seorang siswa dari SD Negeri 002 Balikpapan. Umurnya masih 10 tahun, ia baru saja naik kelas 6 SD. Banua memiliki banyak sekali teman, baik di sekolah maupun di rumahnya. Namun ia lebih sering bermain dengan Ako dan Ojan.
Ako adalah anak yang cengeng dan pemalu, tetapi tidak saat mereka bertiga bersama, Banua dan Ojan selalu membantu Ako agar menjadi lebih percaya diri. Sedangkan Ojan adalah anak orang kaya yang gemar menolong orang lain. Mereka suka bermain di laut. Yang paling menyenangkan, usai bermain mereka membawa pulang hasil tangkapan ikan kecil-kecil. Mereka bersahabat sejak kelas 4 SD, saat di tempatkan di kelas yang sama.
Kawasan rumah Banua memang berada di dekat laut, biasa dijuluki perkampungan atas air. Setiap sore, mereka sering mandi di laut, mencari kepiting kecil, apalagi kalau libur sekolah tiba, laut sudah menjadi dunia kedua selain rumah. Terkadang, hasil tangkapan juga tidak selalu dibawa pulang, mereka biasa membuat bakaran untuk dimakan bersama. Namun, keseruan itu sudah tidak dapat lagi Banua rasakan seperti biasanya.
“Kamu beneran mau pindah, Ban?” Tanya Ojan.
“Iya, Jan. Tapi aku gak mau pindah.” Jawab Banua lesu sembari menggelengkan kepala.
“Lagian kenapa kamu harus pindah sih Ban?” Sambung Ako.
“Kata Ama, yang punya rumah itu bibi dan usaha bibi di Samboja sekarang sudah mulai bangkrut, jadi dia mau pindah ke sini.”
“Oooh...” Ujar Ako dan Ojan serempak.
“Kamu jangan pindah dong Ban, nanti siapa lagi yang menyelamatkan Ako kalau tenggelam, kan kamu yang paling jago berenang.” Hibur Ojan.
Ako jadi sewot, “ih, aku juga jago kok!” serunya tidak mau kalah.
Mereka tertawa kecil kemudian terdiam, sambil menatap kosong kapal klotok yang berlayar hilir mudik.

***

Hari kepindahan Banua dan keluarganya akhirnya tiba. Barang-barang sudah mulai diangkut dengan mobil pick up. Beberapa tetangga juga ikut membantu, tak ketinggalan juga sahabat Banua, Ako dan Ojan.
“Nanti main-main ke rumah baru aku ya?”
“Oke, siap!” Jawab Ojan tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.
Saat keluarga Banua dan yang lain sibuk bergegas. Banua melihat Ako berjarak agak jauh dengan mereka. Tampak menyendiri, kemudian Banua mendekat.
Banua menepuk pundak Ako dan mengagetkannya, “Woy, Ko! Kok diam saja sih. Coba bantu sini nah.”
Ako masih memalingkan wajahnya dari Banua. Ojan ikut menghampiri. Ako masih terdiam, tak lama kemudian menangis. Tangisannya tidak ingin ia perlihatkan pada Banua. Ojan juga ikut sedih, karena berpisah dengan sahabatnya. Walaupun perasaan Banua sebenarnya juga berat meninggalkan mereka, tetapi ia berusaha kuat untuk tidak terlihat sedih agar mereka merelakan Banua untuk pergi.
Banua tertawa, “Kita kan masih bisa ketemu nanti pas sekolah, Ko. Habis itu main ke laut lagi.” Ujar Banua.

Inilah awal mula dari kehidupan Banua yang baru.

Kebun Mini Banua PatraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang