Dua minggu kemudian, Pak Arif memberi kabar bahwa kepala rusun mengizinkan Banua dan Patra menanam di sekitar rusun, dengan syarat selama tidak mengotori lingkungan rusun.
Kabar baiknya, kepala rusun juga mengunjungi rusunawa Siaga. Sebagai kepala rusun, kali ini ia blusukan melihat keadaan rusun serta para warganya. Berjaga-jaga jikalau nantinya ada keluhan yang harus ditampung untuk diperbaiki.
Saat itu, kepala rusun melihat ada berbagai tanaman saryur-sayuran seperti cabai, tomat, daun seledri, bayam dan beberapa bunga-bungaan. Salah satunya adalah bunga geranium, tanaman obat nyamuk. Setelah tahu kalau yang menanam Banua dan Patra, wajah kepala rusun tampak datar, tidak terlihat ekspresi rasa suka atau tidak. Banua dan Patra was-was.
“Bagaimana kalau pak kepala gak suka nih Patra?” Banua menyenggol Patra sembari berbisik.
“Kita berdoa saja.” Balas bisik Patra.
Banua dan Patra dipanggil ke kantor jaga rusunawa di lantai dasar, di sana ada kepala rusun.
“Kalian yang menyebabkan itu semua?”
Banua dan Patra berpandangan. “Eee.. iya Pak.” Mereka menunduk.
“Bagus!” Teriak kepala rusun.
Banua dan Patra heran, saling pandang lagi. Mereka tercengang melihat reaksi yang di luar dugaan mereka.
“Tempat itu akan Bapak usulkan untuk menjadi kebun kecil-kecilan bagi warga rusun ini. Nanti akan Bapak sediakan bibit tanaman buah cangkokan agar warga di sini bisa memetik hasilnya secara langsung.”
Banua bangkit dari duduknya,”Yang benar pak!” Sontak ia gembira sekali.
“Ya benar Banua!” Ujar kepala rusun dengan tegasnya.Dan benar saja, apa yang dikatakan kepala rusun bukanlah janji semata. Seminggu kemudian, keluarlah pengumuman bahwa warga rusun wajib menanam di rusunnya masing-masing.
Para ibu-ibu rusun pun turut terbantu, saat harga cabai sedang mahal-mahalnya mereka dapat langsung memetiknya sendiri. Selain itu, warga yang kini jarang keluar rumah bisa saling bertemu setiap hari libur untuk bergotong-royong membersihkan rusun dan menanam.
“Saya baru ingat, Banua Patra itu artinya Kota Minyak dan itu adalah Balikpapan. Kalian memang ditakdirkan untuk bersatu anak-anak.” Ujar Pak Arif seorang diri saat menghadiri acara peresmian kebun di rusun Siaga.
Kini kebun mini di rusunawa itu diresmikan dan diberi nama Kebun Mini Banua Patra. Sebagai bentuk penghargaan kepada Banua dan Patra.
“Sekarang kamu betah tinggal di sini Banua?” Tanya Bapak.
Banua mengangguk malu.
Banua jadi senang sekali tinggal di rusun. Banua sadar, ia tidak betah bukan karena rusun yang sumpek dan sempit. Melainkan karena ia merindukan suasana di rumah lamanya dulu, suasana yang bersahabat baik dengan sesama maupun dengan alam. Begitupula dengan Patra, berkat kebun kecil ini ia menemukan keluarga dan sahabat baru. Baginya, rusun ini tempat ternyaman untuk ditempati.
“Tahun depan kita sudah bisa panen buah-buahan yang banyak kan Patra?” Ujar Banua kepada Patra.
“Pastinya!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebun Mini Banua Patra
Short StorySebuah cerita anak sederhana yang diangkat dari lokalitas setempat. Pertemanan Banua dan Patra akhirnya berhasil memecahkan persoalan di lingkungannya. Bagaimana kisah mereka?