Delapan Belas

102 17 0
                                    

          "Juna-ssi, kantor Park Isanim ada di sebelah sana," Karin menunjuk ke sebuah ruangan tersendiri di sebelah kanan. "Kantorku yang itu," tunjuknya lagi pada sebuah ruangan yang lebih besar di dekat ruangan direktur.

          "Perlu aku antar?" tawarnya.

          "Tidak usah. Kamu kembali bekerja saja! Nanti kalau aku sudah selesai bicara dengan Minjae, aku akan menghubungimu sebelum pulang," kata Arjuna. Dia pun berjalan ke arah ruangan Park Minjae. Karin berjalan mendekati meja kerjanya.

          "Lee Taeri, mianhaeyo, aku terlambat," kata Karin segera setelah masuk ruang kerjanya. Sebagai manajer, Karin tak punya ruang pribadi tersendiri. Hanya sebuah meja besar yang terpisah dari karyawan lain di pojok ruangan. Tapi dari mejanya, Karin bisa mengawasi kinerja karyawan di bawah struktur kerjanya.

          "Gwaenchanhayo, Baek Bujangnim," – tidak apa-apa, Manajer Baek, kata Lee Taeri. "Kami bisa menyelesaikannya dengan arahan Bujangnim walau dari jauh," lanjutnya.

           "Syukurlah," kata Karin. Ia pun berjalan menuju mejanya.

          "Bujangnim," seorang karyawan menghampiri Karin, "siapa orang yang bersama Bujangnim tadi? Aidol?" Aidol atau idol adalah sebutan untuk anggota boyband dari Korea.

          "Aniyo," – bukan, jawab Karin geli.

          "Orang itu tampan sekali, mirip aidol. Siapa dia, Bujangnim? Aein?" – kekasih? Karyawan itu lanjut bertanya.

          "Iya," Karin tersenyum.

          "Omo!, dia kekasih Bujangnim?" kata karyawan tadi setengah tak percaya. "Artinya hubungan Bujangnim dan Park Isanim benar-benar hanya rumor?" lanjutnya.

          "Iya," jawab Karin lagi. Dia duduk di kursinya dan mulai membuka laptop.

          "Tapi, Bujangnim, semua orang tahu kalau Park Isanim punya perasaan khusus pada Bujangnim," cecar karyawan tadi. Karyawan-karyawan lain mulai berkumpul mengelilingi meja Karin.

          "Bujangnim, apa tidak apa-apa jika mereka ditinggal berdua saja di dalam ruangan?" tanya karyawan lainnya.

          Karin tertawa geli, "tidak apa-apa. Tenang saja."

          "Baek Karin Bujangnim yang disukai banyak orang, masalah apa lagi yang kamu ciptakan sekarang?" suara Manajer Keuangan Kim terdengar dari kejauhan. Tak lama, sosok perempuan senior itu muncul menyeruak kerumunan. Karin berdiri dari duduknya.

          "Kim Bujangnim," sapa Karin seraya sedikit membungkukkan badan, "annyeonghaseyo."

          "Aidol yang masuk ruangan Park Isanim, bukankah itu teman masa kecilnya?" tanya Manajer Kim pada salah seorang karyawan.

          "Kim Bujangnim, kenal Juna-ssi?" tanya Karin heran.

          "Ah, namanya Juna-ssi, ya? Baek Bujangnim kenal dengan teman kecil Park Isanim?" tanya Manajer Kim balik.

          "Ne. Uri aeiniga," – Iya. Dia kekasih saya, jawab Karin.

          "Pantas saja," kata Manajer Kim ketus.

          "Maksud Kim Bujangnim?" tanya Karin lagi.

          "Iya, pantas saja kamu cepat dipromosikan. Pacarmu adalah teman masa kecil Direktur. Tinggal bilang dan, klik," sindir Manajer Kim.

          "Kim Bujangnim, kalau saya ingin menggunakan kekuatan Direktur, saya tak perlu memacari teman kecilnya. Saya mengenal Direktur Park sejak tiga belas tahun yang lalu. Mungkin Kim Bujangnim belum tahu, Park Isanim adalah seonbae di sekolah saya. Dan saya adalah hoobae kesayangannya. Seluruh karyawan di sini juga tahu itu," geram Karin.

          Manajer Kim terbelalak mendengar kata-kata Karin. Mulutnya terbuka seakan ingin mengatakan sesuatu, tapi Karin menutupnya kembali dengan kata-katanya.

          "Tapi Kim Bujangnim, setahun yang lalu saat Park Isanim masuk perusahaan ini, nama saya sudah ada dalam daftar calon manajer. Saya sudah menjalani beberapa tes untuk itu. Jadi bukan karena Park Isa saya jadi manajer akuntansi di sini, Kim Bujangnim," lanjut Karin masih dengan geram.

          Manajer Kim tak bisa berkata apa-apa lagi. Wajahnya merah padam menahan malu. Ia segera berbalik dan menerobos kerumunan karyawan untuk kembali ke mejanya. Diliriknya Karin sekali lagi dengan penuh kebencian, sebelum akhirnya dia berjalan menjauh.

          Karin memejamkanmatanya seraya menarik napas panjang. Beberapa karyawan mendekatinya, mengusap-usappunggungnya untuk membantu menenangkan napas Karin. Dia sendiri berusahamengambil alih pikiran dari emosinya.


**Bersambung ke Sembilan Belas**


Panduan membaca bahasa Korea pada naskah:

huruf vokal di Korea seperti pengucapannya.

Ae dibaca E seperti pada 'ekor'

Eo dibaca O seperti pada 'ekor'

Eu dibaca E seperti pada 'elang'

O dibaca O seperi pada "o, p, q, r, s"

E dibaca E seperti pada 'a, b, c, d, e"

H setelah huruf N sering tidak dibaca/lesap

Rahasia Baek KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang